Jangan lupa koreksi apabila terdapat typo.
Selamat membaca!
~•~
Laut saja dapat menjadi tenang setelah riaknya yang berlomba menang.
Badai saja dapat hilang setelah berlomba menjadi yang paling kencang.
Lantas, jika alam saja bisa membaik,
Maka, kita pun bisa,
Membaik, setelah kemarahan menduduki rasa.
Membaik, karena segalanya bisa diperbaiki.☔☔☔
Hubungan Raina dan Angkasa kembali membaik. Kini, mereka sudah saling bertukar kabar lagi dan tak ada lagi jarak yang membatasi keduanya. Raina merasa begitu senang mengetahui fakta bahwa Angkasa tetaplah miliknya. Angkasa tak pernah kemana-kemana.
"jangan kebanyakan senyum. Habisin buburnya," Titah Angkasa saat sekilas melirik Raina yang sedang menatapnya dengan senyuman di wajahnya.
Keduanya sedang berada di kantin untuk sarapan. Lebih tepatnya, Angkasa menemani Raina sarapan, sedangkan dirinya sendiri terfokus dengan laptop di hadapannya. Mengerjakan tugas yang begitu memuakkan.
"Angkasa beneran gak mau?" tanya Raina yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Angkasa.
"Angkasa sibuk sama laptopnya terus, ihh! Sama aku kapan, Angkasa?" rajuk Raina dengan tampang kesal. Ia menyuapkan bubur ayamnya dengan jengkel.
Jika sudah dalam keadaan seperti ini, Angkasa cuma bisa pasrah. Ia menghela napasnya dan menutup layar laptopnya. Kemudian, pandangannya beralih menatap Raina.
"gue banyak tugas, Ra. Dari semalem belum kelar," tutur Angkasa mencoba membuat Raina mengerti. Namun, Raina tetap saja merajuk. Ia tak mau menatap Angkasa dan sibuk memakan bubur ayamnya.
Lagi, Angkasa menghela napasnya yang terdengar begitu berat. Kemudian, ia beranjak bangun dan pindah tempat duduk di sebelah Raina. Hanya tersisa beberapa senti saja di antara mereka.
"Rain maunya gimana?" tanya Angkasa lembut, seperti sedang mencoba membujuk seorang gadis kecil yang sedang marah.
"mau disuapin?" tanyanya lagi. Raina malah menjauhkan mangkuk bubur ayamnya dari Angkasa, dan kembali memakannya dengan sedikit menyerong. Terlihat seperti sedang membelakangi Angkasa.
Angkasa merasa gusar, ia mengacak rambutnya hingga berantakan. Sejak semalam ia sudah dibuat pusing oleh tugas yang tak ada habisnya, dan sekarang dengan Raina yang marah padanya.
"pulang nanti beli eskrim? Aku traktir sepuasnya deh," tawar Angkasa. Nah, kalau sudah seperti ini, cara bicara Angkasa pun akan mendadak berubah. Demi tak mau membuat kekasihnya marah. Demi mendapatkan maaf. Terkadang, seseorang memang perlu merendah.
"Aku gak pintar ngebujuk, Ra. Kalau kamu mau aku bersikap kayak gimana, kamu bilang aja langsung. Aku udah bilang sama kamu, kan, kalau aku bukan cenayang."
"Ra... Rain," suara Angkasa terdengar semakin parau. Menandakan ia benar-benar putus asa.
Angkasa hanya tak menyadari, Raina sedari tadi berusaha untuk tak tertawa ketika mendengar semua penuturannya yang begitu putus asa. Ia bahkan hampir saja tersedak jika tak buru-buru minum. Raina ternyata sengaja mengerjai Angkasa.
Ada beberapa hal yang membuat Raina merasa sangat beruntung memiliki Angkasa. Karena selain sikapnya yang kadang jutek, dan kadang manis, Angkasa juga tak akan menyentuhnya sembarangan. Angkasa tak pernah mau menyentuh Raina jika tak mendapat izin langsung darinya, bahkan dalam keadaan Raina marah sekali pun, Angkasa sebisa mungkin tak menyentuhnya.
Angkasa benar-benar membuat Raina merasa dilindungi.
![](https://img.wattpad.com/cover/166189089-288-k761402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainangkasa #2 [END]
Teen FictionHujan memang diciptakan untuk dijatuhkan. Semau dan semampu apapun hujan bertahan, tetap saja jatuh ialah keharusan. Semesta tak kenal kasih. Semesta tak pernah memilih. Jika sebuah hati berpaling, itu bukan salah semesta. Jika pada akhirnya harus...