Bab 22

86.7K 3.6K 19
                                    

   Tatapan mata Sania kosong, tersandar pada kepala ranjang dengan wajah pucatnya. Masih terpikirkan yang kemarin. Dia minum anggur dan tak ingat apapun setelahnya.

  Kepalanya menoleh saat mendengar derap kaki. Tama mendekat dengan sebuah gelas di genggamannya.

  "Oke?" tanya Tama seraya duduk di depannya. Sania tak menjawab, gadis itu malah menatap Tama beribu arti. "Kenapa?" Tama bersuara lagi.

  "Tadi malem ... gue gak ...." Tama menaikan sebelah alisnya menunggu lanjutan Sania. "... gue gak ngomong atau ngelakuin apapun, 'kan?"

  "Gak."

  "Serius, Tama!" Raut Sania berubah tegang. "Yang gue tau orang mabuk tuh kayak orang gila."

  "Berenti ngaco, minum ini abis itu siap-siap sekolah." Tama meletakan sebuah pil di telapak tangan Sania.

  "Apa ini?"

  "Pusing, 'kan?" Sania mengangguk kecil. "Minum abis itu siap-siap."

  Tama beranjak berdiri, mengusap kepala Sania sebelum pergi. Sania menatap punggung Tama lalu ke pil yang ada di tangannya.

  "Serius gak ada apa-apa? Kok perasaan gue gak enak ya?"

  ~_~

   Murid-murid masih berlalu lalang di koridor karna bel belum berbunyi. Entah itu sekedar jalan atau bergosip ria. Sania salah satunya. Ia sedang berjalan lunglai sendirian. Dia pergi lebih dahulu karna Tama berpapasan dengan anggota OSIS dan mengobrol, Sania mana peduli jalan saja.

  Nyut!

  "Shit!" umpat Sania karna kepalanya kembali berdenyut sakit. Tiba-tiba tubuhnya oleng kehilangan keseimbangan.

  Greb

  "Sa?"

  Mata Sania terpejam sesaat. "Oh, sorry." Sania menjauh dari dekapan Tama, memijat pelipisnya pelan.

  "Lo gak minum obatnya?" Curiga Tama. Kepala Sania menggeleng pelan. "Lupa."

  Tama menghela napasnya. "Ke UKS aja." Cowok itu melepas almamater OSISnya, mengikatkan pada pinggang Sania. Sania mengerti saat Tama berjongkok di depannya. Dia menurut saja, lumayan jalan enak.

  Tama langsung mendudukan Sania saat tiba di UKS, memberinya air hangat.

  "Gue ada rapat OSIS dua menit lagi." Sania yang sedang minum mengangguk pelan. Dia melepas almamater OSIS milik Tama.

  "Nacy?" panggil Tama.

  "Ya? Eh, Tama." Seorang cewek denga jas PMRnya mengahampiri. "Kenapa ini?"

  "Kasih dia obat pereda pusing, gue titip dia sampe ada yang nungguin, paham?"

  "Oke, Tam."

  Cowok itu mengusap kepala Sania sekali. "Gue pergi dulu, tas lo biar gue yang bawa ke kelas."

  "Thanks, Tam."

  Tama keluar ruangan itu. Sania langsung ditangani Nacy selaku Ketua PMR.

   Sebelum ke kelasnya, Tama mampir ke kelas 11 IPS 4. Tas Sania ada padanya.

  "Permisi." Tama membuka pintu lebar-lebar. Kelas masih riuh, belum ada guru.

  "Eh, Ta–ma?" bingung Popi. "Cari Sania?"

  "Sania di UKS, gue ke sini anterin tasnya." Tama meletakan tas Sania di meja.

  "UKS? Sakit lagi dia?" tanya Cladi. Tama tak menjawab.

  "Gue titip Sania kalo mau ke sana."

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang