26

87.2K 3.3K 44
                                    

     "Ish!"

  Sania mengusap wajahnya kasar. Kini wanita itu sudah duduk di taman, dengan pakaiannya yang baru bangun tidur. Ya, Sania langsung kabur saat setelah bangun tidur karna kaget akan posisinya yang dipeluk Tama.

  Lagi-lagi Sania menggaruk kepalanya kesal. "Modus tu orang, ngeselin ih!"

  Memang apa salahnya suamimu memeluk dirimu saat tidur? Dasar Sania yang aneh atau memang belum terbiasa?

  Matanya melirik tong sampah yang ada di dekat kursi yang ia duduki, karna kesalnya ia mengambil satu botol kaleng, lalu melemparnya penuh emosi.

  "Ugh, dasar suami mesum!" umpatnya untuk Tama.

  Pletak

   Kepala Sania mendongak mendengar suara benda jatuh itu. Dia begitu terkejut, kalengnya mengenai kepala orang.

  "Mampus lo, Sa."

  Orang berhoodie itu menoleh, mencari siapa yang melempar. Dan, pandangan mereka bertemu beberapa saat. Sania kicep di tempat sedangkan orang itu menghampiri Sania.

  "Kepala gue kayak tong sampah, ya?" tanya Rizal. Ya, orang itu adalah Rizal.

  "Aduh, maaf Zal. Gue ... gue gak sengaja." Gak sengaja ngenain lo maksudnya.

   Rizal tertawa pelan seraya duduk di samping Sania. Cowok itu membuang kaleng tadi ke tong sampah.

  "Lo ngapain pagi-pagi di sini?" tanya Rizal. Sania yang masih kikuk bingung menjawab apa. Tidak mungkin kan dia jawab kalau dia tinggal bersama suaminya sekarang? Mati saja kalau begitu.

  "Eu, gue lagi ... gue lagi nginep, iya, lagi nginep di apartemen bibi gue."

  Alis Rizal naik sebelah. "Di apartemen ini?" Sania mengangguk sebagai jawaban.

  "Oh ya? Satu gedung dong sama gue."

  Sania hampir tersedak ludahnya sendiri. Satu gedung katanya? Tolonglah Sania sekarang.

  "Sa–satu gedung? Lo di sini juga?" tanya Sania.

  "Gue emang tinggal di sini, nyokap bokap 'kan masih di luar negeri."

  "Mampus untuk gue kedua kalinya."

   "Sa? Eh, kok ngelamun sih?" Rizal mencubit pipi Sania gemas. "Duh, lucu deh."

  Sania bergerak canggung, lagi-lagi Rizal bersikap seperti itu.

  "Baru bangun atau gimana sih? Kok masih pake baju santai?"

  "O–oh ... ini hehe, gue kabu––r." Mampus ketiga kali, keceplosan anying!

  "Kabur?" tanya Rizal sedikit terkekeh. "Kabur dari bibi lo?"

  "Iya, bibi gue tidurnya ngeri banget." Keke, Tama yang ngeri.

   "Dari kapan nginepnya? Soalnya kemarin gue ke rumah lo gak ada orang."

  "Kemarin?" kaget Sania. Rizal mengangguk santai. Sania pusing harus cari alasan apa lagi. Kemarin kan resepsi pernikahannya.

  "Bengong lagi." Kini Rizal memencet hidung mancung Sania.

  "Aduh, sakit Zal!" gerutu Sania seraya mengerucutkan bibirnya.

  "Maaf." Rizal mengusap hidung Sania sambil tersenyum manis. Sania meneguk ludahnya tak enak, apa-apaan cowok ini?

  Sania sedikit menggeser duduknya, berusaha tak memperbanyak interaksinya yang membuat baper seketika.

  "Liburan ini lo mau kemana? Nginep di apart bibi lo doang?" tanya Rizal.

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang