22. Don't Go☘

3.7K 493 41
                                    

Siyeon terkejut ketika melihat seorang pria sudah duduk manis di ruang tamunya sepagi ini. "Jeno?"

Merasa terpanggil, Jeno pun menoleh dan tersenyum manis, "Ayo aku anter ke kantor."

"Aku bisa sendiri," ucap Siyeon lalu berjalan melewati Jeno.

Jeno menghela nafas berat kemudian mengikuti langkah Siyeon keluar rumah.



"Kamu naik taksi?" tanya Jeno.

Sementara Siyeon hanya diam, fokus pada layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah taksi pun berhenti di depan mereka.


"Hati-hati ya sayang," ucap Jeno yang tak mendapat respon apa-apa dari Siyeon. Pria itu hanya tersenyum sembari memperhatikan taksi Siyeon yang semakin menjauh.

Jeno : nanti sore aku jemput ya


...



06.00 p.m.

Langkah Siyeon terhenti ketika melihat mobil Jeno yang terparkir di depan kantornya.

"Udah baikan lo?" tanya Hyunjin.

Siyeon menggeleng pelan.

"Kayak bocah lo berdua," cibir Hyunjin.

Tak mempedulikan ucapan Hyunjin, Siyeon segera berjalan ke depan kantor untuk menunggu taksi yang lewat.

"Siyeon, ayo aku anter pulang," ucap Jeno yang sudah berdiri di sebelah Siyeon.

Sama seperti tadi pagi, Siyeon tak menggubris ucapan Jeno sama sekali. Wanita itu fokus bermain ponsel seakan-akan Jeno adalah makhluk tak kasat mata.

"Bayi beruang, jangan cuekin aku," ucap Jeno sembari menundik lengan Siyeon.

Siyeon terus saja bungkam sampai ada taksi yang berhenti di depan mereka.

"Hati-hati dijalan ya sayang," ucap Jeno yang lagi-lagi tak mendapat respon apapun.

Jeno menghela nafas berat lalu dengan lesu masuk ke dalam mobilnya.





☘☘☘





Sudah kurang lebih seminggu berlalu. Jeno selalu datang ke rumah Siyeon di pagi hari dan menjemput wanita itu di kantornya pada sore hari. Dan sudah seminggu pula Siyeon mengabaikan Jeno, ia tak pernah mengiyakan ajakan sang suami ataupun menanggapi ucapan pria itu.

Berbagai macam cara sudah dilakukan oleh Jeno untuk membuat istrinya luluh. Mulai dari membelikannya bunga, coklat, berbagai macam benda berbau Stitch, membuatkan nasi goreng spesial, mengirim surat cinta, satupun tidak ada yang digubris oleh Siyeon.

Pagi ini terasa sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, Jeno tak datang menjemput Siyeon. Wanita itu duduk di ruang tamu sembari memperhatikan jam tangannya, jujur saja ia sedang menunggu sang suami.

Siyeon bangkit dari tempat duduknya ketika waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, ia harus berangkat ke kantor sekarang jika tidak mau terlambat. Mungkin saja Jeno sedang terjebak macet saat ini.

[3] One And Only✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang