10. pengakuan

3.9K 268 98
                                        

Selamat tahun baru islam!!!
Selamat bermalam minggu untuk para jomblo wkwkw.

Ada yang ikut pawai obor gak?

Aku tau kalian jomblo, jadi biar gak kesepian, aku kasih Rainangkasa sebagai teman.

Tapi hati-hati ya, karena part ini bener-bener nyebelin.

Jangan lupa Vote and Comment

Happy reading guysss:)

**//**

Kamu sendiri yang membuat jarak itu ada.
Jadi jangan salahkan kehilangan yang bergegas nyata.
Yang dikemas rapi dalam perasaan yang berguguran.
Kapan saja bisa datang, ketika pengabaian tak lagi terelakkan.

☔☔☔

"

Angkasa, kemarin kenapa telepon aku gak diangkat?" tanya Raina yang berdiri di sebelah Angkasa. Pagi ini, sebelum masuk kelas, Raina sengaja jauh-jauh menghampiri kelas Angkasa yang berada di fakultas hukum.

Namun, bukannya menjawab, justru Angkasa malah sibuk dengan buku-buku tebalnya. Bahkan ia tak mau memandang Raina sejak awal gadis itu menghampirinya.

"Angkasa, aku lagi ngomong sama kamu. Kemarin aku ke rumah kamu, tapi kamu gak ada. Kamu kemana, Sa?" lagi, Raina bertanya dengan raut wajah yang terlalu sulit diartikan. Ada cemas, dan juga kekesalan dalam dirinya.

Masih sama, Angkasa tetap diam. Seakan-akan pertanyaan Raina bukanlah hal yang harus dijawab.

"Angkasa Milano!" bentak Raina penuh kekesalan, dan hal itu berhasil membuat Angkasa menoleh padanya dengan wajah datarnya.

"kenapa?" tanyanya dingin.

"kenapa?! Kamu tanya kenapa?!" Raina geleng-geleng kepala tak percaya, "kamu yang kenapa, Sa? Aku tanya baik-baik, kamu malah diem aja. Kalau aku ada salah, ya bilang. Jangan malah ilang gitu aja."

Raina menatap langit-langit kelas Angkasa untuk menahan airmatanya yang hendak jatuh. Ia tak ingin pagi-pagi gini matanya harus sembab karena menangis. Setelah cukup reda, ia kembali menatap Angkasa.

"kalau emang kamu bosen, bilang aja. Aku sadar diri kok" ucapnya sebelum pamit untuk pergi. Saat di depan pintu, Raina sempat kembali menoleh, "aku cuma khawatir, Sa. Apa itu salah?"

Setelah itu, Raina benar-benar pergi. Menghilang dari hadapan Angkasa yang kini menatap lurus ke arah pintu. Ia mengepalkan kedua lengannya, dan sedetik kemudian ia menggebrak mejanya.

"lo brengsek, Sa. Lo cuma bisa nyakitin dia." makinya.

Selepas pertemuannya dengan Angkasa yang terbilang sangat buruk, Raina memasuki kelasnya yang sudah ramai, tapi untungnya dosennya belum datang. Ia langsung duduk di kursi pojok barisan ke empat.

Tak lama, selang beberapa menit dosennya pun datang. Beberapa jam di dalam kelas, Raina lalui dengan mencatat hal-hal penting yang dosennya terangkan, namun tak urung ia juga memikirkan Angkasa. Lebih tepatnya hubungan keduanya.

*****

Terkadang, manusia seringkali merasa tak cukup. Merasa bahwa segalanya serba kurang dan kurang. Tak pernah bersyukur atas apa yang sudah dimiliki. Seperti Angkasa yang tak pernah merasa cukup. Seharusnya dengan Raina, ia cukup. Seharusnya bersama Raina, itu cukup. Seharusnya cukup Raina saja, tanpa ada oranglain.

Rainangkasa #2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang