23. Ada yang terluka & bahagia

4K 269 38
                                    

Warning!!!

Part ini mengandung kata-kata kasar. Kalau gak suka, jangan dibaca, oke?

Setelah baca part ini, ekspresikan diri kalian di kolom komentar dong.

~•~

Tak semua langit harus murung.
Jika mendung menyelimuti bagian utara,
Mungkin selatan sedang berbahagia.
Setiap orang punya cerita,
Dan setiap bahagia punya waktu yang berbeda.
Kita hanya perlu menunggu bagiannya.
☔☔☔

Di antara jalan yang dilalui, tak menjadi keharusan hanya bahagia yang ditemui. Terkadang tanpa kita inginkan, kita temui rasa sakit, airmata, dan luka di setiap jalan yang masih menjadi rahasia.

Kita seringkali tak sadar bahwa setiap langkah yang kita pijak, selalu ada harapan di sana. Lalu, semakin banyak langkah, semakin banyak pula harapan yang di tanamkan. Dan, tanpa sadar pula, harapan seringkali membawa kita pada kekecewaan.

Seperti Raina. Perempuan itu seringkali lupa untuk tak memberikan hati sepenuhnya kepada Angkasa. Ia lupa bahwa Angkasa hanya manusia yang sewaktu-waktu entah disengaja atau tidak, dapat melukainya kapan saja. Dan, kini di jalan yang Raina pijak, ia harus menerima bahwa kecewa yang ada di depan sana. Raina harus memahami bahwa cerita tak selalu tentang bahagia.

Raina menghela napas dan memandangi kolam yang berada di hadapannya. Dirinya dan Lisa sudah berada di rumah Fajar sejak beberapa menit yang lalu, dan untungnya Ray hanya berniat mengantarnya saja. Saat ini, ia sengaja izin ke Fajar untuk menyendiri, sedangkan laki-laki itu tengah bersama Lisa di ruang tamu.

"Sa, aku pikir cerita kita bakal berakhir bahagia." Gumam Raina sedari menundukkan kepalanya. Ia mengeluarkan sebuah gelang dengan bandulan gadis yang sedang memegang payung. Gelang itu pemberian Angkasa dulu.

"Kamu salah, Sa. Kamu salah kasih gelang ini ke aku. Kenapa kamu kasih gelang dengan bandulan perempuan pakai payung? Karna kamu gak bisa nerima aku. Kamu kasih ini karna kamu tau kalau suatu saat akan ada hujan yang jatuh. Dan, saat ini hujan itu jatuh, Sa. Benar-benar jatuh."

"Apa masih bisa, Sa? Apa masih bisa aku bertahan?"

"Bisa," Raina menoleh, "Lo bisa. Raina yang gue kenal itu pantang nyerah."

Fajar tersenyum hangat dan duduk di sebelah Raina.

"Lisa mana?" Tanya Raina.

"Ada, lagi ambil minum. Nanti dia ke sini," Ucapnya.

"Ra, lo ingat gak waktu pertama kali lo naksir Angkasa?" Tanyanya.

Raina terdiam dan mengingat hari di mana ketika ia pertama kali menyukai laki-laki yang kini berhasil ia miliki. Seulas senyum tipis terbit ketika ia mengingatnya.

"Ingat?"

Raina mengangguk.

"Ingat waktu lo keras kepala buat dapetin Angkasa?"

Lagi, Raina mengangguk.

"Dan, akhirnya lo berhasil dapetin hatinya. Ingat?"

"Iya, Rain ingat." Jawabnya.

"Sekarang lo cuma harus jadi Rain yang dulu. Rain yang keras kepala buat dapetin Angkasa. Cuma bedanya sekarang, lo harus keras kepala buat pertahanin Angkasa. Kalau lo sama-sama lemah, siapa yang mau pertahanin?"

"Tapi, kenapa cuma Rain?" Tanya Raina sendu.

"Karena lo kuat, terus pintar. Angkasa itu goblok kalau soal cewek. Jadi, selagi bisa, pertahanin."

Rainangkasa #2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang