46. Hidup itu berat☘

3.6K 450 36
                                    

"Jadi belum ada yang mau ngaku ya?"

Semua karyawan bungkam seribu bahasa ketika Jeno lagi-lagi menginterogasi mereka.

"Ngaku aja," ucap Jeno santai. "Kalo salah satu dari kalian mau ngaku, saya janji nggak akan lapor polisi."

Lagi-lagi semuanya hanya diam.

"Saya hitung sampai 5," ucap Jeno.

"Satu.."

"Dua.."

"Tiga.."

"Empat.."

"Saya Pak."

Semua orang disana terkejut ketika Jisung mulai bersuara.

"Yang lain boleh keluar," ucap Jeno.

Semua karyawan keluar dan  menyisakan Jeno, Jisung dan Doyoung di dalam ruangan.

"Oh jadi ini yang ngambil uang perusahaan." Doyoung tersenyum miring.

Jisung hanya diam menunduk.

Doyoung menarik kerah kemeja Jisung, "Lo kemanain uangnya bangsat??!!"

Jeno menarik Doyoung dan berusaha menenangkan kakaknya itu. "Sabar Bang, elah."

Jeno mendudukkan Doyoung di kursi lalu berjalan menghampiri Jisung.

"Buat apa kamu korupsi? Apa gaji yang kita kasi selama ini nggak cukup?" tanya Jeno.

"M-maaf Pak, anak saya sakit. Jadi perlu biaya banyak buat pengobatannya," jawab Jisung.

Jeno menghela nafas, "Harusnya kamu bilang sama kita. Kita bakal bantu sebisanya."

"Maaf Pak."

"Uangnya udah habis kamu pakai?" tanya Jeno.

Jisung menggeleng, "Masih sisa 4M, Pak."

"Yaudah, kamu bisa kembaliin 4M itu?"

"Bisa Pak," jawab Jisung. "Tolong jangan pecat saya. Saya janji akan kembaliin semua uang itu."

Jeno terdiam sembari menatap Jisung dari atas sampai bawah.

"Anak saya divonis kanker otak Pak, tolong jangan pecat saya," mohon Jisung.

Jeno mengalihkan pandangannya pada Doyoung. "Gimana Bang?"

"Tolong Pak, bapak juga punya anak kan di rumah. Bayangin kalo bapak ada di posisi saya. Apalagi bapak seorang dokter, pasti tau kalau biaya untuk kemoterapi nggak sedikit," jelas Jisung.

Doyoung menghela nafas pelan. "Yaudah, kamu nggak akan dipecat. Tapi kamu harus janji bakal balikin semua uang perusahaan dan kalo saya liat ada kejanggalan di laporan keuangan lagi, tanpa basa-basi kamu harus keluar dari sini. Deal?"

Jisung menjabat tangan Doyoung, "Deal Pak. Terima kasih banyak."





☘☘☘





"Jeno, aku boleh minta uang? Beras sama susunya Nia habis," ucap Siyeon pelan.

Jeno mengeluarkan dompetnya lalu menyerahkan beberapa uang seratusan pada Siyeon.

"Kamu udah sisain buat kamu makan di rumah sakit kan?" tanya Siyeon.

Jeno tersenyum lalu mengangguk, tapi semua itu adalah kebohongan. Ia sudah tidak mempunyai sepeserpun uang di dompetnya. Tak peduli ia tak makan hari ini, yang terpenting keluarganya bisa makan dengan baik.

"Aku berangkat ya, I love you." Jeno mencium kening Siyeon lalu segera pergi.

"Hati hati Jeno."

[3] One And Only✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang