Hari ini telah tiba, hari dimana Sania akan balapan. Uh, sangat semangat dia.
Kini dia berada di kamarnya, sudah siap dengan celana jeans hitam dan jaket kulit hitam juga. Tak lupa dengan rambut abunya yang diikat satu ke belakang, ditambah topi hitam juga ia pakai. Sempurna, dia sangat mengagumi black, semoga dia bertemu nanti di arena.
Sania mengambil sepatu hitam dari rak sepatu, tapi dia lupa kakinya masih di perban.
"Lepas aja kali, ya?"
Gadis itu dengan berani melepas perbannya, yang dia takuti saat pecahan kaca itu diambil, bukan lukanya.
Luka itu sedikit mengering, dan itu membuat Sania tak takut sedikit pun akan sakit.
Dan, perban itu terlepas sempurna. Dia langsung memakai sepatunya. Sudah, dia sudah siap.
Dia lirik arlojinya, sudah jam 7 malam. Janjinya jam 8 mereka bertemu di cafe biasa. Sania mengambil tas gendongnya, lalu memakai masker hitamnya. Ya, semua serba hitam. Dia suka hitam. Sama seperti pembalap Black.
Sekali lagi dia menatap pintu kamar yang terkunci dari dalam. Dia yakin rencanannya akan berhasil.
Dia membuka pintu menuju balkon, melompat untuk sampai di lantai dasar.
"Shit! Ngilu juga," gerutu Sania saat kaki lukanya terlalu keras mendarat. Dia segera pergi dari sana, sebelum tunangannya tau, gadis nakalnya pergi.
Sampai di jalan, Sania langsung memberhentikan taksi. Dia menghela napas lega.
"Sania gak akan terkalahkan oleh Tama Agung Putra," ucap Sania percaya diri.
Tama yang asik menonton tv, terkejut saat mendengar sebuah suara keras dari arah balkon kamar Sania. Dia segera beranjak, memeriksanya lewat jendela besar. Nampak seseorang dengan perawakan mungil dan pakaian serba hitam keluar halaman rumah.
Tama menautkan alisnya. "Siapa itu?"
Orang itu menghilang dibawa taksi. Tama kembali pada tv. Dia tidak peduli.
~_~
Mobil putih bergradasi merah berhenti di arena balap. Cladi sudah siap dengan seat-beltnya yang kencang. Begitu juga Sania, dia memegang setir dengan serius.
"Yakin lo?" tanya Popi lewat kaca, dia tidak ikut masuk seperti Cladi.
"Lo tunggu aja gue di garis finish."
Popi menghela napasnya. "Hati-hati, Sa."
Sania tersenyuk kecil lalu mengangguk. Deruan suara mesin mobil terus bersahutan. Seorang wanita dengan pakaian tomboy berdiri di antara mobil. Dia mengangkai sebuah kain ke udara, dan dalam hitungan ke tiga, semua mobil menancap gasnya.
"Wuhhh! Ayo Sania!!" teriak Popi.
Sementara Sania sedang tertawa puas sambil menyetir di atas rata-rata. Dia sangat santai walau kecepatannya tak terbilang aman. Bahkan dia sempatnya mengejek Cladi yang tak pernah mengizinkan Sania balapan.
"Astaga, lo kesetanan apa?" tanya Cladi semakin erat memegangi seat-belt. Sania kembali tertawa.
"Lain kali lo balapan sama gue, Cla."
Di tengah kecepatan yang maksimal, sebuah mobil menyalip mobil yang Sania lajukan. Sanja sampai terkejut. Mobil dengan warna biru yang cukup unik.
Sania menancap gasnya dengan senyuman gilanya. "Akhirnya, kita mulai!"
Mobil Sania mulai mendekat bersamaan dengan menambahnya kecepatan. Mobil di depannya sungguh tak ingin kalah. Itu membuat Sania semakin bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Girl (Terbit)
Teen FictionTELAH TERBIT DI MOMENTOUS PUBLISHER. [Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan] Sania Andromeda. "Ngintip ah...." Tama Agung Putra. "Sekali lagi lo berani ngintip, lo jadi pacar gue!" 13 November 2019:# 1 Bad Girl ...