Bab 20

93.3K 3.8K 118
                                    

   Sania Andromeda kembali sekolah, dengan sifat nakalnya. Tercermin dari roknya yang melebihi atas lutut, sepatu warna soft-pink, bleazer putih dan jika yang baru tau, rambutnya sengaja abu-abu. Padahal itu asli.

  Tama? Entahlah, Sania kabur berangkat sendiri. Setelah kejadian kemarin dia terasa canggung jika dekat cowok KetOs itu.

  Brak!

  "Wouy!"

  Ketika melamun sambil memakan permen, apa yang terjadi kalau kau dikejutkan? Tersedak? Ya, Sania tersedak permen karetnya.

  "Uhuk! Si anying!" sentaknya seraya menatap sinis ke Popi. "Untung gak mati."

  "Balik sekolah juga, sakit apaan dah lo? Mana kita gak diizinin buat jenguk sama si Tama songong itu tu," gerutu Popi. Pipinya mengembung kesal.

  Sania belum konek. Sakit? Oh, dua hari kemarin kah? Apa dia bilang dia sakit? Kerjaan Tama lagi pastinya.
 
  "Oh, gue sakit males."

  "Si kunyuk." Popi menoyor kepala Sania gemas. "Lo gak ikut ngintipin Rizal, beuhh ...."

  Sania melonjak kaget. Ngintip! Ahh ... kehidupan Sania!

  "Gimana? Ada yang keren?" tanyanya antusias.

  "Sa, aduh ... keren gila ini mah."

  "Ihh ... gimana?"

  "Anak gym kayaknya."

  Sania menggigit bibir bawahnya. Anak gym? Bayangan Sania mulai liar kemana-mana.

  "Sambet apaan lo?" Sebuah tangan menoyor kepala Sania. Cladi pelakunya.

  "Ish! Kalian janjian noyorin pala gue, yak!" kesal Sania.

  Cladi tertawa melihat wajah ditekuk Sania. "Bayangin mesum pasti," celetuk Cladi.

  "Bukan, bayangin anak gym." Sania kembali terhanyut dengan dunianya.

  "Anak gym? Rizal?" bingung Cladi.

  Mata Sania mengerjap fokus. Jadi benar Rizal anak gym?

  "Wahh ... lo pasti cerita, Pop. Gak asik lo! Sa bakal ngiler nantinya."

  "Pelit lo pada."

  Sania ngambek, menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Menelungkupkan wajahnya nyaman di meja.

  "Kenapa?" Rizal yang baru datang menatap ke arah Sania. "Udah sembuh dia?"

  Cladi mengendikan bahunya. "Orang itu emang saraf," ucapnya menggerakan telunjuk menyilang di dahi.

  Rizal melepas earphone Sania. Sontak Sania terbangun dengan wajah marah Namun tak tahan lama, raut itu berubah saat melihat Rizal.

  Rizal menepelkan telapak tangannya di dahi Sania. "Udah sembuh?"

  Bibir Sania sulit bergerak, sumpah! Ini kenapa? Rizal tersenyum simpul kemudian mengacak pucak kepala Sania.

  "Jaga kesehatan."

  Cladi dan Popi saling tatap, menggigit bibir tak nyaman. Ini situasi tak baik untuk kedepannya.

~_~

   Tak terasa hari semakin sore dan bel pulang sekolah berbunyi. Berbeda dengan anak-anak yang lain yang berebut pulang, Sania sedang asik memakan es krim bersama Rizal di kantin. Teraktiran katanya, Sania mau aja.

  Mereka masih bersenda gurau di salah satu meja. Lebih tepatnya bercanda mencolekkan es krimnya ke wajah setiap lawan.

  "Whahaha, itu idung lo!" tawa cewek berambut abu itu memusatkan perhatian setiap orang.

Naughty Girl (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang