Bagaimanapun luas semesta aku selalu percaya padamu, meski percayamu tak sebesar milikku. Bahwa kita akan bertemu, meski sebagai dua orang asing di tepi jalan itu.
☔☔☔Segala hal yang dilarang adalah perintah ingin Haysel coba-coba, ibarat kata, Haysel suka tantangan semua ia embat, peraturan ada untuk dilinggar, memang rada sesat anak cowok satu ini. Tapi yah mau bagaimana lagi, namanya juga Haysel, sejak kecil hobi bikin masalah, berantem dengan anak satu dengan anak lain. Berteriak kencang ke gerombolan anak SMP padahal dirinya cuma bocil SD, pernah juga dikejar om-om preman prempatan pas pertama kali ia mulai masuk SMP. Hal luar biasa lainnya? Oke, dia pernah membuat rak-rak buku diperpustakaan jatuh layaknya lego. Betapa pusingnya Ayah Haysel punya anak kelewat aktif ini.
Namun di balik sifat hyperaktif ini, cowok itu tetap punya sifat setenang air. Ketika jemarinya menyentuh gitar, atau ketika ia tengah dilanda kesendirian dalam ruangan sunyi. Matanya akan terpejam sambil bersenandung lagu tidur. Aneh? Tidak juga, Haysel kerapkali melakukan hal tersebut. Tidak banyak yang tahu, kecuali beberapa anggota bandnya, ayah dan dirinya sendiri.
Sejak rumah mereka sepi, Ayah ikut menepi, entah untuk menenangkan hati atau sekadar merusak segala pikir yang melanda nurani.
Haysel tidak pernah belajar membenci sesuatu sebelumnya, sebab Ibu pernah bilang bahwa manusia berbuat kesalahan setiap harinya, maafkan, tidak ada makhluk hidup sempurna yang mencapai ekspektasi.
Langkahnya mengisi keheningan koridor tepat pada depan kelasnya nan lengang, terhenti memegang erat tali tas gitar kesayangan, matanya mendapati siluet punggung Pelangi dari balik jendela kelas, suara lembut si gadis yang mengalun-alun, rambut hitam sepunggung yang dikepang dua diberi pita, sedangkan tangannya sibuk menghampus jejak-jejak tinta papan tulis.
"Kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia."
Kaki menjinjit mencapai bagian atas papan tulis, Haysel tersenyum kecil melihat penampilan Pelangi yang begitu lengkap dengan topi sekolah. Ia Baru ingat bahwa ini hari Senin yang mana artinya ada upacara, dengan kata lain harus berdiri sambil berhadapan sinar matahari.
Maka dari itu alih-alih kembali ke kelas, Haysel berbalik arah menuju tempat ternyaman pada lantai dua, UKS. Toh, lagipula ia merasa kurang enak badan utuk ikut upacara, ia ingin tidur sejenak dari banyak hal yang melalang buana di semestanya. Hanya sebentar saja.
Maka ketika aroma aneh UKS tercium, Haysel mendekat pada kasur bersebelahan jendela, meletakan hati-hati tas gitarnya di bawah kasur.
Ruangan kecil sepi, dispenser yang menyala untuk persiapan teh bagi yang pingsan nanti, lemari berisi beberapa anatomi, piagam dan piala serta beberapa kotak besar berisi P3K.Meja sebelah pintu berlapis taplak hijau bunga-bunga dengan vas berisi bunga merah imitasi. Jendela ruang dibiarkan terbuka dengan pemandangan langsung menuju lapangan tempat upacara. Tempat tidur UKS ada tiga disekat oleh tirai berwarna biru. Detik jam terdengar keras, ia melempar ranselnya terlebih dulu sebelum merebahkan tubuh. Menatap langit-langit ikut diam. Sebentar lagi pasti akan ada anak PMR yang akan datang ke sini memeriksa ruangan, habis itu bell akan berbunyi keras. Sambil memikirkan alasan sakit apa yang paling pas akan ia gunakan nanti agar bisa tetap tinggal di sana.
Haysel mengernyit ketika mendengar suara berderit seseorang yang menjatuhkan diri ke ranjang sebelah, ia menyingkat sedikit layar biru itu. Rambut coklat Russel terlihat, aroma lemon manis nan segar tercium jelas. Punggung berbalut jaket abu-abu.
Membuat Haysel jadi terheran-heran dan sontak kagum tidak percaya, ternyata anak dengan model serapi Russel dengan kacamata tebal itu bisa bolos juga? Atau sakit beneran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Desir Arah
Teen FictionJauh sebelum lintang bintang memudar Dia pernah berpikir ke arah mana kaki melangkah Dengan rasa lelah memuncah Tertatih-tatih kehilangan arah Lalu suatu ketika dipenutup oranye cerah Tangannya mengepal menemukan rumah Yang tak pernah menjadi perna...