Aku membuka mata dengan perlahan. Pusing, itulah yang aku rasakan.
Aku menoleh kearah seluet dua orang yang berada disampingku. Aku menajamkan mencoba membiasakan dengan cahaya.
"Mama?" gumamku serak, suaraku bagai bebek kejepit.
"Ya, sayang?" mama mencondongkan kepala kearahku.
Ku alihkan pandangan kepenjuru ruangan, nihil.
Orang yang kucari tak ada di sana."Kamu nyari Rain?" seolah tahu apa yang aku cari, papa bertanya.
"Dia pergi ganti baju bentar" ucap mama.
"Dia udah ningguin kamu dari kemarin" lanjut mama lagi.
"Berapa lama aku pingsan?" tanyaku, rasanya tubuhku pegal.
"Selama sehari kamu gak bangun bangun, begitu dengar kabar dari Rain, mama langsung OTW sini, hampir aja papa kamu nabrak jembatan" kulihat mama berusaha membuat lelucon.
"mama kamu, minta cepat cepat. Hampir aja kami celaka kalo papa gak cekatan" kata papa mencoba tersenyum.
"Hati hati makanya, jangan karna buru buru eh malah masuk rumah sakit juga" aku coba menaggapi lelucon mereka.
"Untung ada Rain yang jaga kamu tadi malam, mama sama papa disuruh istirahat dulu" kata mama tersenyum. Nampak jelas kekhawatiran di raut wajahnya, namun ia tak menunjukan dengan kata kata.
Keadaanku sudah membaik, sebuah keajaiban aku sadar dari koma dan langsung dapat besikap biasa seperti orang yang pulih dari demam. Tapi kali ini mungkin memang aku tidak terluka parah dibanding beberapa tahun lalu.
Sampai akhirnya pintu terbuka, menampilkan Rain dengan kanton plastik. Kemudian ia menaruh dikursi pengunjung yang menempel di dinding.
"Makan dulu tante" kata Rain menawari mama dan papa makanan.
"Kamu makan aja, om dan tante udah makan sebelum kemari" kata mama, Papa tidak banyak bicara setelah kedatangan Rain, apa mungkin ia marah?
"Mama sama Papa tinggal dimana" aku berusaha duduk dengan susah payah, mama membantuku. Kulihat Rain tampak canggung.
"Mama tinggal di hotel sekitar sini, mama lupa namanya apa" jawab mama.
"Bapak gak pulang?" tanyaku menatap Rain.
"Saya gak akan pulang kalau kamu belum sembuh" jawabnya dengan enteng.
"Perkerjaan bapak gimana?" tanyaku, bagaimana dengan nasib kantor yang sudah ditinggal selama seminggu lebih.
"Kan sudah saya katakan, paman yang mengaturnya" jawabnya enteng.
Aku mengagguk angguk kemudian aku melirik mama yang tersenyum.
"Kita dikacangin Pa, ayo kita pergi bentar kita jadi anti nyamuk" mama mengajak papa keluar ruangan.
"Lah mama mau kemana?" aku melihat mereka beranjak pergi.
"Mama sama mau nyari angin dulu" mama menyeret Papa yang ragu ragu meninggalkan kami.
Tinggal kami berdua disini. Aku meliriknya, kenapa suasana jadi janggung begini?
"Bapak udah makan?" pertanyaan itu yang lolos dari bibirku. Pertanyaan bodoh, sudah jelas ia membawa makanan untuk dimakan.
"Belum" jawabnya santai. Apa cuma aku yang merasa awkward disini?
"Apa Sekarang kepala kamu masih sakit?" tanyanya melirik kearah kepalaku yang di perban.
"Sekarang gak terlalu pak, oh ya kalo bapak mau makan, makan aja" kataku menunjuk kearah kantong yang tadi ia letakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Ginephobia (end)
Short StoryRain dan penyakit langkanya. Start 28 november 2018-20 Februari 2019.....