28. Ketulusan Maaf

2.8K 233 12
                                    

Ini Ibel


Ini Abel


Lucu, kan, anak-anakku?
~•~

Kesalahan di masa silam tak menjadi angkara
Hatinya putih, berisi maaf yang selaksa
Tak ada sakit yang mampu memudarkannya

☔☔☔

Angkasa menyantap mie ayamnya dengan pandangan tak lepas dari seseorang di hadapannya. Mulai hari ini, Angkasa akan menjadi lebih sering bersama dengan Embun. Seminggu. Dalam seminggu Angkasa berjanji untuk menyelesaikan masalahnya.

Sedangkan Embun—ia sama sekali tak mau menatap Angkasa. Tatapannya jatuh pada makanan di hadapannya. Ia juga sebenarnya merasa takut karena secara terang-terangan makan berduaan dengan Angkasa di kantin.

Namun kemarin ia sudah mengatakan pada dirinya sendiri untuk tak lagi takut dan tak menaruh harapan apa pun di seminggu ke depan. Iya, Embun tak akan mengikutsertakan perasaannya kali ini. Ia membiarkan dirinya mengikuti yang Angkasa suruh, seperti sekarang.

"Lo tau gak, Fra, gue kalau mau makan bareng sama Rain kek gini tuh susah. Soalnya beda fakultas. Jauh juga." ucap Angkasa.

"Iya,"

"Gue mikir kenapa dulu gak ambil kedokteran juga atau ambil teknik sipil. Biar gak begitu jauh dari Rain."

"Iya,"

"Sebenarnya gue gak begitu suka di jurusan hukum. Cuma karna bokap yang minta, ya udah mau gak mau." ucapnya lagi seraya meraih es jeruknya dan menyeruputnya.

Angkasa memperhatikan Embun yang hanya menganggukan kepala tanpa mau menatapnya. Dirinya sebenarnya tahu bahwa Embun tak menyukai posisinya sekarang. Namun Angkasa mengabaikan itu.

"Lo kenapa ngambil hukum?"

"Karna emang mau." jawab Embun seadanya.

"Lo suka?"

Rainangkasa #2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang