[3] One And Only✔️

48. For You☘

Jeno terbangun ketika ada tangan mungil yang menyentuh pipinya.

"Aduh, maaf. Papa ketiduran," ucap Jeno sembari mengusap wajahnya.

Nia mencium pipi Jeno, membuat pria itu sedikit terkejut. "Nia sayang Papa."

"Dasar bocah labil," gerutu Jeno.

"Apa?"

"Bukan apa-apa sayang," ucap Jeno lalu mengambil kompresan di dahi Nia.

"Papa.. kepala Nia udah nggak sakit lagi."

"Iya, kan Nia udah minum obat tadi," ucap Jeno.

"Iya, hehe.." ucap Nia sembari memeluk boneka jerapah kesayangannya.

"Nia makan dulu ya, biar Papa suruh Mama buatin bubur," ucap Jeno.

Nia mengangguk pelan.

Jeno menggendong putrinya lalu berjalan keluar kamar.

"Mama.. Nia udah bangun. Buatin Nia bubur katanya," ucap Jeno.

Siyeon yang sedang membaca majalah pun langsung bangkit dari tempat duduknya. "Oke, tunggu sebentar ya."

"Ayo kita nonton TV sambil nunggu buburnya jadi," ucap Jeno lalu menyalakan televisi.

"Papa, stop!!" seru Nia.

Spontan Jeno yang sedang mengganti-ganti channel TV langsung menghentikan kegiatannya.

"Nia suka nonton ini," ucap Nia sembari menunjuk televisi.

"Oke. Kita nonton ini."

Jeno tak henti-hentinya tersenyum melihat Nia yang tertawa di pangkuannya karena menonton kartun di televisi.

"Papa.. Papa.. liat deh, dombanya mirip sama Papa."

"Heh?"

☘☘☘

Jeno terjaga di tengah malam dan mendapati Siyeon tidak ada di sebelahnya. Pria itu bangkit dari tempat tidurnya lalu memeriksa kamar mandi. Nihil, tidak ada siapapun disana.

"Siyeon?" panggil Jeno ketika melihat Siyeon sedang duduk di ruang tengah.

"Kamu belum tidur?" tanya Siyeon.

"Kebangun," jawab Jeno. "Kamu ngapain nggak tidur?"

"Nathan belum pulang," ucap Siyeon.

Jeno melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam lalu mengambil posisi duduk di sebelah Siyeon. "Kamu udah coba telfon?"

Siyeon mengangguk, "Nggak aktif."

Jeno mengambil ponselnya lalu mencoba untuk menghubungi teman Nathan.

"Halo?"

"Halo, Dika?"

"Kenapa Om?" tanya Dika.

"Nathan ada sama kamu?"

"Nathan? Enggak Om. Tadi kayaknya dia ikut balap liar."

"APA?!!"

"Iya Om."

Jeno mengusap kasar wajahnya. "Kamu tau tempat balap liarnya?"

"Tau Om. Di jalur sebelas deket sekolah."

"Oke, makasi ya."

"Sip sip Om."

Tut Tut Tut!