17. Hurt Each Other☘

3.5K 447 50
                                    

Siyeon lebih dulu sampai di apartemen ketika sore hari mulai menyapa. Ia melihat sarapan tadi pagi yang belum tersentuh sedikitpun.

"Jeno nggak sarapan?" gumamnya pelan.

Segera ia mengambil ponselnya lalu menghubungi sang suami. Sial, telfonnya tak diangkat. Ia pun memilih untuk mengirimkan pesan pada suaminya itu.

Siyeon : jangan pulang larut ya sayang

Hanya itu pesan yang ia kirimkan pada sang suami. Setelah itu, ia pun memilih untuk mandi dan menyegarkan badannya setelah melewati hari yang sangat sulit.

Selepasnya mandi, entah kenapa Siyeon tertarik untuk memperhatikan foto pernikahannya dengan Jeno yang terpasang di ruang tamu.



"Yeon, mau nggak nikah sama gue?"

"Jangan bercanda."

"Siapa yang bercanda?"

"Ngelamarnya yang romantisan dikit kek. Kaku amat kayak kanebo kering."

"Romantis atau enggak, yang penting aku sayang kamu."

Plak!

"Dasar bucin!"



Sshh!!

Teko yang tiba-tiba berbunyi membuat Siyeon tersadar dari lamunannya. Dengan segera Siyeon pergi ke dapur dan menyeduh tehnya.

Tak lupa ia memasak untuk makan malam. Hanya menu sederhana, tapi kesukaan mereka berdua. Apalagi kalau bukan nasi goreng.

Makanan sudah siap dan kini tinggal menunggu Jeno pulang. Siyeon duduk di sofa ruang tamu sembari menonton televisi. Tidak, wanita itu lebih tepatnya melamun.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Jeno belum pulang juga. Siyeon sudah menelfonnya, tapi tak satupun yang diangkat lelaki itu. Sempat ia berpikir kalau Jeno mabuk lagi seperti tempo hari.

Tet!

Tet!

Siyeon segera berjalan menuju pintu ketika mendengar password apartemen yang ditekan salah dari luar. Wanita itu hafal betul jika Jeno tidak akan bisa memasukkan password apartemen yang benar jika ia sedang lelah dan stres.

Siyeon terkejut ketika melihat sudut bibir Jeno yang lebam. "Bibir kamu kenapa?"

Jeno hanya diam lalu berjalan masuk melewati Siyeon.

Siyeon segera mengikuti langkah Jeno lalu mengambil alih tas yang dibawa suaminya. "Kamu udah makan?" tanyanya.

"Udah," jawab Jeno singkat lalu cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi.

Siyeon menghela nafas pelan dan lebih memilih menunggu Jeno sampai selesai mandi.

Setelah beberapa lama, akhirnya Jeno keluar dari kamar mandi dengan setengah tubuhnya dibaluti handuk. Siyeon tidak kaget, karena ia sudah cukup sering melihat suaminya itu bertelanjang dada. Siyeon menunduk ketika maniknya tak sengaja bertemu dengan Jeno.



"Kenapa belum tidur?" tanya Jeno yang sedang memakai baju.

"Nungguin kamu," jawab Siyeon pelan.

"Udah makan?" tanya Jeno lagi.

"Belum."

"Makan sana," suruh Jeno.

Siyeon menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, meremas seprai nya dan mati-matian menahan air matanya supaya tidak keluar.

"Kenapa diem?" tanya Jeno.

"Ya," ucap Siyeon parau lalu cepat-cepat keluar kamar.

Sesampainya di meja makan, Siyeon tak menyentuh makanannya sedikitpun. Ia menangis sendirian disana, menenggelamkan wajahnya diantara kedua lipatan tangannya.

[3] One And Only✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang