Selalu dihampir sepanjang jalan
aku selalu berharap ada kamu
menemukanku dalam riuh gerombolan manusia dalam semesta luas. Semoga kamu dan terus begitu.☔☔☔
Pelangi memeluk ransel abu-abu, berteduh pada pohon besar nan rimbun meski payung merahnya tetap mengembang menarik perhatian, derai angin menerpa wajah lembut. Manik matanya menatap langit sore cerah menghiasi angkasa, mega-mega yang bergerumbul lucu. Pelangi sendirian, sedang menunggu.
Hentak-hentak pejalan kaki, suara-suara riuh mengisi keheningan. Netra mencari di antara kerumunan manusia, sosok yang barangkali akan menjemputnya pulang.
Dunia terlalu besar untuk dirinya yang kecil. Langkah-langkah lebar manusia di dalamnya, detik waktu menyeret begitu cepat. Sudah cukup menjadi alasan mengapa seorang Pelangi tertinggal terseok-seok mengikuti arus.
Awalnya semua terasa tidak ada yang spesial, Mama bilang padanya Pelangi sudah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, tapi menurut Pelangi, ia tidak kehilangan apa-apa, karena sejak awal ia hanya punya Mama, lalu setelahnya Russel datang dan-
"Hai, calon pacar!" sapaan kencang mengisi kekosongan hatinya. Haysel tersenyum lebar menyebrang jalan mendekat. Pelangi tidak pernah tahu bagaimana senyum itu lebih bermekaran dari miliknya, bagaimana tatapan cerah dipenuhi luka itu berbinar ketika berbicara padanya. Sesuatu yang diam-diam Pelangi semogakan tidak tersemogakan dalam hidupnya. Membalas senyum lebih lebar dari Haysel, si cowok duduk di samping menepuk pundak pelan.
"Kok belum pulang?"
Pelangi menunduk memperhatikan ranselnya, debu jalanan menempeli wajahnya kusut belum lagi kuciran telah lama berantakan.
"Aku gak tahu jalan pulang." Begitu katanya. Sedetik seraut wajah Haysel melonggo, tapi kemudian Haysel tersenyum mengalihkan pandangan ikut-ikutan menyaksikan jalanan ramai itu, tidak lagi bertanya apa-apa.
"Tahu gak? Tadi gue bisa lihat masa depan yang indah, lho."
"Gimana caranya?" tanya Pelangi menoleh penasaran
"Caranya adalah." Haysel mengantung ucapannya.
Mata Pelangi membesar menunggu, tapi nampaknya Haysel paling suka melihat wajah lucu si gadis muncul.
"Caranya dengan lihat lo," ucapnya tersenyum mengembang, mengacak poni rambut Pelangi gemas.
"Memangnya aku mesin waktu?"
Haysel tersenyum sedangkan gadis itu malah menatap bingung. Bagi Haysel Pelangi nampak tidak mengerti banyak hal dalam semesta luas ini, terkurung pada satu tempat tanpa beranjak, membiarkan dirinya tengelam dalam kerusuhan orang-orang. Pelangi yang naif.
"Haysel."
"Iya?"
"Dunia luar itu seperti apa?"
Si cowok berpikir beberapa saat.
"Terasa kejam sekaligus terlihat manis," jawab cowok itu.
"Contohnya?"
"Contohnya, saat gue ketemu lo semua jadi manis."
Pelangi diam sejenak.
"Kenapa lo nanya gitu?"
"Aku penasaran, gimana rasanya bisa pergi jauh terus bisa pulang tanpa nyasar kayak sekarang."
Haysel terdiam memperhatikan jalanan, keduanya senyap dalam bising kendaraan. Seolah sibuk dalam pemikirannya masing-masing, melalang buana meninggalkan raga entah ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desir Arah
Teen FictionJauh sebelum lintang bintang memudar Dia pernah berpikir ke arah mana kaki melangkah Dengan rasa lelah memuncah Tertatih-tatih kehilangan arah Lalu suatu ketika dipenutup oranye cerah Tangannya mengepal menemukan rumah Yang tak pernah menjadi perna...