Cek typo gais, ingat vote!
Ngatur lu thor!!Sebulan, sudah sebulan aku bekerja sebagai kacung perusahaan atau kacung pak boss, pada awal pekerjaan sangat sulit, yang dari permintaan boss yang datang ke apartemennya untuk masak, menu makan siangnya, ia ingin kopi dengan gula harus seperampat sendok teh, dan keinginan mendadak lainya. Hal yang paling sulit adalah berada dalam ruangan yang dengan pak boss. Tapi memang tak pernah terjadi hal yang tak diinginkan, kalaupun terjadi itupun karna kekonyolanku sendiri. Ia tak pernah protes dengan makanan yang kubuat. Ada kepuasan tersendiri bisa mengerjakan semua tugas dengan baik, walau akhirnya pasti lembur.
Masalah makan bersama, aku menolaknya, apa kata dunia kalau aku makan bersamanya? Cukup dipagi hari saja kami makan bersama, jika siang juga makan bersama fix kami seperti suami Istri saja, dan untungnya ia mau menerimanya. Syukurlah.
Getaran ponselku menyadarkanku dari lamunan.
Pak boss
Istirahat nanti saya ingin makan nasi goreng seperti biasa. Ditemani jus.Aku membaca pesan itu berulang kali, kalimat terakhir ingin sekali kuganti dengan 'ditemani kamu'. Plakk, apa yang kupikirkan hedeh karna efek sering bertemu pak boss membuat otakku sedikit bermasalah.
"Oi Han ayo kekantin, malah bengong" aku mengalihkan pandangan ke arah Mbak Sandei, tak terasa ternyata sudah istirahat.
"Mbak Ulva mana Mbak?" tanyaku, biasanya jika kami ingin kekantin, ia akan melambaikan tangan dan makan bekalnya, oh ya, kenapa sekarang aku gak bawa bekal? Karna sekarang hari muda, alias baru gajian, gajian dari perusahaan dan gajian dari jadi kacung pak boss. Aku tak menyangka jika aku juga digaji dari jadi kacung, padahal kan itu dalam rangka bayar kerugian atas kelecetan mobil pak boss. untung dia baik dan masalah bayar makanan yang ia pesan pasti selalu dibayar juga, digabungin ke gaji. Betapa dermawannya pak boss ini.
"Mbak Ulva lagi di ruang kepala keuangan ngasih data" ucapan Mbak Sandei menariku ke alam nyata.
"Oh Mbak duluan aja, aku juga mau kasih data ke pak Jimmi" ya aku harus menyerahkan data anggaran kepada pak Jimmi.
"Oh ya udah Sampai jumpa dikantin" akhirnya Mbak Sandei pergi kekantin sendirian. Aku menuju ruangan kepala keuangan.
Tanpa mengetuk pintu dulu aku membuka pintu, toh Mbak Ulva ada didalam.Cklek.
Pemandangan yang pertama aku lihat membuatku membeku. Mbak Ulva dan pak Jimmi sedang berciuman, ya berciuman, kaya adegan yang sering ditonton Fira di lebtobnya. Aku bergegas berbalik setelah mendapat kesadaran, sebelum berbalik aku melihat mereka menatapku kaget, sama kegetnya denganku. Mbak Ulva selingkuh dengan rekan kantor saat ia hamil. Astaga. Aku habis pikir denganya. Aku berjalan cepat, tidak aku berlari cepat. Aku memelankan langkah ketika ponselku bergetar.
Pak boss
Dimana makan siang saya?Untuk pertama kalinya aku bersyukur di chat pak boss, setidaknya aku dan Mbak Ulva tidak bertemu saat ia mencariku nanti. Aku masih tak habis pikir.
Aku membawa menu makan siang pak boss, tentu saja dengan cepat, takut takut Mbak ketemu Mbak Ulva di kantin atau dilift.
Sesampai dilantai ruangan pak boss aku memegang hendle pintu, tapi urung karna kulihat meja pak Thomas tidak berpenghuni.
Jangan jangan mereka....
Tau kan FF yang sering dibaca Fira, jangan mereka melakukan hal kaya gitu, secara pak bos itu gey, kemungkinan besar mas Thomas juga.Aku menaruh makanan dimeja pak Thomas, lalu menempelkan telinga ke pintu itu, karna setelah melihat adegan Mbak Ulva dan pak Jimmi membuatku paranoid. Tak ada suara yang kudengar dari dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Ginephobia (end)
Short StoryRain dan penyakit langkanya. Start 28 november 2018-20 Februari 2019.....