23

88.1K 3.8K 19
                                    

   "Tama, ayoo!!"

  Sania terus menarik tangan cowok yang ada di balik selimut itu. Sementara Tama melenguh tak mau. Bahkan tubuhnya sekarang sampai turun dari ranjang karna seretan Sania.

  "Tama ayolah, temenin gue nonton."

  "Gak mau, eush." Tama menangkis tangan Sania yang menarik lengannya. Sania berkacak pinggang kesal.

  "TAMA!!" pekik Sania melengking.

  "Astaga!" Tama bangun dengan cepat, menatap Sania dengan mata mengantuknya. "Ini tengah malem, Sania bego!"

  "Ish, makanya temenin gue."

  Akhirnya, Tama menghela napas sebelum beranjak bangun. Sania berjingkrak ria seraya mengikuti Tama dari belakang mengikuti kemauan Sania, yaitu menonton film horor di tengah malam begitu.

  Mereka tiba di ruang tv, Tama merebahkan dirinya di sofa. Baru saja ia akan terlelap lagi, Sania menarik tangannya lagi.

  "Tama, jangan tidur."

  "Euh! Lo siksa gue gini caranya," rengek Tama. Eh, Tama merengek? Menakjubkan.

  "Bentar kok, sampe jam dua, yah yah?"

  Tama merubah posisinya menjadi menyandar, ikut menatap layar tv yang sedang menampakkan iklan. Sania memeluk bantal sofa, fokus pada popcorn di pangkuannya.

  Mata Tama kembali sayu karna mengantuk, perlahan menutup dan menutup. Yas, sebentar lagi di kembali terlelap.

  "KYAA!!!"

  Mata kantuk Tama kembali terbuka mendengar teriakan Sania. Tama menatap tv, ternyata hantunya mulai muncul. Ide jahil muncul dari balik otak cerdasnya.

  Ia menggerakan tangannya ke belekang sofa, berusaha menggapai rambut abu Sania. Dan sekali tarikan, membuat Sania terjerit takut.

  "HUAA! APA ITU!!"

  Sania melepas semua yang ada di pangkuannya, beringsut memeluk Tama. Cowok itu sendiri cukup terkejut, sebesar itu efeknya?

  "TAMA! APA ITU?!"

Diam-diam Tama menahan tawanya. Dendam mengantuknya terbalaskan.

  "Ada hantu tanpa kepala tuh di belakang lo."

  "HWEE~" Sania menangis keras. Pelukannya semakin erat membuat Tama semakin gembira.

  "Rasain, emang enak ganggu gue tidur?"

    Tiba-tiba semua lampu mati. Begitu juga tv di depan kedua insan itu. Dan ....

  "HUAA!!" teriak mereka berdua. "Ini kenapa?!" tanya Sania panik.

  "Lha, kok tanya gue, lo yang punya rumah. Belum bayar lo?"

  "Gue gak semiskin itu!"

  Tama berusaha melihat sekeliling, gelap. "Kayaknya mati lampu."

  "Hah?"

  "Idupin flash ponsel lo," perintah Tama.

  "Gak dibawa, ada di kamar." Tama berdecak kesal.

  "Gue ambil dulu." Tama akan beranjak tapi Sania mengeratkan pelukannya.  "Gak mau ditinggal," rengek Sania.

  "Bentar, Sania."

  "Aaa, gak mau!!" Sania menangis lagi.

  "Udah diem." Tangan Tama mengusap kepala Sania. Dagunya ia sandarkan seraya menutup mata. Jangan lupakan kantuknya itu. "Tidur."

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang