Masih pada melek?
Belum tidur?Selamat membaca ya:)
~•~
Kemarin rindu dipupuk oleh waktu
Dibatasi oleh jeda yang membelenggu
Namun kini, rindu terbalas oleh temu
Dengan perasaan yang masih satu.Semoga maaf masih setia menerima
Seperti kita yang masih tetap bersama
Semoga rasa tak pernah berbeda
Seperti kita yang masih saling menempa rindu yang sama.☔☔☔
Raina mengulum senyumnya seraya merapikan pakaian yang ia kenakan. Kini, ia berada di depan rumah Angkasa dengan memakai T-shirt putih yang dipadukan dengan celana jeans berwarna senada, serta dengan sepatu sneakers. Rambutnya ia cepol asal. Di bahunya tersampir tas kecil berwarna abu-abu.
Tak lupa, Raina membawa makanan kesukaan Angkasa yaitu ayam geprek yang sangat pedas disertai nasinya. Ia juga membawakan milkshake untuknya, bukan untuk Angkasa!
Raina mengetuk pintu itu dengan perasaan tak karuan. Ada rasa senang, sekaligus takut jika Angkasa kembali mendiamkannya.
Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dan untungnya sosok Angkasa yang muncul. Angkasa hanya memakai kaus putih polos dengan celana cargo selututnya yang berwarna senada dengan rok Raina. Rambutnya berantakan, persis seperti orang baru bangun tidur.
Raina hanya tersenyum sambil menatapnya, berusaha seramah mungkin.
"kenapa?" satu kata dari Angkasa mampu memudarkan senyum di wajah Raina. Ia pikir, Angkasa akan menyuruhnya masuk.
Sabar, Rain. Kamu pasti bisa! Batin Raina menyemangati diri sendiri.
"aku gak di suruh masuk, Sa?" tanya Raina. Seolah baru tersadar, Angkasa sempat tertegun lalu mengangguk. Ia berjalan mendahului Raina.
Saat di ruang tamu, Angkasa langsung mendudukkan dirinya di sofa. Raina menyusul dan memilih duduk di seberang Angkasa.
Angkasa menyerngit heran, "kenapa duduk di sana? Sini." ucapnya menepuk-nepuk sebelahnya.
Raina menurut dan berpindah posisi dengan duduk di sebelah Angkasa, dengan memberi beberapa jarak.
"aku bawain makanan kesukaan kamu. Kalau yang minuman, itu punya aku" tutur Raina menyerahkan bingkisannya.
Angkasa menerimanya, "thanks!"
Raina mengangguk dan mulai berpikir harus bicara apalagi agar mereka tak saling diam. Karena terlihat dari wajah Angkasa, laki-laki itu seperti tak ada niat untuk bicara.
Angkasa melirik Raina yang diam, "lo belum makan, kan?"
"hah?" Raina menoleh kaget.
Tapi, Angkasa tak menjawab dan malah membuka isi bingkisan Raina. Ia mengambil kotak makan itu dan menyodorkannya kepada Raina.
"makan, Ra. Badan lo makin kurus aja. Gue gak mau dikira gak perhatian ke pacar sendiri." ucapnya dingin. Entah itu sebuah bentuk perhatian atau penghinaan, tapi Raina tak banyak mengelak. Ia menerima saja dan membuka kotak makan itu.
"Angkasa gak mau?" tanya Raina. Angkasa hanya menggeleng, "lo makan aja, gue gampang."
Raina menyuapkan makanannya ke mulutnya. Kalau seperti ini, Raina merasa seperti sedang menumpang makan di rumah orang.
"lo gak marah sama gue, Ra?" tanya Angkasa tiba-tiba.
Raina menelan makanannya seraya menggeleng, "nggak kok. Ngapain juga aku harus marah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainangkasa #2 [END]
Ficção AdolescenteHujan memang diciptakan untuk dijatuhkan. Semau dan semampu apapun hujan bertahan, tetap saja jatuh ialah keharusan. Semesta tak kenal kasih. Semesta tak pernah memilih. Jika sebuah hati berpaling, itu bukan salah semesta. Jika pada akhirnya harus...