🍃

2.8K 114 14
                                    

Vanya termangu,gadis itu tak salah dengar.Kini di hadapannya sudah ada ayahnya dan dia.

Iya dia,dia yang dulu menjadi tonggak Vanya untuk bertahan,dia yang dulu menjadi alasan Vanya tersenyum,dia yang dulu menghancurkan segenggam harapkan nya,dia yang dulu menghancurkan dunianya.

Dia yang dulu bergitu dekat namun nyatanya mampu menghunus seperti tajamnya belati.Dan hari ini,dia datang ke rumah ini tanpa memikirkan semua yang sudah dilakukan?

Pasti ada niat terselubung di balik semua ini,dan ayahnya bersikap seperti ini karena ada cowo ini.

"Jadi tujuan aku ke sini,aku mau Kita kaya dulu Van"ucap Riko

"Riko dulu udah banyak bantu kita sayang,dia mau kamu kembali lagi sama dia"kini sang Ayah ikut menyahut,mendukung opini yang diutarakan oleh Riko.Cowo yang membuat Vanya kehilangan separuh dunia nya.

"Mending ayah tinggal dulu,kamu ngobrol aja sama Riko.Biar lebih gampang" lanjutnya tak lama meninggalkan Vanya dan Riko.

Riko mengubah posisi duduknya agar lebih dekat dengan Vanya.Cowo itu tanpa merasa bersalah menggenggam tangan Vanya sebelum akhir nya ditepis kasar oleh Vanya.

"Jangan sentuh gue"kata Vanya dingin

Gadis itu kini sedang  dengan emosinya,kenapa disaat seperti ini masa lalunya kembali?
Kenapa luka lama itu seolah terbuka kembali setelah sekian lama tertutup rapat? Hatinya kembali sesak,bagai terhantam ribuan ton dadanya ikut sesak.

"Kenapa?dulu aja kamu paling seneng aku genggam tangannya" sahut Riko

Vanya menoleh,memberi tatapan tak suka pada cowo ini.

Gadis itu berdiri "itu dulu,sebelum semuanya berubah" katanya sebelum benar-benar pergi

Vanya tak peduli dengan Riko yang masih setia disana,gadis itu segera masuk dan mengurung diri didalam kamar.Menguncinya rapat-rapat.

Biarkan saja jika sang Ayah marah,dirinya sudah terbiasa mendapat amukan ayahnya.

Ia menghempaskan tubuhnya,mengadah menatap langit-langit kamarnya.

Diatas sana kosong,seperti tatapannya.Tak ada tanda-tanda kebahagiaan yang nyata.Semua hanya penuh masalah,masalah dan masalah.

Gadis itu kemudian mengecek ponselnya,banyak notif dan panggilan tak terjawab dari sahabat-sahabatnya dan yang paling banyak dari Arka.

Vanya abaikan semua itu,dirinya malah mennonaktifkan ponselnya.Hari banyak kejutan tak terduga dari semesta untuk dirinya.

Membuat pikirannya gundah,hatinya lelah, fisik nya letih.Tubuhnya seakan ingin menyudahi namun takdir menolak.

Apa yang harus gadis lakukan sekarang?

Apa ia memberi tahu kepada Devon bahwa Riko kembali lagi?

Arghhhhh,Vanya tak tau harus bagaimana. Gadis itu cukup tertekan dengan semua ini.

Tak lama Vanya memejamkan matanya,belum sepenuhnya ia terlelap dalam mimpi duara gedoran pintu terdengar sangat keras membuat gadis itu membuka matanya kaget dan segera beranjak dari tidurnya.

"Ayah" ucapnya saat orang yang pertama kali dilihatnya diambang pintu adalah ayahnya dengan gurat wajahnya penuh amarah, dibelakang ada Tiara dan tante Tia.

Plakk...

Pipi Vanya memanas,tamparan itu mendarat mulus di pipi vanya.

"Maksud kamu apa ninggalin Riko sendirian disana hah?!"

"Saya sudah berusaha bersikap baik dengan kamu didepan dia"

"Dan saya harap kamu bisa menerima Riko" lanjutnya ucapan sang Ayah dengan lantang tepat diwajah Vanya.

"Kenapa harus didepan Riko ayah bersikap baik sama vanya? Vanya pengin ayah baik sama vanya karena kasih sayang ayah" ucap Vanya getir.

Gadis itu menahan tangisnya.

"Itu tidak akan terjadi"

"Apa kamu tidak ingat dengan apa yang sudah kamu perbuat dimasa lalu?"

Vanya menggeleng,itu semu bukan kesalahan gadis itu.Itu semua ulah dia,ayahnya sudah salah paham.

"Itu bukan salah Vanya yah,ayah nggak pernah mau dengerin penjelasan Vanya sampai sekarang.Ayah udah buta sama amarah yang ada didiri ayah"

Satu tamparan kembali lagi vanya dapatkan hingga membuat gadis itu tersungkur,kepalanya mulai berkunang-kunang,terasa sangat berat.Ternyata tamparan ayahnya sangat kuat.

"Dasar tidak tau diri!"

"Sudah saya besarkan kamu hingga sebesar ini dan kamu malah berani menggurui saya?"

"Diajarkan oleh siaap kamu?" Tanyanya namun tak mendapat jawaban Vanya

Gadis ini bungkam,menahan lara yang mulai menggerogoti dirinya.

"Sekali lagi kamu bersikap seperti ini,saya akan buat lebih dari ini juga"

Vanya memejamkan matanya,ketika pintu kamar gadis itu tertutup dengan kerasnya.Sang ayah sudah pergi namun semua perkataan ayahnya seakan masih menggema dalam kamar ini.

Vanya mencoba berdiri, berjalan gontai untuk mengambil beberapa pil obat yang akhir-akhir ini dikonsumsinya untuk mengurangi rasa sakitnya.

Baru ini mengambil,darah segar keluar dari hiding Vanya membuat gadis itu segera masuk ke dalam toilet.

"Kapan berhentinya?" Gumamnya

Hampir 5 menit Vanya mimisan dan gadis itu sendirian.Tak ada siapapun untuk menjadi sandaran atas rasa sakitnya.

Vanya ingin berteriak agar dunia tahu gadis itu tak sekuat seperti yang mereka lihat,Vanya ingin berteriak menumpahkan rasa sakit dari penyakit ini.

Gadis itu hanya mampu meringis,manangis dalam diam.

"Bun,sakittt bun.Vanya nggak kuatt."batinnya

Tak lama semua penglihatan gadis itu gelap,vanya ambruk dalam sepinya waktu.

Gadis itu tergeletak lemah tak sadarkan diri.



























Next lagi tidak?????





 strong girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang