Maaf baru update lagi.
Semoga gak mengecewakan kalian.
Mohon koreksiannya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.Happy reading!!!!
~•~
Mencintaimu pernah menjadi hal yang dengan sengaja kulakukan.
Kubiarkan jatuh penuh kesungguhan.
Kubiarkan larut dalam setiap senyuman.
Kubiarkan lenyap dalam sekali tatapan.
Karena, perihal mencintaimu,
Aku hanya menjadi yang serius.☔☔☔
Di kurung dalam ruangan besar, dan diberi berbagai macam obat-obatan ketika kambuh. Tinggal bersama orang-orang yang mengidap gangguan jiwa. Di sini, seorang gadis terpaksa tinggal.
Penyakit mentalnya kembali kambuh dan kini sedang ditangani oleh beberapa perawat di rumah sakit jiwa.
Seseorang yang memang merupakan sepupu dekatnya sedang memperhatikan bagaimana kedua lengan gadis itu dipegang, dan dengan sigap salah seorang perawat menyuntikkan sesuatu pada tubuhnya. Semacam obat penenang karena setelahnya gadis itu kembali diam dan berbaring di bangkar rumah sakit jiwa. Tak lagi mengamuk.
"keadaan pasien sudah kembali membaik. Anda diperbolehkan masuk, tapi mohon agar tidak menceritakan hal yang bisa membuatnya kembali mengamuk." jelas salah satu perawat pada seseorang yang sedari tadi hanya berdiri di depan pintu.
Kini, seseorang itu memilih masuk dan duduk di sebelah gadis yang tengah cekikikan sendiri.
"Lo kenapa jadi gini sih?" protesnya penuh kekesalahan melihat sepupunya harus berakhir di sini.
Sedangkan yang diajak bicara masih cekikikan sambil mengoceh tak jelas tanpa mendengarkan ucapan dari seseorang itu.
"Kalau lo pengen gue balasin dendam lo. Gue bakal bantu lo." ucapnya yang ampuh membuat gadis itu menoleh dengan raut wajah datar. Namun, sekejap kemudian, ia kembali tertawa dan menepuk-nepuk wajah seseorang itu.
"Anak baik. Anak baik." ucapnya tak jelas.
"gue gak bisa lama di sini. Gue harus kuliah. Nanti kalau sempat, gue mampir ke sini lagi. Cepat sembuh." ucapnya lalu mengecup singkat kening sepupunya.
"Angkasa," celetuk gadis itu membuat langkah seseorang itu kembali terhenti.
"Angkasa. Raina. Cika." ucapnya dengan raut wajah yang begitu serius. Seperti bukan pasien rumah sakit jiwa. Ia terlihat sehat.
Seseorang itu mengangguk, "tenang aja, gue bakal balasin dendam lo. Gue gak akan biarin mereka bahagia."
*****
Raina sedang berkutat dengan buku paket yang begitu tebal, yang bahkan baru dilihat saja, sudah muak duluan. Ia sedang mencatat beberapa materi penting untuk bahan presentasinya.
Raina dikelilingi oleh rak-rak besar yang berisi tumpukan buku. Hanya ada beberapa orang saja yang berada di sini. Mungkin karena perpustakaan menjadi hal kurang menarik untuk didatangi, apalagi untuk sebagian orang yang memang tak suka membaca.
Saking seriusnya mencatat, Raina sampai tak sadar dengan kedatangan seseorang yang sekarang sedang berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainangkasa #2 [END]
Novela JuvenilHujan memang diciptakan untuk dijatuhkan. Semau dan semampu apapun hujan bertahan, tetap saja jatuh ialah keharusan. Semesta tak kenal kasih. Semesta tak pernah memilih. Jika sebuah hati berpaling, itu bukan salah semesta. Jika pada akhirnya harus...