Bab 11

97K 4.2K 153
                                    

  

   Sania merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Menatap langit kamarnya.

  Sekali lagi dia menghela napas. Dia bingung, apa maksud perjodohan dirinya dengan Tama. Bahkan dia tidak pernah akur sejak awal masuk SMA. Dan sekarang mereka diikat oleh suatu hubungan? Pecah kepala Sania jadinya.

  Sania bangkit, menatap satu pigura di nakasnya. Diambil pigura itu, mengelusnya pelan.

  "Dad, apa kau ada di balik semua ini?"

  Tok tok

  Sania menghapus bening air matanya sebelum pintu itu terbuka. Masuklah Bu Cinta.

  "Kenapa, Mah?"

  Bu Cinta menghampiri Sania, duduk di sampingnya.

  "Mamah mau ke Eropa."

  Sania tercekat, ke Eropa?

  "Maksudnya Sania ikut?" tanya Sania sedikit marah.

  "Nggak, Mamah cuman mau pamit sama kamu."

  Sania terkekeh pelan. "Udah biasa Sania sejak kecil sama pembantu. Mamah gak pamit juga udah biasa."

  Bu Cinta terdiam. Dia sedikit menunduk kemudian berbicara lagi.

  "Mamah di sana sedikit lama, satu tahun. Apa kamu gak papa?"

  Hati Sania kembali tergores. Satu tahun hanya sedikit lama katanya?

  "Mau apa? Cari pengganti Dady?" tanya Sania sarkastik.

  "Mamah akan mengurus kepindahan kamu di sana. Kamu akan pindah ke sana setelah lulus, bukan? Setidaknya itu kata Dadymu."

  Cukup, Sania benar-benar seperti boneka di sini. Dijodohkan seenak mereka. Di alihkan antar dua benua. Apa mereka sejahat itu? Atau Sania yang senakal ini?

  "Terserah kalian."

  Sania meringsut ke tengah ranjang, menutup dirinya di balik selimut. Dia ingin menangis.

  Terdengar seperti orang bangkit dari duduk.

  "Selama itu kamu gak akan sendiri, tunangan kamu akan tinggal di sini."

  Sudah, Sania menangis sekarang. Mereka benar-benar mengatur hidup Sania.

  "Mamah pergi, Sa."

  Bu Cinta mendekat, mengecup kepala Sania sedikit lama.

  "Jaga kesehatan kamu, sayang."

  Derap kaki mulai terdengar disusul suara pintu ditutup.

  Sania menyibak selimutnya dengan cepat, menangis sejadi-jadinya.

  "This crazy! I hate you, all!" teriakan Sania memenuhi kamar nuansa cream itu.

  Sania kembali mengambil pigura tadi. Memeluknya erat.

  "I miss my family."

  ~_~

   Dua jam menangis cukup bagi Sania membengkakkan matanya serta membuat tenggorokannya kering.

  Kini gadis itu sedang menuruni tangga menuju dapur. Mengambil satu botol air, meminumnya sampai habis.

  Ting tong

  Kening Sania mengkerut, siapa yang datang? Sania tak mau berpikir, kepalanya pusing setelah menangis. Dia memilih segera membuka pintunya.

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang