Udah siapin tisu? Yakin mau baca part ini? Kalau gak sanggup, mundur ya. Jangan dipaksa buat baca.
Aku gak tanggung jawab apa pun yang terjadi ke kalian.
Kalian maksa, yaudah aku kasih nihhhh.
Part yang ditunggu-tunggu sama kalian!!!!
SELAMAT BERPATAH HATI😁
~•~
Derai itu berlomba saling jatuh.
Menjadi kesatuan antara hujan dan airmata yang luruh.
Rasa sakit mendarat dengan begitu riuh.
Sesak yang terasa menyeluruh.Angkasa tengah berduka.
Dirinya kalah.☔☔☔
Seperti janjinya semalam kepada Mamanya, sepulang dari tempat kuliahnya, Raina hendak menemui Angkasa. Ia tak mau terus-menerus menuruti egonya dan membiarkan hubungan keduanya semakin berantakan. Bahkan cuaca hari ini yang tak begitu cerah dan sedikit mendung tak menjadikan niat Raina goyah.
Digenggamannya sudah terdapat bingkisan biru berisi makanan dan juga susu kotak rasa coklat yang sedari dulu menjadi kesukaan Angkasa. Raina tersenyum tipis ketika mengingat saat dirinya memberikan susu kotak rasa coklat pada Angkasa dan laki-laki itu malah menyuruh dirinya yang minum.
Kenangannya bersama Angkasa jauh lebih manis ketimbang hubungannya yang sekarang. Terlalu banyak kepahitan dan rasa sakit, dan mungkin ini saatnya untuk mengubahnya. Menjadikan hubungannya erat kembali. Hingga tak ada lagi rasa sakit.
Dengan perasaan tak karuan, Raina melangkahkan kakinya menjauh dari minimarket. Namun, saat di penyeberangan jalan, tubuh Raina mematung. Tak jauh darinya, di seberang sana ada seseorang yang kini menjadi tujuannya. Ada Angkasa yang sedang ingin menyeberang juga, namun berbeda arah dehgan Raina.
Di samping laki-laki itu, Embun bersamanya. Namun yang lebih menyakitkan ketika melihat sepasang tangan mereka yang saling bertautan. Genggaman itu menghasilkan rasa sesak di dada Raina. Detak jantungnya memburu. Ada amarah dan juga kecewa ketika melihatnya. Lalu, tanpa sadar sebulir airmata jatuh.
"Bisa jadi ini ujian buat hubungan kalian. Sejauh mana kalian bisa saling bertahan."
Raina tersenyum getir dan menghapus kasar airmatanya. Perkataan Mamanya kembali terngiang.
"Ma, kayaknya gak ada yang harus dipertahankan lagi."
"Kenapa gak coba kamu perbaiki? Kalau dulu kamu berhasil dapat hati Angkasa, sekarang kamu pasti bisa balikin perasaannya ke kamu dan ambil hatinya lagi. Kamu cuma harus berusaha sedikit lagi."
"I'm try," lirihnya, "Aku udah coba. Aku udah berusaha. Tapi kayaknya udah gak bisa diusahakan lagi. Aku rasa gak semua bisa diperbaiki, termasuk hubunganku dengan Angkasa."
Raina membalikkan tubuhnya dan mengurungkan niatnya untuk bertemu Angkasa dan memperbaiki hubungannya. Raina melangkahkan kakinya seraya mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang di seberang sana.
*****
Kedua alis Angkasa saling bertautan dengan kening yang mengerut kala ia melihat nama Raina tertera di layar ponselnya. Dirinya begitu heran dengan Raina yang kembali menghubunginya setelah sekian lama tak ada komunikasi. Mungkinkah Raina sudah memaafkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainangkasa #2 [END]
Fiksi RemajaHujan memang diciptakan untuk dijatuhkan. Semau dan semampu apapun hujan bertahan, tetap saja jatuh ialah keharusan. Semesta tak kenal kasih. Semesta tak pernah memilih. Jika sebuah hati berpaling, itu bukan salah semesta. Jika pada akhirnya harus...