Cek typo gais
Klik bintang dulu dong.
Sudah seminggu aku berada di sini. Tidak ada yang menarik, ingin keliling kampung tapi segan. Seperti kemarin, setiap aku keluar rumah aku merasa dijadikan bahan perhatian. Di tambah aku pergi bersama adik super judes. Mereka menatapku seolah melihat Alien yang sedang membonceng manusia. Aku merasa risih.Aku merasa asing di desa sendiri.
Dan pada akhirnya aku menghabiskan waktu di rumah. Mungkin secara harfiah akulah yang tidak ingin bergaul dengan gadis gadis di desa. Bukan karna mereka kampungan seperti yang ada di drama. Mereka baik dan ramah, tapi akulah yang salah disini.
"Sayurnya dibilas gih, biar mama yang potong ini" aku tersentak saat suara mama sudah ada di telingaku.
"Ok ma"
"Kamu lamunin apa hmm?"
"Lamunin kerjaan besok ma, apa pak Boss udah punya sekretaris pengganti untuk dua minggu ini apa belum?" kataku menjelaskan.
Mama menatapku dengan tatapan entahlah...
"Mama sih gak papa kalau kamu berhenti berkerja dari sana, kamu bisa cari kerja di Pekan baru kalau kamu mau" kata mama menatapku dan mengahadap kearahku.
"Memang sih gajinya mungkin gak segede gaji disana, tapi mama udah bisa sedikit bernafas, setidaknya mama sama kamu bisa bertemu di akhir pekan, mama yang kesana atau kamu yang kemari, kalau kamu gak nyaman sama tuntutan mama tentang pernikahan, maka mama gak akan minta ke kamu lagi, terserah kamu mama gak mau ikut campur itu pilihan kamu" aku tertegun, mama segera meraih panci untuk segera memasak sayur.
Aku masih merenungkan ucapan mama yang penuh keputus asaan.
***
Dua puluh lima tahun. Seperampat abad. Aku mengguling guling diatas kasur.
Kenapa aku semakin tertekan berada disini. Baik dikantor maupun di sini sama saja.
Tok tok tok.
Pintu depan diketuk, aku menuju kearah pintu masuk untuk melihat siapa yang berkunjung. Tumben sekali malam seperti ini kedatangan tamu.
Cklek.
Aku lihat seorang pemuda sedang berdiri didepan pintu dengan senyum manis.
"Maaf mau nyari siapa? Mama saya? Atau papa?" tanyaku padanya, bukan menjawab ia malah nampak melongo.
"Ma.... Ada orang" panggilku pada mama yang berada di dapur entah sedang apa.
"Bukan, eh anu anu" ia tampak salah tingkah mengibas tangan lalu menggaruk kepala yang aku yakin tidak gatal sama sekali.
"Ada ap.... Oh nak Danu sini masuk dulu" mama tiba tiba berada di sampingku dan mempersalahkan si Danu Danu itu masuk.
Dan aku?
Cengo didepan pintu, mejadi pengamat yang baik.
"Hana buatin kopi" kata mama padaku.
"Iya ma" jawabku langsung pergi kedapur.
Setelah selesai membuat kopi selera pak boss, ah pak boss lagi. Dia lagi apa ya sekarang?
Melamun lagi.
Aku segera mengantar kopi si tamu kedepan.
"Ini pak " kataku sambil menaruh kopi tepat didepan Danu.
"Pak?" tanyanya, aku menatap wajah mama yang menahan tawa.
"iya, jadi saya panggil apa?"
"Saya masih muda, masih dua puluh empat" katanya menahan tawa. Iya memang sih wajahnya masih muda.
![](https://img.wattpad.com/cover/168893944-288-k347435.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Ginephobia (end)
Short StoryRain dan penyakit langkanya. Start 28 november 2018-20 Februari 2019.....