Bab 17

90.3K 3.5K 3
                                    

    Tama membuka pintu kamar Sania pelan, memastikan gadis itu belum bangun di jam segini. Ya, jam lima pagi Tama sudah bersiap akan pergi dengan pakaian santainya.

  Cowok itu mendekati kasur yang Sania tempati, gadis itu tampak tertidur dengan nyenyak. Kantung matanya sedikit menghitam.

  Tama menghela napasnya, ia tau, Sania menangis semalaman karna masalah Eropa itu.

  "Sa?" Tama mengusap rambut Sania pelan. "Bangun."

  Sania bergerak risih. Tapi Tama tetap mengusap kepala Sania.

  "Ikut gue."

  Sania mengerjapkan matanya perlahan, dan kerjapan kedua dia langsung melotot kaget.

  "Astaga! Lo ngapain di sini!" Sania melempar semua bantal ke arah Tama.

  "Aduh, diem Sania."

  Sania menatap Tama, lalu menghela lega. "Lo ngagetin tau gak?!"

  Tama mengendikan bahunya. "Ratu ngintip di sekolah, takut giliran dibangunin cowok."

  Sania mengedutkan bibirnya. Kesal sekali dia, sudah dibangunkan dengan kaget, di ledek pula. Sania kembali melempar bantal, namun ditangkap gesit oleh Tama.

  "Mandi gih, hari ini ikut sama gue."

  Alis Sania bertautan. "Kemana?"

  "Ke rumah Mamah."

  "Mamah?"

  "Mamah gue."

  "Nanti ada Selian?"

  Tama menatap heran. "Lo tau Selian?"

   "Tau, ade lo, 'kan?"

  "Iya, ade kandung gue."

  "Maksudnya?"

  "Mandi sana, gak usah banyak tanya!"

  Sania mendengus keras. "Gue ngantuk ih, kok pagi-pagi sih?!" Sania kembali merebahkan tubuhnya.

  "Bangun, lo kalo jadi istri gue harus bangun lebih dulu dari gue."

  "Siapa yang mau jadi istri lo?" sengit Sania.

  Tama menaikan satu alisnya. Bibirnya tersenyum smirk. "Yakin?" tanya Tama dengan suara berat. Matanya menatap Sania seperti siap menerkam.

  Sania langsung beranjak, berabe jika Tama mulai seperti itu.

  "Iya gue mandi! Keluar!"

~_~

    Keadaan mobil hening. Tama fokus pada kemudinya dan Sania fokus pada lagu yang ia dengarkan lewat earphone. Tama akan mengoceh jika Sania menyalakan radio. Padahal itu moment langka, tapi itu moment menyebalkan bagi Sania.

   Tama melirik Sania sekilas, gadis itu sedang menikmati angin dari jendela.

  "Anginnya sejuk, rumah Mamah lo bukan di kota? Kok gue gak ngeh ya waktu itu?"

  "Lo tidur."

  Sania ngangguk, dia lupa. Keadaan kembali hening. Sampai mobil mereka memasuki sebuah pekarangan rumah. Tama mematikan mesin mobilnya, lalu membuka pintu.

  Sania ikut keluar. Dia bisa menikmati sekitar rumah ini sekarang. Ternyata cukup indah.

  Gadis itu menoleh saat mendengar keributan dari pintu rumah. Ternyata Tama sedang bercanda dengan adik perempuannya.

  Sania berjalan mendekati mereka. Selian tampak girang menatap Sania.

  "Waa! Kakak gak bilang bawa Kak Sania."

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang