12. Calon Suami Bandel

10K 461 16
                                    

          Saat ini, Nada dan Sekar sedang berjalan menuju kelas 12 IPS 4, dimana itu adalah kelas Candra. Nada menghembuskan nafas lelahnya berkali-kali, berusaha sabar. Candra, yang notabenenya calon suaminya, calon imamnya, kelakuannya benar-benar bandel. Buktinya saja saat ini lelaki itu sudah dipanggil ke Kesiswaan, dimana tempat anak-anak nakal diatasi. Padahal Candra tergolong murid baru.

          "Arteria Maheswara itu, Kak Teri bukan, si?" Sekar bertanya, tetapi Nada hanya mengedikkan bahunya acuh.

          "Kalo Zenan Wardana?" Nada kembali mengedikkan acuh.

          "Ih, sok-sokan nggak tahu, kamu," ucap Sekar dengan kekehan di kata akhirnya.

          "Enggak penting juga, kan, Sekar?" Sekar hanya mengangkat bahunya acuh.

          "Eh, kalo Candrasa Malik Kumara, itu, siapa? Yang Kakak kelas baru bukan, Nad? Kak Candra itu kan?" Nada mengembuskan napasnya kesal, namun, kemudian mengangguk.
          Sekar mengernyit, "Loh, kamu nggak kenal Kak Teri sama Kak Zenan, tapi tahu kakak kelas baru? Oh iya, kan kakak kelas barunya Kak Candra. Nada suka ya?" tanya Sekar, namun tidak dibalas oleh Nada. Hari ini, Nada merasa kurang baik mood-nya. Pagi-pagi sudah melihat Candra merokok, dan kini mendapati bahwa cowok itu dipanggil Pak Sugiharto disuruh ke Kesiswaan.

          Nada tahu, Sekar masih penasaran dengan Nada yang bersikap berbeda kepada Candra. Dan untuk menghindari pertanyaan yang sejak tadi Sekar lontarkan, Nada memilih diam. Sedari tadi, Sekar tampak belum puas karena Nada tidak menjawab pertanyaan gadis berhidung mungil itu.

          Sesampainya di depan kelas 12 IPS 4, Nada menghembuskan nafasnya, "Kamu yang masuk, deh," katanya menunjuk Sekar.

          "Ih, apaan? Nggak mau. Kalau nggak, masuk bareng aja? Malu tahu. Mana udah ada guru yang masuk, lagi."

          "Iya udah." Pada akhirnya mereka berdua masuk bersama.

          "Assalamu'alaikum."

          "Wa'alaikumussalam."

          Nada dan Sekar memasuki kelas tersebut. Semua mata memandang mereka berdua. Banyak anak bersiul untuk menggoda.

          Tak lain dengan Candra. Cowok itu memperhatikan Nada dengan lekat. Nada merasa jika dia diperhatikan oleh Candra, saat tadi tak sengaja, ia sempat melirik ruangan kelas. Namun, gadis itu mengacuhkannya, dan menuju Pak Bambang, yang kala itu sedang mengajar.

          "Kenapa?" tanya Pak Bambang.

          "Arteria Maheswara, Zenan Wardana, dan Candrasa Malik Kumara, dipanggil Pak Sugiharto, disuruh ke ruang WAKA sekarang juga, Pak."

          Pak Bambang menatap ketiga cowok yang tadi disebutkan namanya tersebut. Lantas melotot.

          "Kenapa kalian dipanggil sama Pak Sugiharto?!" Pak Bambang marah karena beliau merupakan wali kelas mereka, dan beliau sering diberi teguran oleh guru lain karena anak muridnya sering membuat masalah. Entah itu bolos pelajaran, berkelahi dengan murid kelas lain, tidak pernah mengumpulkan tugas, bermain futsal di lapangan upacara saat jam pelajaran, atau bahkan masalah pacaran di kelas yang berlebihan.

          "Kita nggak ngapa-ngapain, kok Pak. Pak Sugiharto lagi kangen kalik sama kita," ucapan Teri itu membuat seisi kelas tertawa.

          "Jawab yang benar! Kalian kalau ditanya malah jawabnya sembarangan! Tahu tidak, sih?! Banyak guru yang sering 'negur saya karena kelakuan kalian?!"

          "Enggak, Pak!" Pak Bambang melotot lagi mendengar mereka menjawab demikian.

          "Kita ketahuan ngerokok, sama ketahuan mau kabur, Pak." Itu Jen yang menjawab, membuat semuanya diam. Candra memperhatikan ekspresi Nada. Gadis itu langsung menatap Candra begitu mendengar jika Candra ketahuan merokok dan kabur saat jam pelajaran. Nada menatap Candra dengan tatapan yang sirat akan kecewa. Kemudian gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Candra yang tahu arti tatapan Nada, mengembuskan napasnya kasar. Sudah dua kali dalam hari ini dia membuat citra buruk di hadapan Nada.

AKAD [Candrasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang