S T O P P L A G I A R I S M E ! ! !
🚫🚫🚫Jangan sampai janji-janji itu menemukan ingkar.
Jangan sampai ada perasaan yang kian samar.
Tetaplah menjadi Angkasa yang tak mudah luluh.
Tetaplah terpatri pada satu hati tanpa sedikit pun merasa jenuh.Aku berharap, tak ada yang berubah.
Tak ada yang akhirnya menyerah.-Rainasya Angeline
☔☔☔☔
Pagi yang begitu lengang dengan detik jarum jam yang terus bergulir. Tak ada mentari yang malu-malu memercikkan cahayanya, dan tak ada hujan yang dengan rendah diri bersedia jatuh. Hanya langit biru dengan awan-awan yang bergerak lamban, seolah menunggu kedua insan yang berada di dalam satu ruangan untuk saling membuka suara.
Namun, bungkam menjadi pilihan ketika mereka bisa saling berbicara, saling menjelaskan. Mereka setia, bukan pada kata melainkan pada waktu yang membawa mereka berlalu begitu saja, tanpa kata, tanpa bahasa, tapi diam-diam menyulut tanda tanya.
Semakin dibiarkan, tanda tanya itu seolah semakin membesar dan sewaktu-waktu dapat meledak. Dan, bisa saja bukan hanya tanya, tapi beserta luka dan airmata. Tapi, tak ada yang tahu, bukan?
Raina mengembuskan napasnya. Ia tak bisa berlama-lama seperti ini, diam dan membiarkan semuanya terlewat. Sedangkan, Angkasa yang merasa tak melakukan kesalahan apa pun malah asyik bermain game di ponselnya. Ia duduk di sebelah Raina, tapi tak menyadari keadaan pacarnya itu. Dasar tidak peka!
"Angkasa, mending kamu pulang. Aku masih ngantuk" Dalihnya. Padahal sebenarnya Raina sangat senang dengan keberadaan Angkasa di sampingnya, tapi entah mengapa ia merasa ada yang kurang. Ada yang perlahan hilang. Tepatnya setelah kejadian kemarin.
Angkasa yang mendengar itu sontak langsung menghentikan permainannya dan menatap bingung ke arah Raina, "baru sampe, udah disuruh pulang." tuturnya.
"aku serius, Sa. Mending kamu pulang, aku ngerasa gak enak badan hari ini" jawab Raina.
Angkasa menaikkan sebelah alisnya dan mengangkat satu tangannya untuk menyentuh kening Raina, "nggak panas. Lo gak usah bohong, ada apa?" tanyanya to the point.
"aku serius, Sa" ucap Raina mencoba meyakinkan Angkasa. Namun, Angkasa bukanlah laki-laki yang mudah terpengaruh, ia masih tak percaya bahwa gadisnya itu sakit. Pasti ada yang disembunyikan oleh Raina, pikirnya begitu.
"lo kalau ada masalah itu cerita, gak usah rahasia-rahasiaan begitu. Lo anggap gue apa sih?"
"apa sih, Sa, kok kamu jadi marah gitu?!" ucap Raina dengan nada meninggi.
"gak ada yang marah, gue cuma pengen lo cerita bukan diem kek gini" jawabnya tenang, bahkan tak ada ekspresi di wajahnya.
"serius kamu mau denger cerita aku?" tantang Raina. Angkasa mengangguk yakin sebagai jawaban.
Raina tersenyum, namun entah mengapa senyum itu terlihat berbeda daripada biasanya, "kemarin aku sama Lisa ke toko buku, gak sengaja ngeliat cowok yang mirip kamu bareng cewek. Siapa cewek itu, Sa?"
Angkasa tertegun. Ia terdiam untuk beberapa saat, "dia temen kelas gue. Kemarin nyari buku buat tugas yang dikasih dosen"
"apa aku harus percaya?" Raina memicingkan kedua matanya.
Angkasa mengusap wajahnya gusar, kemudian ia meraih kedua tangan Raina dan menggenggamnya erat, "Ra, gue gak suka lo curiga gitu ke gue. Gue gak akan macem-macem di belakang lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainangkasa #2 [END]
Teen FictionHujan memang diciptakan untuk dijatuhkan. Semau dan semampu apapun hujan bertahan, tetap saja jatuh ialah keharusan. Semesta tak kenal kasih. Semesta tak pernah memilih. Jika sebuah hati berpaling, itu bukan salah semesta. Jika pada akhirnya harus...