Medan

1.2K 82 1
                                        

  cek typo gais.

Jangan lupa klik bintang.



   Hari ini, hari ini aku dan Fira akan pergi ke Medan,kami memasukkan barang yang penting untuk dibawa. Sebenarnya pernikahanya diadakan dua hari lagi, tapi Fira ingin berkunjung kerumah Neneknya jadi perginya dipercepat. Rumah Nenek Fira berada di dekat kebun teh didaerah Medan, sekalian refreshing katanya.

"Alasan apa lo izin ke kantor lo?" tanya Fira kepadaku, kami sedang berada di Taxi menuju bandara.

"Aku bilang Nenek aku sakit" jawabku menatap jalanan.

Fira nampak kaget dengan ucapanku
"Anjir, gak takut kena azab lo sangkut pautin sama nenek lo yang udah disurga?" katanya melotot. Aku hanya diam tak menjawab pertanyaanya.

   Kami berada didalam pesawat, Fira sudah memesan tiket jauh jauh hari sebelumnya. Memang Fira adalah sahabat tersiaga. Kebetulan aku duduk didekat jendela sedangkan Fira disampingku. Aku menatap luar pesawat dan melihat seluet pak boss sebelum mengalihkan tatapan ketika Fira memanggilku. Otomatis aku tak jadi melihat Fira dan mengabaikan panggilanya. Aku mencoba mencari cari keberadaan pak boss.

Apa karna setiap hari aku selalu bertemu dengannya aku jadi kehilangan?
Atau aku merindukanya?
Opsi yang kedua tidak mungkin.

"Oi Han lo dipanggil juga" Kali ini Fira menyentuh bahuku.

"Ah iya?"

"Pake sabuk lo"

"Iya" aku segera memasang sabuk pengaman ketika di intruksi.

"Tadi gue lihat kenampakan Pak Diktator?" kata Fira padaku.

"Hah?" aku bingung siapa yang dimaksud diktator, Pak Soekarno?

"Itu boss aku dikantor" Aku menatapnya bingung, kemarin ia manggil bossnya 'Pak Psikopat' sekarang 'Pak Diktator'

"Kemarin psikopat" aku agak protes.

"Sekarang hidup gue tuh kaya dikendaliin sama dia, dijajah,rasanya gue tuh bukan sekretarisnya tapi babu dia jadi panggilan dia gue ganti" Fira memang berkerja sebagai sekretaris bossnya.

"Tapi beneran tadi kayanya gue lihat muka dia deh, apa gue dihantui sama dia ya?" katanya menatapku.

"Kamu aja yang parno" aku menyenderkan punggung di kursi pesawat, diikuti Fira. Aku tidur sebentar tapi entah Fira, ia salah satu manusia yang tidak bisa tidur kalau ada banyak orang.

  Sesampai di bandara Kuala Namu aku dan Fira memesan ojek, kenapa ojek? selain murah aku dan Fira bisa memandang kota Medan dengan puas. Entah perasaan saja atau memang benar dua buah mobil seolah mengikuti kami.

Kami berhenti di sebuah rumah yang lumayan megah.
Sebenarnya ini tidak bisa dikatakan sebagai Desa, hanya saja rumah disini berjauhan ditambah pohon pohon menjulang tinggi.

"Nek.... Kek....."  panggil Fira bukan teriak Fira. Dasar wanita ini dimana mana selalu barbar. Dari dalam keluar seorang kakek yang terganggu dengan teriakan Fira.

"Fira?" tanya kakek itu, ia mencoba memakai kacamata yang menggantung di lehernya. Belum sempat sang kakek memakai kaca mata Fira memeluknya.

"Kakek aku rindu" kata Fira sambil memeluk Kakeknya.

"Ada apa ini ribut ribut?" seorang nenek lanjut usia keluar dari dalam rumah diikuti seorang wanita muda.

"Nenek" Fira melepas pelukan  dari kakeknya nenuju sang nenek. Aku sangat terharu melihat pemandangan itu. Karena disibukan kerja dan minim libur jadi tidak bisa pulang kampung.

Rain And Ginephobia (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang