07. DES☘

4.9K 594 43
                                    

Di malam yang dingin ini Jeno sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya, terasa semakin buruk karena Siyeon sudah tertidur sehingga ia harus begadang sendirian. Biasanya ia akan menyelesaikan pekerjaannya sembari menggoda Siyeon, tidak akan terasa melelahkan jika ia bisa mendengar suara istrinya yang sebenarnya cerewet itu. Karena saking ngantuknya, Jeno hampir saja terlelap di depan laptop ketika Siyeon tiba-tiba bersuara.

"A-aw! Jeno.."

Jeno segera menghampiri Siyeon ketika mendengar rintihan istrinya itu. "Kenapa sayang?"

"Perut aku sakit.." ucap Siyeon sembari memegangi perutnya.

"Paling cuma kram aja, tenang."

Siyeon memejamkan matanya berusaha keras untuk menahan rasa sakit itu, tapi lama-kelamaan sakitnya malah menjadi-jadi.

"Aku nggak kuat.." lirih Siyeon.

"Astaga!!" pekik Jeno.

Siyeon membuka matanya lalu mengikuti arah pandang Jeno. Betapa terkejutnya ia ketika melihat darah sudah memenuhi sebagian tempat tidurnya.

"Jeno, kenapa ada darah?" tanya Siyeon sembari menangis.

"Sabar sayang, kita ke rumah sakit sekarang."

Cepat-cepat Jeno menggendong Siyeon yang masih merintih kesakitan dari apartemen menuju mobilnya.



"Tahan sebentar ya sayang," ucap Jeno mencoba menenangkan Siyeon.

Sementara Siyeon masih merasakan sakit yang teramat dalam, seperti ada yang menusuk-nusuk perutnya. Jeno yang melihat istrinya yang sangat kesakitan itu menambah kecepatan mobilnya, beruntung jalanan sudah mulai sepi mengingat ini adalah pukul dua dini hari.

Jeno menggendong Siyeon dari parkiran rumah sakit menuju lobi. Beberapa staf yang berjaga membantu mengambilkan emergency stretcher yang tersedia di lobi rumah sakit.

"Kak Mina ada?" tanya Jeno kepada salah satu staf.

"Dokter Mina baru saja pulang," jawab staf tersebut.

"Mampus," gumam Jeno. "Terus sekarang nggak ada dokter kandungan disini?"

Staf tersebut menggeleng.

"Nice." Itulah kata-kata yang seorang Lee Jeno disaat situasi genting seperti ini.

"Jeno.. sakit.." lirih Siyeon sembari mencengkeram erat pergelangan tangan Jeno.

"Kamu kuat sayang, tahan sebentar," ucap Jeno lalu mengambil ponsel yang ada di saku celananya.

Jeno mencoba menghubungi Mina, tapi panggilannya tak dijawab oleh wanita itu. Tak menyerah sampai disana, Jeno mencoba menelfon beberapa dokter kandungan yang ia kenal, tapi tak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilannya. Astaga, Jeno benar-benar gila saat ini.

"Jeno.. aku nggak kuat lagi.." ucap Siyeon.

Jeno menghela nafas lalu mencoba menjernihkan pikirannya sejenak.

"Suster, tolong beri dia obat pereda rasa sakit," ucap Jeno.

Suster yang ada di dekat Jeno pun mengangguk lalu membawa Siyeon ke UGD, sementara Jeno masih mondar-mandir di lobi sembari mengutak-atik ponselnya.

"Arghh!!" Jeno mengacak rambutnya frustasi karena tak ada satupun panggilannya yang dijawab.

Jeno duduk di salah satu kursi sembari memejamkan matanya, masalahnya ia tidak terlalu mengerti masalah kandungan karena itu bukan ranahnya.

Drrt drrt!

Jeno membuka mata ketika ponsel di tangannya tiba-tiba bergetar dan menampilkan nama Mina disana.

[3] One And Only✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang