27

88.4K 3.2K 35
                                    

    Saat bangun tidur, Sania langsung menuju dapur untuk mengambil minum. Tak sengaja ia melihat Tama sedang duduk di bar kecil dalam dapur. Sania tak peduli, dia tetap mengambil minum dari kulkas, tapi yang ia temukan hanyalah kulkas kosong. Ini kedua kalinya ia membuka kulkas dan kosong, inikah isi kulkas seorang CEO?

  "Gak ada air, Tam?" tanya Sania sambil menutup pintu kulkas.

  "Gak ada." Tama beranjak, berjalan menghampiri Sania dengan tangan memegang secarik kertas. "Hari ini belanja bulanan. Lo ikut."

  Kening Sania mengerut. Mana mengerti dia masalah begituan. Kalau masalah kabur dari sekolah dan rumah, dia jago.

  "Gue gak ngerti."

  "Gue nyuruh lo ikut, bukan nyuruh lo belanja."  Tama langsung menarik tangan Sania.

  "Eh, gue mandi dulu."

  "Gak usah."

  "Tapi gue pake piyama, Tama."

  "Biarin."

  Oke, Sania hanya bisa menurut saja, meski dengan dengusan kesal.

 
~_~

   Benar adanya, Sania tidak ikut campur dalam belanja Tama. Dia hanya mengekori Tama kemanapun cowok itu pergi membawa troli penuhnya. Bahkan Sania hanya sibuk dengan semua cemilan yang ia ambil.

  "Udah?" tanya Sania saat Tama mendorong trolinya mendekati antrian kasir. Tama hanya mengangguk pelan. Antriannya tak cukup panjang, hanya ada beberapa orang. Kini giliran Sania dan Tama.

  Kasir itu mulai mengerjakan tugasnya, sementara Sania memainkan ponselnya dan Tama sibuk memperhatikan jalan.

  "Pasangan baru, ya?" tanya kasir satunya. Sania langsung mendongak bingung.

  "He, gimana?"

  Kasir itu terkekeh pelan. "Kalian pasangan baru? Sampai kompak belanja sebanyak ini berdua."

  Sania kicep di tempat. Pasangan? Memang terlihat sekali?

  "Kerjakan saja tugasmu," ucap Tama dingin. Matanya tetap menatap ke luar supermarket. Kasir itu tampak membisu dan kembali mengerjakan tugasnya.

  Sania menggeleng tak percaya pada Tama, cowok itu galak sekali.

  "Semuanya Rp. 1. 230. 000, Mbak," ucap kasir tadi sambil tersenyum lebar, bahkan tatapannya lekat sekali.

  Tama menggeser tubuh Sania ke belakang punggungnya, lalu mengeluarkan dompetnya.

  "Kamu tunggu di mobil, honey. Biar aku yang bawa."

  "O–oh, oke."

  Sania keluar supermarket dengan bingung. Aneh dengan ucapan manis Tama barusan. Tama memang aneh, berubah sikap secepat kilat. Sania benar-benar menunggu dalam mobil, kembali memainkan ponselnya.

  Tak lama kemudian Tama datang dengan dua plastik yang besar yang langsung saja dimasukan ke bagasi belakang. Sania yang menyandar di pintu pengemudi menatap Tama jahil saat cowok itu akan membuka pintu.

  "Honey?" tanya Sania sambil berkedip centil. Ah, bahagia sekali dia bisa jahil seperti itu.

  Tiba-tiba Tama mencium dahi berponi Sania, dan seperti biasa mengelus bekasnya setelahnya.

  "Masuk."

  Setelah mengerjap beberapa kali baru Sania minggir dari hadapan suaminya itu. Hatinya mengumpat sendiri, kenapa selalu kecolongan ciuman seperti itu? Padahal yang niat jahil dirinya, tapi dirinya juga yang kena akhirnya.

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang