Sudah hampir 3 bulan Nia bersekolah, baru siang ini Jeno mendapati putrinya pulang dalam keadaan menangis. Pria paruh baya itu segera menghampiri Nia dan berjongkok di depan putri kecilnya.
"Kesayangan papa kenapa nangis?" tanya Jeno sembari menghapus air mata Nia.
Gadis kecil itu tak menjawab pertanyaan ayahnya, ia malah memeluk Jeno dan menangis di bahu sang ayah.
Mail yang tadinya datang bersama Nia pun bersuara. "Daritadi Mail udah tanyain Om, tapi Nia nggak mau cerita."
"Cup cup jangan nangis lagi sayang," ucap Jeno sembari mengusap lembut kepala putrinya.
"Nia nggak mau sekolah lagi," ucap Nia di sela-sela isakannya.
"Loh, kok gitu?" tanya Jeno.
"Temen-temen Nia jahat. Nia nggak suka."
Jeno melepas pelukannya dan menatap putrinya yang masih menangis, "Jahat kenapa? Memangnya Nia diapain sama mereka?"
"Tadi.. tadi kan Bu guru nyuruh buat surat untuk Mama, tapi Nia buatnya surat untuk Papa. Terus.. terus tadi Bu guru nanya Mama kemana, terus Nia jawab Mama pergi ketemu Tuhan, terus temen-temen Nia malah ketawa."
Jeno menghela nafas pelan, "Nggak usah didengerin yang kayak gitu sayang."
"Mereka terus bilang Nia nggak punya Mama. Nia kan nggak suka!"
"Siapa yang bilang kayak gitu? Biar Papa marahin," ucap Jeno.
"Banyak, Pa."
"Udah jangan nangis lagi, besok Papa marahin mereka ya."
"Iya Nia, aku juga bakal marahin mereka nanti. Pokoknya nggak boleh ada orang yang buat Nia nangis," ucap Mail.
Nia mengangguk lalu mengusap air matanya.
"Loh, Nia kenapa nangis?" tanya Jennie yang tiba-tiba datang.
"Biasalah Kak, masalah anak-anak," jawab Jeno.
"Udah, jangan nangis sayang. Kalo ada apa-apa bilang aja sama Mail," ucap Jennie sembari mengusap lembut kepala Nia.
"Iya Tante," balas Nia.
Pandangan Jennie beralih pada Jeno, "Habis ini ke rumah sakit lagi, Jen?"
Jeno mengangguk.
"Kenapa nggak titipin Nia sama kakak aja sih? Kasian kan kamu bolak-balik," ucap Jennie.
"Nggak apa-apa, Kak. Aku mau jalan-jalan dulu sama Nia."
"Oh gitu, yaudah deh. Kalo lain kali kamu nggak bisa jemput, telfon Kakak ya."
Jeno tersenyum, "Iya Kak. Makasi."
Jennie mengangguk, "Kalo gitu Kakak sama Mail duluan ya."
"Iya, hati-hati dijalan, Kak."
"Dadah Nia!!" Mail melambaikan tangannya pada Nia.
"Dadahh juga Maill!!" ucap Nia dengan heboh.
Jeno tersenyum tipis kemudian menggendong putrinya. "Nia mau es krim?"
"Mauu."
"Oke, kita beli es krim dulu baru ke rumah Oma ya."
Nia mengangguk lalu mencium pipi Jeno. "Nia sayang Papa."
"Papa juga sayang Nia."
☘☘☘
Berbeda dengan kemarin, siang ini Nia sudah kembali ceria. Jeno tak benar-benar memarahi teman-teman Nia, pria itu hanya menghubungi wali kelas putrinya lalu menjelaskan masalah yang terjadi dan hari ini seperti semua sudah baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] One And Only✔️
FanficCOMPLETED Dari SMA - Kuliah - sampe nikah? Penasaran gimana kehidupan Jeno Siyeon setelah menikah? ☘ Narasi baku ☘ 15+ ☘ Jomblo awas baper ☘ Didedikasikan untuk penumpang kapal Jeno Siyeon Q : Apa itu bucin? A : Lee Jeno Let's check this out! Start...