Wanita berambut abu menatap pintu di depannya dengan datar. Di atas tertulis ruang BK.
"Masuk!" perintah si pelaku cekik tadi. Wanita itu berdecak seraya mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah orang itu. Saat akan membuka pintu, pintu itu ditarik lebih dulu dari dalam. Keluar sosok patner yang tadi menemani wanita berambut abu beraksi.
"Ayo, bersihin gudang sesuai hukuman," ajak wanita berambut sebahu. Wanita berponi mengangguk riang.
"Ayo!" Wanita berambut abu menggandeng tangan kedua temannya bersiap pergi, namun rambut panjangnya ditarik membuat dia terjengkat ke belakang.
"Astaga! Lepas!" teriaknya. Kedua temannya kicep tak tau harus apa. Pasalnya mereka baru tau siapa orang itu. "Lepas, anjing!" gertak wanita berambut abu-abu kesal.
"Masuk!" perintah orang itu.
"Ck! Temen-temen gue kan udah dapet hukuman, ya gue juga sekalian aja."
"Saya bilang masuk!" teriak orang itu. Wanita berambut abu-abu itu berhenti berontak, dia menatap kedua temannya lirih, meminta tolong. Kedua temannya mengangguk pelan memberi kode untuk menurut. Wanita itu menghela napas.
"Ya udah, tapi lepas." Orang itu melepas rambut berwarna abu itu, kemudian sedikit mendorong bahu wanita itu untuk masuk.
Beginilah dia sekarang, duduk di depan guru BK terganas dan diawasi orang paling menyebalkan menurutnya.
"Jadi Sania, kamu mengintip lagi?" tanya guru BK.
Oh astaga, memalukan sekali!
"Bu Cinta, Sa itu gak ngintip tapi nonton karya Tuhan."
Pletak, jitakan mendarat di kepala mulusnya. "Kamu itu, malu-maluin mamah!" bentak Bu Cinta. Wanita itu hanya nyengir tanpa dosa.
"Maaf mamah, eh ... Bu Cinta maksudnya."
Bu Cinta hanya menggeleng pasrah. Dia beralih menatap orang yang masih mengawasi mereka berdua.
"Tama, Ibu gak tau lagi harus gimana sama murid yang satu ini. Ibu serahkan sama kamu."
Wanita berambut abu melotot tak percaya. "Mah, apaan sih Mah?! Gak mau, Sa boleh dikasih hukuman apapun tapi jangan sama anak ini, Mah."
Bu Cinta menatap tajam. "Diem kamu! Semua hukuman sudah kamu rasakan, Ibu sudah pasrah." Dia kembali menatap orang yang mengawasi. "Tama, bawa Sania dan beri dia hukuman."
Orang yang bernama Tama itu mengangguk patuh. Ujung bibirnya sedikit terangkat. "Saya lakukan yang saya mampu, Bu." Setelah berucap itu, orang itu menarik tangan wanita berambut abu-abu.
"Mah, Sa gak mau. Mamah!"
Tama terus menarik sampai keluar dari ruang BK. Tatapannya terus lurus ke depan tanpa mempedulikan wanita itu berontak ingin lepas. Sampai di ujung koridor, Tama menarik wanita itu dengan keras sampai mereka bertatap muka begitu dekat. Mata hitam pekatnya membuat wanita itu diam membisu.
"Sekali lagi lo ketauan ngintip, lo jadi pacar gue."
What the fuck!
~_~
Sania Andromeda, gadis blasteran Indonesia-Eropa. Memiliki rambut berwarna abu-abu, kulit putih bersih, serta wajah perpaduan dari sang Ayah dan Ibu.
Kini dia sedang asik memainkan game di ponselnya sambil duduk di salah satu meja kantin. Bahkan dia sudah melupakan kejadian tadi di koridor belakang.
"Damn!" teriaknya kesal. Pasalnya layar ponselnya menampakan game-over. Dia memilih meletakan ponselnya di atas meja, kemudian merenggangkan semua ototnya dengan mengeliat.
"Eh, Popi sama Cladi kemana?" tanya dia pada angin. Iya, dia duduk sendiri di kantin. Karna siapa lagi yang duduk di kantin ketika jam pelajaran berlangsung. Memang dasar anak nakal.
"Oh iya!" Dia menepuk jidatnya sendiri. "Mereka 'kan lagi dihukum."
Dengan cepat dia menyambar ponselnya. Bergegas menuju gudang sekolah yang sedang dibersihkan kedua temannya.
Dia berjalan sesekali bersenandung kecil. Tak peduli dengan suara sepatu putihnya yang membuat penghuni kelas yang dilewati menoleh menatapnya. Sania Andromeda, tak ada yang bisa melawannya. Kecuali Tama Agung Putra.Belum juga sampai di gedung yang dituju, langkah kakinya berhenti ketika melewati ruang loker sekaligus ruang ganti pria. Bibirnya tertarik. Mampir dulu gak papa 'kan?, pikirnya itu. Dia merubah cara jalannya menjadi mindik-mindik. Kepalanya sesekali menoleh waspada, takut ada yang memergoki. Sampai di dekat pintu, dia menyembulkan kepalanya. Ada beberapa orang yang sedang mengganti baju, seperti habis olahraga. Dia sedikit terkikik ketika salah satu dari mereka membuka bajunya.
"Kerempeng, gak ada yang toples," katanya sambil memainkan ujung rambut.
Merasa tak ada yang menarik dilihat, dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Namun saat membalik siap pergi, seseorang berkacak pinggang di sana. Jaraknya yang cukup dekat tidak memberi peluang untuk Sania kabur saat ini. Orang itu membawa baju kemeja putih dan celana abu-abu di tangannya. Seringaian kecil membuat tubuh Sania bergidik ngeri. Apalagi ketika orang itu semakin mendekatkan jarak mereka. Celaka bagi Sania, karena punggungnya sudah menghatuk tembok. Hingga tak ada lagi jarak, orang itu mengunci tubuh Sania dengan tangannya menahan ke tembok. Menatap Sania, yang awalnya menatap licik, sekarang berubah datar.
"Lo melanggar kesepakatan, mulai saat ini lo jadi pacar gue, Sania."
Tama menjauh dari Sania kemudian berlalu memasuki ruang ganti. Sementara Sania masih menyandar ke tembok, dia bingung sendiri, kenapa dia tidak bisa apa-apa jika di dekat Tama Agung Putra?
Saat sepenuhnya sadar, dia mengerjap beberapa kali.
"Apa tadi dia bilang? Pacar? Mati gue! Apa ini yang disebut hukuman!"
~_~
Langkah kakinya malas memasuki mobil BMW berwarna merah milik sahabatnya, Cladi. Sania duduk di samping Cladi yang siap mengemudi, kemudian menutup pintunya dengan keras. Sampai Popi yang duduk di belakang terkejut.
"Eh! Mobil gue rusak nanti!" gerutu Cladi.
"Diem deh, gue lagi gak mood." Sania menutup matanya sambil menyenderkan kepala ke jendela mobil. Sementara Cladi yang bingung hanya saling tatap dengan Popi melalui spion.
"Kenapa dah dari tadi di kelas lo kayak kesel gitu?" tanya Popi, meski dia sibuk merapihkan poninya yang tipis namun membuat wajah bulatnya lucu.
"Iya, kenapa Sa?"
Karna Sania tak kunjung menjawab, Cladi memilih menyalakan mesin mobil dan melaju pergi meninggalkan parkiran. Dia tidak mau menambah kesal sahabatnya itu.
Sampai di lampu merah, Cladi menghentikan mobilnya. Dia melirik Sania yang kini ikut menatap lurus ke depan. Dia tidak pernah melihat Sania seperti ini, kecuali masalah Ibunya.
Setelah berganti menjadi warna hijau, Cladi kembali melajukan mobilnya. Suasana semakin mencekam ketika rintikan hujan turun membasahi kaca mobil. Sampai Sania angkat bicara.
"Gue dipindahin ke Eropa kalo gak jalanin hukuman."
"What!" teriak Cladi dan Popi.
~_~
Tbc
Sen, 1 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Girl (Terbit)
Teen FictionTELAH TERBIT DI MOMENTOUS PUBLISHER. [Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan] Sania Andromeda. "Ngintip ah...." Tama Agung Putra. "Sekali lagi lo berani ngintip, lo jadi pacar gue!" 13 November 2019:# 1 Bad Girl ...