Tama berniat meninggalkan kamar Sania setelah gadis itu tidur di balik selimutnya. Tapi pintu sudah dibuka terlebih dahulu sebelum dia menyentuhnya.
"Mamah."
Bu Cinta menatap Tama cemas.
"Sa ngerepotin kamu gak, Tam."
Tama terkekeh pelan seraya memperlihatkan telapak tangannya. "Cuman gini, Mah."
"Maafin Sania yah, dia emang segalak itu kalo lagi datang bulan."
"Gak papa, biar Tama tau gimana istri Tama nanti."
Bu Cinta tertawa pelan. "Kamu belum pulang, yah?" tanya Bu Cinta saat melihat seragam Tama masih melekat.
"Belum, Mah."
"Ini udah larut, kamu nginep di sini aja. Nanti Mamah kabarin Papah kamu."
"Boleh, Mah."
"Kamu bisa tanya sama Mbok di mana kamarnya. Mamah mau ambil baju ganti buat kamu."
"Makasih, Mah."
Tama keluar kamar, berjalan mencari keberadaan mbok.
Tapi, bukannya menemukan mbok, dia malah ke ruang keluarga. Melihat beberapa ornamen kecil di setiap sudut ruangan. Pandangannya tersorot ke satu pigura. Di sana, terdapat seorang anak kecil dengan rambut abu sebahu berada di gendongan pria dewasa. Tama baru sadar, hanya ada satu foto pria itu, itupun hanya yang itu. Tiba-tiba Tama tersenyum tipis.
"Keluarga yang rumit."
"Memang, keluarga Mamah memang rumit, itu sebabnya Mamah menitipkan Sania sama kamu."
Tama menoleh, ternyata Bu Cinta sudah berdiri di belakangnya.
"Ini bajunya, kamarnya udah disiapin mbok, ada di dekat kamar Sania. Istirahat, Tam."
Setelah itu, Bu Cinta melenggang pergi menuju lantai dua.
~_~
Besoknya, Tama berangkat sekolah bersama Sania. Entah karna kejadian kemarin atau kenapa, Tama menjadi lebih banyak diam. Lebih tepatnya mendiamkan Sania. Seperti sekarang, dalam mobil, Tama masih terdiam. Begitu juga Sania, dia tidak tau berkutik apa. Padahal ini sudah dalam parkiran sekolah, tapi belum ada tanda-tanda mereka akan turun.
"Tam–– "
"Ayo."
Tama keluar dari mobil lebih dulu, meninggalkan Sania yang masih mangap berniat bicara.
"Si tai, untung pacar."
Sania mendengus lalu turun dengan emosi. Sesekali ia menghentakan kakinya kesal melihat Tama sudah menjauh dari parkiran.
"Pacar apaan lu, gue ditinggal mulu, dihukum mulu, dipaksa mulu, pacar rasa hakim lu mah," cerocos Sania sepanjang perjalanan.
Bugh
Bahu Sania sedikit oleng ketika sebuah bahu besar menabraknya.
"Eh––"
Mulut Sania kembali terkatup, tak jadi menghujat si pelaku. Dia bahkan terdiam ketika melihat orangnya.
"Ni orang ganteng banget, asu!" - batin Sania.
"Sorry, lo gak papa, 'kan?"
"Oh, nggak kok. Ehe ...."
Cowok itu ngangguk-ngagguk.
"Oh iya, tau ruang kepala sekolah dimana?"
"Tau, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Girl (Terbit)
Teen FictionTELAH TERBIT DI MOMENTOUS PUBLISHER. [Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan] Sania Andromeda. "Ngintip ah...." Tama Agung Putra. "Sekali lagi lo berani ngintip, lo jadi pacar gue!" 13 November 2019:# 1 Bad Girl ...