Entahlah

1.1K 64 0
                                    

Cek typo gais.



"Ya ampun mbak San, mbak syantik banget" kataku saat berada di depan Mbak sandei dan Mas Thomas.

"Kalo gak cantik, mana mau aku nikah sama dia Han" kata Mas Thomas di samping Mbak Sandei dan langsung dihadiahi cubitan sayang dari Mbak Sandai.

"Kalo nanti jelek, gendut, badanya melar habis melahirkan anak kamu, kamu bakal tinggalin aku?"

"Ya, enggak dong, aku cinta sama kamu gak mungkin aku tinggalin setelah ngelahirin anak aku" jawab Mas Thomas membuatku merasa geli. Kulihat Mbak Sandei tersipu mendengar hal itu. Sungguh mereka bagai anak remaja yang kasmaran.

"Ini Mbak" aku menyerahkan kado untuk Mbak Sandei yang isinya baju anak bayi

"Apa isinya?" tanya Mbak Sandei padaku.

"Kalau di kasih tahu bukan kado namanya mbak"

Setelah memberikan ucapan selamat dan berfoto aku segera turun dari plaminan, lalu acara yang paling aku suka yaitu makan.

Aku makan hidangan yang di sediakan di sini. Kalau tak salah semalam adalah pesta pernikahan Mbak Sandei pakai adat. Wah daebak. Ala Fira.

Aku mencicipi cemilan dan cepuluh yang ada di meja, sungguh rasanya nikmat.

"Ehkem" dehem seoramg wanira di sampingku, aku menghentikan acara makan anggun dan menatapnya.

"hai, kamu kenalan Sandei ya?" tanyanya ramah.

"Ya saya teman Mbak Sandei di tempat kerjanya dulu"  kataku formal, tidak mungkin aku langsung bilang 'aku kamu' padahal masih baru kenal.

"Kamu ngomongnya kok formal banget, anyway kenalin aku Hotma, sahabat baik Sandeian" katanya mengulurkan tangan dan aku menyambutnya.

"Aku Hana" kataku padanya kemudian kami kembali menatap di plaminan.

"siapa sangka Sandei bakal cepat banget nikahnya" katanya entah pada siapa.

"Cepat?" tunggu dulu, umur Mbak sandei udah termasuk matang.

"Ya, siapa sangka manusia pecicilan, tukang kabur seperti dia dapat lelaki tampan dan kaya" katanya terkekeh.

"Hmmm"

"Mama" panggil seorang dengan suara cempreng aku dan Hotma menoleh.

"Ada apa sayang?"

"Ayo pulang" jawab sang anak dengan mata mengantuk.

"Papa mana?" kata Hotma sambil mencari sesuatu.

"Papa udah di parkiran, ayo pulang ma, pulang" kata si anak sambil menarik narik namanya.

"Iya iya, Han aku pulang dulu ya" pamitnya padaku.

"Ia Mbak" kembali lagi aku sendiri disini. Aku menatap sekitar, siapa tahu ada kenalan kantor yang bisa di ajak ngobrol. Aku menyapu sekitar dan

Gotcha

Manusia yang aku kenal dan aku deteksi hanya pak boss dan Parlin yang berada saling berdekatan namun saling membelakangi, jika pak boss bersama klienya maka Parlin bersama gelas yang ditanganya. Kenapa harus mereka sih? karena jadi sekretaris boss aku jadi jauh dari beradapan dan sulit bersosialisasi.

Aku berjalan menuju mereka, bingung mau kearah pak boss atau Parlin, mereka berdua menatapku bersamaan, tiba tiba kakiku kaku dan sulit digerakan. Kanan kiri kanan kiri

Kakiku berbelok kearah kiri tepat kearah Parlin, kulihat pak boss meliriku yang berbelok.

"Hai Par" sapaku setelah berada dihadapanya. Seperti biasa ia cuek.

Rain And Ginephobia (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang