16. Decision☘

3.6K 451 36
                                    

"Yuri anaknya cantik ya, manis lagi."

Jeno menoleh, "Ngapain tiba-tiba kamu ngomongin Yuri?"

Siyeon hanya tersenyum tipis lalu kembali fokus pada laptop yang ada di hadapannya.

"Ditanyain malah senyum-senyum, dasar aneh," sungut Jeno.

Tak ada respon apa-apa dari Siyeon, wanita itu lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu ketimbang mengobrol dengan Jeno, mengingat sebentar lagi sudah tengah malam.

Suasana begitu hening, hanya terdengar suara keyboard dari laptop Siyeon yang ditekan secara bergantian. Jeno memperhatikan sang istri yang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Wanita itu terlihat cantik dengan kacamata bening bergagang hitam. Rambut panjangnya terurai bebas sehingga sedikit mengganggunya saat bekerja.

Jeno bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Siyeon. Tangannya bergerak merapikan rambut panjang sang istri lalu mengikatnya menggunakan karet.

"Diiket aja supaya nggak ganggu," ucap Jeno.

Siyeon menoleh ke belakang lalu tersenyum, "Makasih."

Jeno mengambil posisi duduk di sebelah Siyeon, "Masih lama?"

"Sebentar lagi selesai."

Jeno hanya mengangguk dan lebih memilih untuk memainkan rambut Siyeon.

"I met you in the dark. You lit me upㅡ"

"Jangan nyanyi dulu Jeno, aku nggak konsen ni ngerjainnya," protes Siyeon.

Spontan Jeno menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, "Sorry."

Siyeon hanya menggeleng pelan lalu melanjutkan pekerjaannya.

Setelah beberapa menit berlalu...



"Yess!! Selesai!!" teriak Siyeon.

Jeno yang sedari tadi melamun sampai terkejut karena Siyeon tiba-tiba berteriak.

"Kaget ya? Maaf hehe," ucap Siyeon.

"Ayo tidur, udah malem," ajak Jeno.

Siyeon mengangguk lalu mengikuti langkah Jeno ke dalam kamar.

"Jeno, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Siyeon sembari menggunakan skincare rutinnya di depan meja rias.

"Apa sayang?"

Siyeon berbalik lalu menatap Jeno yang sedang berbaring di tempat tidur.

"Gimana kalo kamu nikah lagi?" usul Siyeon.

Jeno tersentak, "Nikah lagi? Kamu bercanda?"

"Enggak kok. Aku udah mikirin ini mateng-mateng. Ini satu-satunya cara supaya kamu punya anak."

Jeno mengalihkan pandangannya ke jendela, "Enggak. Lagipula siapa yang mau nikah sama aku?"

"Yuri."

Lagi-lagi Jeno dibuat kaget dengan kata-kata Siyeon. "Kamu udah gila atau gimana?"

"Yuri anaknya baik kok. Aku udah beberapa kali ketemu dia dan aku yakin dia yang terbaik buat kamu. Dia cantik dan yang paling penting, dia bisa ngasi kamu keturunan."

"Terus kamu gimana?" tanya Jeno.

Siyeon tersenyum tipis, "Aku nggak apa-apa dimadu, asal jangan ceraiin aku."

"Segampang itu kamu ngomong?"

"Aku cuma mau yang terbaik buat kamu. Aku cuma mau kamu bahagia," ucap Siyeon.

[3] One And Only✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang