BUAT KALIAN YANG NANYA "KAPAN UPDATE KAK?"
NIH, AKU UDAH UPDATE YAA!!
Aku bakal update sebisa ku kok, kalian gak perlu nagih gitu. Kalau udah gak sibuk, aku juga bakal tulis cerita ini. Cuma, akhir-akhir ini emang lagi sibuk PKL, terus bikin laporan, dan bentar lagi ujian.
Aku harus catat materi yang cukup banyak untuk bahan ujianku. Karena 'kan selama PKL, Aku sama sekali gak belajar. Jadi tolong ngertiin aku juga ya:")
Aku cuma minta kalian buat sabar. Nanti kalau udah kelar semuanya, insyaAllah cerita ini akan mulai aku ketik.
Aku gak marah ke kalian karena udah nagih cerita yang emang udah aku janjikan. Aku senang. Serius. Aku senang karena kalian nunggu cerita ini. Tapi aku berharap kalian gak cuma nagih, tapi juga semangatin aku.
Kalau kalian mikirnya aku marah, gak mungkin aku update cerita ini sekarang juga.
Aku cuma butuh dukungan dari kalian, dan waktu yang luang. Itu aja:))
Dan, sekarang semoga kalian suka sama cerita ini:)
Jangan lupa VOTE & COMMENT!
*****
Kita hanya sebuah kata yang tak lagi ada. Kita hanya sebuah deretan huruf yang tak lagi nyata. Kita adalah bahasa yang tak lagi punya makna. Kita sudah usai. Tak ada yang perlu dipertahankan dengan begitu teramat. Kita tak lagi punya tempat.
Maaf, jika pilihanku menyakitimu. Maaf, jika akhirnya aku yang meninggalkanmu. Tapi sungguh kau tak pernah benar-benar kehilanganku. Perpisahan kita hanyalah jarak yang paling nyata untuk membuatmu tersadar.
Semoga kelak tak ada perasaan yang berubah.
Semoga Tuhan memberikan lembar baru untuk aku dan kau menulis cerita baru. Merangkai kata kita yang sempat berakhir. Mengembalikan kita yang sempat hilang. Mempertemukan kita kembali.
Seperti katamu saat itu, antara namamu dan namaku tak ada spasi, karena kita satu. Dan, semoga selalu begitu.
Sampai berjumpa di perjalanan akhir cerita, Angkasa.
Raina menutup buku birunya yang sejak dulu sudah menjadi muara dari segala cerita-ceritanya. Sudah setahun berlalu, namun nyatanya perasaannya tak pernah berubah.
Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang sebelumnya sudah memiliki janji untuk bertemu dengannya. Saat kedua matanya menangkap sosok laki-laki yang tengah ia tunggu, Raina tersenyum ke arahnya. Sebuah senyum yang begitu ia paksakan.
“Gue telat, ya?” Raina menggeleng seraya memberi isyarat kepada laki-laki yang kini berada di hadapannya untuk duduk. Lantas, laki-laki itu segera mendaratkan tubuhnya di kursi di hadapan Raina.
“Udah pesan makan?” lagi, Raina hanya menggeleng. Laki-laki itu hanya menganggukan kepalanya, lalu memesankan makanan untuk dirinya dan juga Raina. Setelah selesai memesan, ia kembali memandangi Raina.
“Jadi, gimana?” tanyanya.
Raina paham betul arah pembicaraan laki-laki di hadapannya itu. Ia tak langsung menjawab, malah mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut kafe. Lalu, terdengar embusan napas yang keluar dari mulutnya.
Sudah kedua kalinya laki-laki itu meminta kesempatan.
Sejenak, Raina menundukkan kepalanya, lalu kembali menatap laki-laki itu, “Maaf, tapi aku gak bisa.”
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainangkasa #2 [END]
Teen FictionHujan memang diciptakan untuk dijatuhkan. Semau dan semampu apapun hujan bertahan, tetap saja jatuh ialah keharusan. Semesta tak kenal kasih. Semesta tak pernah memilih. Jika sebuah hati berpaling, itu bukan salah semesta. Jika pada akhirnya harus...