Detik jam terus menggema di tengah malam yang dingin itu. Mata Sania masih terjaga, terus mengelus rambut wangi seorang Tama. Semenjak kejadian mimisan dalam mobil tadi, pria itu hanya meminta Sania terus mengelus kepalanya.
Alasan Sania masih terjaga, tentu saja dia cemas. Takut jika pria yang menjadikan sandaran pahanya itu kembali sakit. Yang kedua, dia masih memikirkan bagaimana dia bisa ikut liburan camping bersama teman-temannya?
"Hm ...."
Sania sedikit terkejut mendengar gumaman Tama. Cowok itu membenarkan posisinya agar lebih nyaman lalu kembali terlelap.
Line
Kepala Sania menoleh saat mendengar notifikasi dari aplikasi hijau. Segera dia ambil dari bawah bantal. Keningnya sedikit mengkerut, ada apa cowok itu menchatnya tengah malam begini?
Riz Smith
Belum tidur?
Jemari lentik Sania mulai mengetikkan balasan.
Andromeda
Belum
Tiba-tiba ponsel Sania diambil, langsung dilempar sampai remuk ketika menabrak tembok. Degub jantung Sania sampai tak terkontrol karena kaget. Saat menunduk, mata mereka langsung bertemu.
"Apa-apa––"
"Tidur. Besok gue ganti," ucapnya dingin seraya menutup matanya lagi.
Napas Sania memburu menahan marah. Beranjaklah dia tanpa memikirkan kepala Tama yang menjadikan pahanya bantal. Turun dari ranjang, keluar kamar dengan membanting pintu sekencang-kencangnya.
Cewek blasteran itu berujung di balkon ruang tamu. Bibirnya ia gigit sekuatnya menahan tangis. Ia bingung sendiri, kenapa ia semarah itu? Padahal hanya ponsel. Kepalanya mendongak, menatap taburan bintang.
"Aku bingung, Tuhan," gumamnya seraya membuang napas. Punggungnya ia sandarkan ke tepi balkon, merasakan angin malam yang dingin setelah hujan.
"Gue tau lo cemburu, tapi gak usah overprotektif juga." Sania meremas ujung bajunya menahan amarah. "Kalo gue udah jadi milik lo, apa yang lo takutin lagi? Gue ninggalin lo gitu? Nggak! Gue gak sehina itu buat berkhitanat pada janji gue ke Tuhan," racaunya terus-terusan. Cewek itu kembali menatap langit, menahan gertakan giginya.
"Bodo lah, pusing gue." Sania kembali masuk ke apartemen, memilih tidur di sofa depan televisi. Marah ceritanya. Lagi pula siapa yang tidak marah jika ponsel dilempar begitu saja?
"Arghh, Tama sialan!" geramnya sambil mengigit bantal sofa.
~_~
Kening Rizal mengerut, layar ponselnya masih menyala menatap chatnya bersama gadis blasteran berambut abu-abu itu. Menantikan balasan lagi setelah membalas pesan terakhir.
"Kok lama yah?" Cowok beralis tebal itu merebahkan tubuhnya, terus menatap layar ponsel. Iseng dia menyentuh foto profil Sania. Foto candid dengan kepala menoleh, cepolan duanya membuat tampak begitu anggun. Bibir Rizal tersenyum lebar.
"Lo cantik banget sih, Sa."
Rizal terus menunggu balasan, satu jam, dua jam, sampai dia menahan kantuk sekali pun.
"Udah tidur kali." Pikirannya positif. Dia meletakan ponselnya di nakas, tidur dengan kantuk yang sudah menjadi-jadi. Itu semua hanya karena menunggu gadis blasteran itu. Karena rasa yang membelenggu di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Girl (Terbit)
Teen FictionTELAH TERBIT DI MOMENTOUS PUBLISHER. [Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan] Sania Andromeda. "Ngintip ah...." Tama Agung Putra. "Sekali lagi lo berani ngintip, lo jadi pacar gue!" 13 November 2019:# 1 Bad Girl ...