"Masih inget pulang?"
Sania tertegun di tempat. Baru saja dia mendaratkan kakinya di depan rumah, pintu sudah terbuka. Menampakan seorang pria dengan wajah jauh dari kata lokal.
"Dad."
Kaki Sania seakan melemas melihat orang itu. Bibirnya sedikit bergetar menahan tangisan. Lalu tatapannya beralih ke koper di samping kaki pria itu. Dia kenal koper itu, koper miliknya.
"Ikut ke Eropa sekarang."
Tawa pelan Sania terdengar jelas di komplek sepi itu. Mata Sania sudah tak mau menampung air mata lagi. Dia menangis sambil tertawa keras.
"Sania boneka kalian ya boneka aja! Gak usah diover ke sana kemari deh, Dad."
Gadis itu menerobos pintu tanpa memperdulikan panggilan pria yang ia panggil Dad itu.
"Andromeda! Berhenti!"
Sania menghentikan langkahnya, menunggu Dadynya kembali bersuara. Namun hampir beberapa detik tak terdengar apapun. Sampai Sania memutuskan untuk kembali melangkah, hanya sebuah lingkaran tangan di pinggangnya membuat ia berhenti lagi. Hati Sania semakin bergemuruh, ingin teriak sekuatnya.
"Ikut Dady, c'mon," bisik pria itu, Alex.
Sania menggigit bibir bawahnya menahan isakan, dia tidak ingin disebut lemah. Tidak!
"Dad, gak cukup kalian pisah di depan Sa?" Suara Sania begitu lirih. "Dan sekarang Dad mau bikin hidup Sa makin hancur, ya?"
Alex terdiam. Dia cukup mengerti ucapan anak sulungnya itu.
"Lupakan!" gertak Sania keras. Dia melepas lingkaran tangan Alex dengan paksa. "Beri Sa waktu sampai Sa lulus."
Langkah kaki Sania lebar menaiki tangga menuju kamarnya. Tidur, itu yang ingin ia lakukan sekarang. Lupakan semua masalah dengan apapun yang ia suka. Itulah prinsipnya.
---
"Yuk!" pekik Sania saat duduk di samping Tama yang mengemudi. Cowok itu menatap aneh, seceria itukah?"Gue mau pamit sama Bu Cinta."
"Gak usah," tahan Sania saat Tama akan melepas seat-beltnya
"Bentar, Sa."
"Mamah gak di rumah."
Tama menghela napas panjang. "Ya udah."
Cowok itu memasang kembali seat belt lalu menyalakan mesin mobil.
"Mau kemana?" tanya Tama belum menjalankan mobil juga.
"Lah, kok tanya gue?"
"Emang kalo gue bawa kemana lo ikut aja."
Sania memutar bola matanya malas. "Iyalah, lo yang ngajak pergi. Asal jangan ke neraka aja."
"Ke neraka sih buat lo aja, banyak dosa ngintip."
Sania menoleh kaget, lebih tepatnya tak terima.
"Enak aja, gue bilangin sekali lagi, kalo itu bukan ngintip tapi nonton karya Tuhan."
Tama hanya menggeleng pasrah, tak tau isi otak gadis berambut abu-abu itu. Atau mungkin hanya ngintip yang dia tau?
Tama menjalankan mobilnya membelah jalanan Jakarta yang sedikit lenggang. Suasana pun terasa sepi, terlebih Sania yang terus menatap keluar jendela, tak ada niatan mengajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Girl (Terbit)
Teen FictionTELAH TERBIT DI MOMENTOUS PUBLISHER. [Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan] Sania Andromeda. "Ngintip ah...." Tama Agung Putra. "Sekali lagi lo berani ngintip, lo jadi pacar gue!" 13 November 2019:# 1 Bad Girl ...