Bab 16

90.5K 4K 117
                                    

 ahaha, gak tembus! Gue tetep up, gatel jari gue tu ;v

Jangan lupa voment

~_~

  "Gak mau, ih!"

  Sania melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya semakin sinis menusuk mata Tama. Tama masih datar seperti biasa.

  "Sekolah, Sa."

  Benar, penyebab mereka bertengkar dari subuh adalah masalah sekolah. Sania yang tak mau berangkat sekolah.

  "Gak mau! Masa lo di rumah gue sekolah. Gak adil banget." Sania memutar bola matanya kesal.

  "Gue lagi sakit, Sa."

  "Ya–" Sania menggantung ucapannya. Huff ... dia ketauan peduli rupanya.

  "Apa? Khawatir sama gue?"

  Bibir Sania berkedut. "Dih, ogah." Sania melepas tamengnya. "Iya iya gue sekolah! Nyebelin banget si lo!"

  Sania keluar kamar itu sambil mencak-mencak.

  "Jangan selingkuh, Sa! Ntar gue bales."

  Sania kembali muncul dari balik pintu.

  "Bacot!"

 

   Sania benar-benar sekolah. Pacar yang penurut :)

   Tapi bukan Sania kalau mengikuti peraturan. Dia datang terlambat dan dihukum karna terlambat ikut upacara. Jadilah dia lari keliling lapangan beberapa putaran.

  Kini gadis itu merebahkan kedua lututnya di pinggir lapangan, mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

  "Capek?"

  Sania mendongak, menatap asal suara. Rizal tersenyum seraya memberi sebotol air mineral.

  "Thanks."

  Sania langsung meminumnya.

  "Lo gak papa lari sebanyak itu? Mana panas lagi."

  Sania mengibaskan tangannya di depan wajah karna gerah.

  "Udah biasa gue. Ini mah kecil."

  Rizal menggeleng tak percaya. "Gue baru tau, si Trouble maker itu jadi lo, Sa."

  "Sefamous itu, ya?" kekeh Sania.

  "Banget."

  "Iya dong, buat cerita nanti sama anak gue."

  "Anak gue juga dong ya?"

  Sania merengut bingung. Maksud?

  "Ahaha, becanda gue. Yu balik ke kelas."

  "Lo aja deh, gue mau bolos bablas sampe istirahat pertama," cengir Sania.

  "Abis dihukum telat terus bolos. Legend banget si."

  Sania tertawa pelan. Tiba-tiba Rizal menarik tangannya. "Yuk! Gue ikut!"

Eh? Gue gak ngajak ni ya :v

  Mereka terdiam di rooftop. Menikmati semilir angin dari tempat terlarang sekolah itu. Tempat keramat untuk masuk ke ruang BK.

  Sania menutup kedua matanya, menikmati angin yang berhembus. Sementara Rizal memperhatikan wajah Sania.

  Sania membuka matanya, mengambil sesuatu dari tasnya. Lalu bergerak mencepol rambutnya. Saat itu juga, Rizal menangkap sesuatu di jari Sania.

  "Sa?"

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang