Work Monday

1.2K 92 1
                                    

  
Cek typo gais. Ingat vote.

 

   Pulang dari Apartemen si pak boss, aku langsung di introgasi mbak Sandei, ya memang kalau anak soleh tidak bisa berbohong lama lama, masih ingat percakapan kami semalam.

"Jujur kamu han, apa yang kamu kerjakan di hari minggu ini, kerja? Kerja apa dihari minggu? " tanya Mbak Sandei saat aku masuk kedalam kost.

"Cari kerja tambahan loh mbak" masih kucoba untuk berbohong.

"Kamu bohong, kerja apa? Dari pagi sampai siang, mana ada kerja separuh begitu"

  Iya juga sih, emang aku jadi pembantu ditempat boss tapi hanya setengah hari, ngepel dan saudara saudaranya selesai itu aku langsung pulang. Kerja apa namanya itu, paruh waktu?

"Mbak jangan kasih tahu yang lain ya" aku harus mengatakanya kepada Mbak Sandeian, karna hanya dia yang dekat denganku saat ini ,Fira? Tidak mungkin aku memberitahunya. Bisa gawat jika dia tahu.

"Iya iya, mbak gak bakal kasih tahu siapapun" Mbak Sandei membuat gerakan mengunci mulut.

"Aku jadi pembantu di apartemen pak Rain" hening.

"Apa tadi?" Mbak Sandei bertanya seolah Mbak tiba tiba mengalami ketulian mendadak.

"Aku kerja di tempat pak boss kita sebagai asisten apartemen" kali ini aku berkata panjang.

"Kamu apain pak boss Han?, kamu kasih pelet?" jujur bukan ini kalimat yang aku perkirakan ketika Mbak Sandei berbicara.

"Iya mbak aku kasih pelet ikan biar nyaho dia " aku kesal sekarang.

"Kok kamu bisa jadi asistennya? Kamu ngapain?" ini yang aku perkirakan tadi.

"Tau kejadian kemarin saat aku terjatuh dari motor? Aku bukan jatuh tapi nabrak mobil pak Rain sampai lecet parah" jelasku mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Dan sebutan Pak Rain sangat janggal dibibirku.

"Jadi kamu yang buat pak boss telat, terus karna itu kamu dipanggil?" mbak Sandei.

"Iya" aku mengagguk.

"Wah, hebat kamu Han bisa jadi asisten apartemen pak Boss" lah kok hebat.

"Loh kok hebat? Hebat dari mananya,aku itu jadi asisten pak boss bukan istrinya mbak" aku heran.

"Selama ini gak ada cewek yang boleh masuk ruangan pak boss apa lagi apartemenya tambah lagi kamu bersihin barangnya kan" kata Mbak Sandei, segitu alerginya ia pada perempuan.

"Tapi... Perempuan yang resign dibagian keuangan itu mbak"

"Iya juga sih, tapi kamu orang orang yang boleh masuk apartemenya pak boss, kalau si Lisya cuma diruang kerja kantor saja" jadi nama cewek itu Lisya.

"Sok tahu mbak siapa tahu dia bawa ke apartemenya juga" kataku kurang yakin dengan yang dikatakan Mbak Sandei.

"Ih kamu gak percayakan, aku juga gak percaya kalo gak dari aku sendiri, btw serius han kamu orang satu satunya cewek yang bisa masuk di lantai tiga puluh selain Lisya,masuk ruang pribadi pak boss pula itu" aku hanya tertawa.

"Hati hati kamu sama dia Han ingat dia itu G- E- Y" sekali lagi ia mengingatkanku, lama lama mbak Sandei Fira versi dua.

   Senin, senin adalah hari yang dibenci banyak orang, hari senin yang mendung mengaharuskanku melakukan rutinitas tak seperti biasa, jika biasanya aku akan bangun pukul enam pagi, kali ini aku akan bangun pukul lima pagi, untuk apa?.
Untuk membuat sarapan buat pak boss, Mbak Sandei saja terkejut mendengar ribut ribut di dapur pagi pagi buta.

  Aku lupa menjelaskan pada Mbak Sandei bahwa aku juga penyedia sarapan, makan siang, buat pak boss, makan malam? Aku akan mencapnya sebagai lelaki paling tega sedunia.

Pak Boss bilang

"Saya maunya masakan kamu pada pagi hari, jika siangnya kamu bisa beli dikantin kantor" alasan macam apa itu, inginku mencabik cabik wajah tampanya, tapi sayang ia terlalu sempurna untuk dirusak.

   Aku membawa bekal untuknya saja, untuku? aku tak punya dua tempat bekal, tempat bekalku limited edition, aku memasak telur sambal, masa bodo dia gak suka, itu urusannya, hari ini hari tua, jadi rencananya aku mau makan di kantin kantor saja. Aku khawatir telur sambalku akan berakhir di tempat sampah.

  Aku bergegas menuju kantor setelah semua selesai, jalanan ibu kota jarang sepi, tapi jam segini akan terhindar dari macet.

  Aku langsung pergi kelantai lima, kantor lumayan sepi, masih sedikit kariawan yang datang.

Ting... bunyi lift berdenting. Segera aku melangkahkan kaki ke apartemen pak boss, aku kurang nyaman menyebutnya Pak Rain, kalaupun aku menyebutnya pak Rain pastilah pada orang asing. Tidak dengan mbak Ulva dan Mbak Sandeian. Aku membuka pintu apartemen.

Aku langsung menaruhnya di meja makan, agar ia dapat dengan mudah melihatnya.

"Apa seperti itu cara memberikan makan seseorang, menyelinap masuk dan menaruh makanan di atas meja lalu bergegas pergi, tidak adakah niatanmu membangunkan saya jika saya masih terlelap, seolah kau takut di lihat pemilik rumah?" aku terkejut, Pak Boss ternyata sudah berada dibelakangku, reflek aku melangkah mundur.

"Maaf pak, tapi tidak baik dua orang berlain jenis berada diruangan yang sama" tapi tidak denganmu kau'kan gey. Kalimat kelanjutanya hanya berada di ujung lidahku saja.

"Apa menurutmu seperti itu? " ia mendekat, aku was was bisa kucium wangi  khas orang mandi, wangi yang segar.

  Ternyata ia mengambil bekal dimeja. Huft laki laki ini hobby sekali membuat salah paham.

"Telur sambal, kau tahu ini jarang sekali memakan makanan sejenis ini, simpel dan lezat" percayalah aku bukan tersanjung mendengar hal itu tapi aku malah tersindir.

"Kenapa kau masih berdiri disini? Bukankah kaulah yang mengatakan dua orang yang berlainan jenis tidak boleh berada dalam ruangan yang sama?" pintar sekali lelaki membalikan omongan, aku bergegas pergi, namun langkahku terhenti saat ia mengatakan.

"Mulai besok kau tak perlu masak dirumah, langsung datang saja kemari, dan masak disini, sampai disini kira kira jam tujuh jadi tidak perlu bangun terlalu pagi" katanya pelan namun tak terbantahkan, kok dia tahu aku bangun pagi buta.

"Dan saya tak ingin makan sendirian" lanjutnya lagi entah mengapa aku ingin tertawa terjengkang jengkang mendengar kata kata itu, seolah ia adalah jomblo ngenes.

"Tapikan bapak bisa ajak pak Thomas" kataku,aku berbalik, bukankah pak Thomas adalah kekasih barunya setelah pak Joenathan pergi, mungkin.

"Masalahnya Thomas tak memiliki hutang padaku" katanya sukses membuatku mati kutu.

"Baik pak tapi jika bapak macam macam dengan saya, saya bakal... " ancaman apa yang bisa aku katakan.
"Saya bakal terjun dari lantai ini" lanjutku, ancaman macam apa ini, konyol sekali.

"Tidak akan, kecuali kau yang minta" ia menyantap bekal buatanku, aku bergegas pergi dari sana.

  Aku membuka pintu, dan disana didepan pintu ini pak Thomas menatapku bingung, aku segera melempar senyum terbaik, aku tahu dimatanya ada sorot penasaran, tapi ia tidak bertanya, langsung saja aku pulang kekubikelku tercinta.

Rain And Ginephobia (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang