🍃

4.1K 161 8
                                    

Sekarang Vanya berada,disebuah hamparan rumput yang didepannya kini ada sebuah danau yang memanjakan mata.

Setelah pulang sekolah tadi,Devon memaksa Vanya untuk ikut dengannya dan membawa gadis itu ketempat dimana dulu mereka sering menghabiskan waktu bersama.

"Sekarang Lo cerita Van,gue udah kenal Lo lama" ucap Devon memecahkan keheningan yang tercipta diantara keduanya.

Vanya menoleh,lantas tersenyum.Ia bersyukur karena Devon tetap berada disampingnya sesaat kemudian gadis itu menghela nafasnya perlahan.

"Gue beneran nggak papa Dev"

"Van,Lo anggap gue apa selama ini?masa Lo nggak mau berbagi keluh kesah Lo sama gue,sahabat Lo sendiri.Segitu nggak pentingnya kah gue bagi Lo?" Devon berujar panjang,cowo itu hanya sengaja,karna dengan cara seperti ini pasti Vanya mau bercerita tentang hal yang membuat nya murung.

Vanya bimbang,ia tak ingin Devon tau apa yang baru saja gadis itu alami,ia tak ingin membuat Devon menjadi khawatir.Namun disatu sisi,ia juga tak mau dianggap sebagai sahabat yang tak menganggap kehadiran sahabatnya sendiri,dirinya tak mau Devon berpikir macam-macam tentang dirinya.

"Ok,gue bakal cerita" ucap Vanya membuat cowo disebelah nya ini tersenyum puas.

Vanya menceritakan tentang yang terjadi,dia menceritakan dengan tidak memberikan bumbu lain atau mengurangi nya. Namun ia tak membeberkan bahwa tantenya juga ikut-ikutan.

"Jadi gitu cerita nya"ujar Vanya setelah menceritakan pada Devon,dan lihat sekarang Devon terlihat menahan emosi.

Kedua tangannya mengepal dan gertakan gigi pun terdengar

"Dev,gue beneran ga papa" Devon menoleh menatap wajah Vanya lekat,entah terbuat dari apa hati gadis ini.Menurutnya jika dia berada diposisi Vanya mungin sekarang ia sudah pergi meninggalkan rumah terkutuk itu.

"Kenapa Lo nggak pergi aja dari rumah itu sih Van?"

"Gue nggak mau Dev,gue cuma punya mereka"

"Ck,ada gue Van,ada yang lainnya juga"

Vanya tetap menggelengkan kepalanya membuat Devon mengusap wajahnya kasar,kesal karena gadis ini begitu keras kepala.

"Tapi gue minta sama Lo,kalau ada apa-apa langsung cerita"

"Siap bos"

Devon terkekeh melihat respon Vanya,dimata dia Vanya itu seperti gadis lainnya namun hal yang membedakan adalah hati gadis itu lebih kuat untuk menanggung semua yang terjadi.

"Mau beli es cream" tawar Devon

"Ayok, cepetan" Devon tau cewe ini jika sedang badmood pasti akan makan  es crem.

Keduanya bangkit lalu berjalan menuju stand es crem yang tak jauh dari sana,biarkan waktu berhenti sejenak,Vanya ingin merasakan bahagia,dapat tertawa lepas tanpa beban.Biarkan waktu berhenti sebanyak Tuhan,Vanya ingin beristirahat agar kuat dalam menghadapi semua masalah yang ada.

"Pulang yuk Van"ajaknya saat melihat langit sore

Vanya tersenyum lalu mengangguk,ia bangkit dan berjalan mendahului Devon.

                            *****
Vanya sedang duduk di meja belajar nya, pikiran nya berjalan tak tau arah, tatapan matanya kosong entah apa yang sedang gadis itu harapan kedepannya.

Ia merenung,mencoba memahami setiap persoalan yang datang silih berganti dalam kehidupan nya.

Dibukanya buku diary pemberian mendiang bundanya.Lembar putih itu kini mulai terukir sebuah untaian kata yang memilukan.

Ayah,kakak.
Vanya rindu peluk hangat kalian,
Belaian kasih sayang yang dulu Vanya rasakan bagai diterjang ombak yang hilang dalam sekejap,
Caci maki penuh amarah membuat Vanya harus berada dalam sudut ruangan,ruangan yang gelap nan memilukan siapa saja.
Taukah kalian jika Vanya butuh kalian?
Tak merasa iba kah kalian pada Vanya?Tak merasa khawatir kah jika Vanya tak ada disini?.Untuk Bunda,Vanya tau saat ini orang yang paling dekat dengan Tuhan itu bunda,bisakah bunda menolong Vanya?Tolong sampaikan pada Tuhan bunda,kalau Vanya ingin ayah dan Kaka kembali sayang pada Vanya.Tolong sampaikan jika Vanya sudah lelah,Vanya sudah ingin menyerah pada ini semua.Vanya cape  Bun,cape. Setidaknya bisakah Tuhan mengambil Vanya untuk menemui Bunda?Vanya ingin berbagi keluh kesah pada bunda,Vanya ingin merasakan peluk hangat seorang ibu lagi.Bisakah semua terwujud Bun?

Jakarta,2018

Vanya menghentikan aktivitas menulisnya,ia terisak pelan tak kuasa menahan ini seorang diri.
Hatinya hancur,dada nya sesak dan lagi fisiknya tak kuat.Ia tutup kembali buku diary lalu disimpan dalam lemari bukunya.

Untuk malam ini biarkan Vanya menangis sepenuhnya menumpahkan segala beban dalam pundaknya.

Vanya menoleh,dikala ia merasakan ada orang yang  mengusap punggung nya, betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang berdiri didepannya ini.Apakah bundanya telah bilang pada Tuhan?dan Tuhan telah mengabulkannya?Jika benar Vanya benar-benar berterima kasih.

"Hai" satu kata itu mampu membuat Vanya bungkam,ia masih tak percaya atas apa yang dilihatnya.Lidahnya terasa kelu untuk membalas sapaan orang ini.

"Apa kabar?" Lagi,Vanya tak membalas ucapannya,ia malah menunduk lalu terisak kembali.Ingatan kelam mengenai orang didepannya ini tiba-tiba saja berputar membuat hatinya perih.

"Van,Kaka rindu"lalu mendekap erat tubuh mungil Vanya.

Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaan Vanya saat ini bukan?

Vanya membalas pelukan kakaknya tak kalah erat,untuk pertama kali ia mendapat pelukan hangat ini,untuk pertama kali ia menghirup aroma yang menenangkan ini.

Verel-kakak Vanya melepas pelukan mereka,ia menangkup kedua pipi adiknya itu,lalu menghapus jejak air mata dengan ibu jarinya.

"Jangan nangis my little girl"ucapnya lembut

"Kamu sekarang udah tumbuh jadi gadis cantik,wajah kamu ngingetin kaka sama bunda"

Vanya tersenyum hangat mendengar penuturan kakaknya, entahlah padahal Verel belum meminta maaf atas semua perbuatannya namun Vanya tak memikirkan itu semua,sendari tadi dirinya malah terus bersyukur dalam hati.
Mungkin penderitaan yang selama ini  ia alami akan berakhir dengan cepat.

"Kaka udah nggak benci lagi sama Vanya?"

Verel menjawil hidung mancung milik Vanya,hatinya kelu mendengar pertanyaan Vanya itu.

"Kaka nggak benci sama Vanya,Kaka mau minta maaf atas semua yang Kaka lakuin selama ini.Kaka mau hubungan kita jadi lebih erat dan lebih baik dari sebelumnya.Apa Vanya mau?"

"Vanya mau banget kak,Vanya mau"

Vanya berhambur kedalam pelukan sang kakak,ia terisak hingga baju milik Verel terasa basah oleh air matanya.Tangis bahagia itu hanya disaksikan oleh hembusan angin dan bintang yang masih terjaga untuk melihat Kaka beradik itu.

       
                              

 strong girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang