40. Jangan-jangan..☘

4K 477 133
                                    

Pintu berderit pelan, suara langkah kaki itu terdengar jelas ketika Jeno masuk ke ruang rawat inap. Suasana ruangan itu sepi, sang empu terlihat tertidur pulas di atas ranjang.

Jeno memperhatikan sekeliling, tak ada yang mengawasi anak itu. Kemudian ia melangkah menghampiri bocah yang sedang tertidur dengan lelap itu. Rahangnya terlihat mengeras dan kedua tangannya terkepal kuat.

"Kenapa sih lo tiba-tiba dateng di hidup gue?" tanya Jeno yang tak mendapat respon apa-apa.

"Mending lo mati aja, daripada ganggu gue sama Siyeon," lanjutnya.

Jeno mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, terlihat seperti jarum suntik. Kemudian ia mendekati kantong infus yang terletak di samping ranjang. Tak peduli, ia akan menjadi seorang pembunuh hari ini.

Pria itu melihat sekeliling, memastikan keadaan sudah aman dan langsung melancarkan aksinya untuk membunuh anak tirinya itu.




"Jeno?"

Suara itu membuat Jeno menjadi gelagapan, segera ia memasukkan jarum suntik itu ke dalam saku jaketnya.

"Kamu ngapain?" tanya Siyeon.

"Ahㅡ Hng.. ini cuma periksa infusnya Nathan," Jeno berkilah.

Siyeon percaya begitu saja kemudian mengambil posisi duduk di sofa.

"Siyeon, aku minta maaf," ucap Jeno.

"Udah bisa nerima kenyataan kalo Nathan itu anak kamu?" tanya Siyeon.

Jeno terdiam, kepalanya merunduk.

Siyeon menghela nafas, "Apa susahnya sih nerima dia jadi anak kamu?"

Jeno memejamkan matanya sejenak sembari memijit pelipisnya, sudah kurang lebih seminggu ia meributkan masalah ini dengan sang istri.

"Papa.." Suara lemah itu menarik atensi baik Jeno maupun Siyeon.

"Akhirnya Papa dateng juga. Aku udah nungguin dari kemarin-kemarin."

Jeno sedikit terkejut ketika Nathan meraih jemari tangannya.

"Aku minta maaf, Pa. Aku memang anak nakal, nggak tau diri dan selalu nyusahin kalian," ucap Nathan. "Tapi sekarang aku sadar, kalian lebih berharga dari apapun yang ada di dunia ini."

Jeno terhenyak mendengar ucapan bocah yang ada di hadapannya, beruntung ia tak jadi menyuntikkan racun itu ke cairan infus putranya.

"Papa mau kan maafin aku?" tanya Nathan.

Jeno menatap wajah putranya yang terlihat pucat pasi, kemudian secara natural tangannya bergerak mengusap lembut surai hitam legam milik Nathan. "Iya, Papa maafin."

"Papa.. Nathan bosen di rumah sakit."

"Sebentar ya, biar Papa tanya dulu dokternya, kamu udah boleh pulang apa belum."

"Papa aja yang periksa, Papa kan dokter juga."

Jeno terkekeh pelan, "Papa kan nggak tau perkembangan kamu selama ini kayak gimana."

"Udah, kalian diem aja disini. Biar Mama yang tanya," ucap Siyeon lalu pergi keluar.

"Papa.." panggil Nathan.

Jeno menoleh, "Hm?"

"Papa jangan marah-marah lagi ya," ucap Nathan pelan.

"Iya."


Ternyata kondisi Nathan sudah membaik dan langsung diperbolehkan pulang siang itu juga oleh sang dokter, tapi harus banyak istirahat.

Selepas Nathan diperbolehkan pulang, keluarga kecil itu pun berkunjung ke rumah sakit sebelah. Jennie baru saja melahirkan anaknya yang ketiga. Sebenarnya mereka ingin mengikuti program KB dengan dua anak lebih baik, tapi apa daya, kata Doyoung terlalu asyik sampai pelindungnya lepas makanya jadi seperti ini.

[3] One And Only✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang