8. Berjuang Untukmu

11.5K 540 28
                                    

          Setelah guru di kelasnya keluar, Candra langsung keluar tanpa menunggu teman-temannya. Cowok tampan itu berjalan menuju kelas 12 IPA 1, kelas Alena. Entah mengapa, Candra malah ingin menemui cewek berambut sebahu itu. Sesampainya di depan kelas gadis itu, ternyata gurunya belum keluar, sehingga, membuat Candra harus menunggu. Setelah gurunya keluar, tak lama anak-anak berhamburan keluar.

          "Eh, Candra?" tanya gadis itu. Candra melihat kedua gadis  di hadapannya. Ternyata mereka Teresia dan Gia. Kedua sahabat Alena.

          "Lo ngapain di sini?" tanya Teresia.

          "Gue pindah ke sini," jawab cowok itu.

          "Oh, jadi lo yang katanya anak baru itu?" tanya Gia. Candra mengangguk, kemudian Candra bertanya di mana Alena, namun saat menanyakan soal Alena, raut wajah Teresia dan Gia seketika berubah. Tanpa menjawab, kedua gadis itu pergi. "Kita duluan," kata mereka berdua. Candra mengernyit bingung, namun kemudian, sosok perempuan yang ditunggunya keluar dari kelas.

          "Alena." Candra memanggil Alena, membuat gadis itu berhenti sejenak dan menatap Candra dengan tidak percaya. Tidak percaya dengan apa yang saat ini dia lihat.

          "Candra?" tanpa aba-aba, senyum terukir di bibir gadis itu, yang tadinya berwajah murung, kini langsung berubah ceria. Dan tanpa Candra duga, Alena langsung memeluk Candra dengan erat, membuat Candra mau tidak mau, balas memeluk gadis itu. Tak lama, Alena melepaskan pelukannya dan menatap Candra dengan senyuman yang tidak luntur dari wajah gadis itu.

          "Kamu kok ada di sini?"

          "Gue pindah sekolah."

          "Serius? Pindah ke sini?" Candra mengangguk.

          "Jadi kamu yang katanya anak baru itu?" Candra kembali mengangguk.

          "Kok pulangnya nggak bareng sama Teresia sama Gia? Biasanya lo selalu bertiga." Tanpa diduga, Alena menunduk, wajahnya kembali murung.

          "Waktu bisa merubah segalanya, Candra." Candra hanya mengangguk santai meskipun dia sendiri tahu, ada yang tidak beres dengan Alena. Terasa ponsel di saku celananya bergetar tanda ada panggilan masuk, dan ternyata itu dari Papanya.

          "Halo, Assalamu'alaikum."

          "Wa'alaikumussalam, kenapa, Pa?"

          "Cepetan pulang, kata Mama kamu belum pulang, kan ini jadwal kamu buat ngaji!" Candra mengembuskan napasnya pelan, Candra selalu melupakan kenyataan bahwa sebentar lagi dia akan menikah.

          "Iya, Candra pulang." Kemudian cowok itu mematikan sambungannya, lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

          "Sori, kayaknya gue harus pulang cepet," ujar Candra berbicara kepada Alena.

          "Oke, nggak apa-apa." Alena tahu batasan, dia sudah bukan siapa-siapa Candra lagi, dia hanya sebagian dari kisah masa lalunya Candra.

          "Mau gue antar?" tawar Candra.

          Alena tersenyum. "Nggak perlu. Aku bisa pulang sendiri." Candra mengangguk, kemudian meninggalkan Alena sendirian di sana. Alena tersenyum miris, keadaan sudah tidak sama lagi. Waktu dapat merubah segalanya, mulai dari teman, dan–Candra. Cowok itu, dulu begitu perhatian kepada Alena. Cowok itu akan memaksa Alena untuk pulang bersamanya, dan sekarang, bahkan hanya mengangguk santai saat Alena menolaknya. Alena sadar, ini semua salahnya sediri.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang