4.1

3K 93 2
                                    

Malam ini Vanya duduk dimeja belajarnya,hari ini diri nya sudah keluar dari rumah sakit.

Pena yang sendari tadi diambil hanya digunakan untuk mengetuk-ngetuk meja.Mengingat kejadian semalam yang teramat memalukan untuk nya.
Dan dari situ Verel serta Devon selalu saja menggoda nya.

Flashback on..

Setelah dokter memeriksa keadaan Vanya sebelum gadis itu kembali kerumahnya besok.Vanya sudah memejamkan matanya,gadis itu tengah beristirahat.Ponselnya tergeletak diatas meja sebelah brangkar.

Verel dan Devon,keduanya berbincang di sofa,saat tengah asik saling melempar gurauan getar ponsel Vanya mengalihkan keduanya.
Verel lebih dulu bangkit,pikirnya mungkin itu penting dari seseorang.

Ia membuka ponsel Vanya,biasanya anak seumuran Vanya jika memiliki ponsel maka akan dipaswaord namun ini sama sekali tidak.Ia membuka apk whatsapp, setelah melihat siapa pengerimnya.Cowo itu lantas menghampiri Devon yang juga penasaran.

Ice boy💙
Jangan lupa istirahat,terus jangan telat makan.Aku nggak sabar ketemu kamu.Rasanya lusa tuh masih lama banget,hehehe.See you babe❤️

Verel memperlihatkan rom chat Vanya dengan Arka.Sungguh hal yang sulit dipercaya,Devon bahkan sampai tak menyangka seorang Arka akan bersikap manis didepan wanita yang dicintainya.

"Gue nggak nyangka,Arka itu tipikal cowo yang kaku dan cuek bang"celetuk Devon

"Iyakah?"tanya Verel ingin lebih tau tentang kekasih adiknya.

Cowo beruntung yang dapat menaklukkan hati Vanya.

"Gue jadi pengin ketemu sama cowok itu"kata Verel

"Lo pasti ketemu sama dia"

Keduanya kebali membaca beberapa pesan antara Arka dan Vanya.Entah apa yang membuat lucu,kadang mereka terkikik sendiri merasa geli.

Vanya sedikit mulai terusik oleh suara tawa,perlahan mulai membuka matanya.Ia mengedarkan pandangannya hingga jatuh diujung sofa yang terdapat Devon dan Verel yang memegang ponselnya.Tapi kenapa keduanya sampai tertawa seperti itu?

Alarm berbahaya seakan berdering diatas otaknya.Pasti kedua cowo itu membuka hal-hal jorok lewat ponselnya.Harusnya ia menpasword lockscreennya.Nasi sudah menjadi bubur Vanya.

"Kalian ngeliat apa sih?"suara Vanya menginterupsi kedua cowo yang tengah sibuk sendiri.

Verel dan Devon menghentikan tawa mereka,tak sadar bila Vanya terbangun karena suara mereka.keduanya seperti menggunakan telepati lewat tatapan matanya.Mengisyaratkan sesuatu.

"Nggak lagi ngapa-ngapain ko beb"ujar Devon disertai kerlingan dimatanya

Mereka baca chatan gue sama Arka kah? Pikir Vanya

Dengan cepat Vanya turun dari brangkar dan segera merampas ponselnya kembali,ia membelakakan matanya.Ternyata dugaan nya tentang kedua cowo itu yang membaca Rom chat nya dengan es batu  benar.Devon dan Verel memang tidak tahu privasi orang.

"Jangan lupa istirahat,makan,aku nggak sabar ketemu kamu" celetuk Verel dengan nada menggoda adiknya itu

Pipi Vanya bersemu merah,ia malu sekali.Kenapa Verel dan Devon lancang sekali sih.

"Kaka apaan sih" elaknya

Tak dapat dipungkiri satu pesan dari Arka ditambah love membuat jantung Vanya bekerja tak karuan.Cewe itu mengulum senyumnya,andai ia lebih dulu membuka pesan dari Arka.

"Cieee blushing kan lo"

Vanya mendelik tak suka,Kaka dan sahabat nya suka kali menggoda dirinya.Vanya berbalik arah,dengan menghentakkan kakinya ia kembali menuju brangkar dan menidurkan kembali tubuhnya yang seperti terkena sengatan listrik,hawa panas menjalar tanpa permisi.Ia menarik selimut hingga menutupi wajahnya,kesal dengan Devon dan Verel yang terus menggoda nya.

"Gue pake kacamata jadi nggak denger kalian ngomong apa"celetuk Vanya dibalik selimut yang membungkus dirinya

Sedangkan Verel dan Devon,keduanya meledak kan tawa.Tingkah Vanya terlihat amat lucu,terlebih ketika gadis itu kesal.Menambah kesan gemasss sendiri jadinya.

Flashback off..

Lupain Van,lupain.Mereka emang gitu suka ngejahili diri lo.Pikir Vanya meyakinkan

Vanya meraih buku yang sudah lama ia diamkan,biasanya ia selalu berbagi cerita lewat tulisan nya.
Dibukanya lembar diary yang sudah lama tak terbuka,dilembar pertama ada foto lengkap keluarga nya.Ada ayah,bunda,Verel dirinya yang tengah tertawa lepas ditaman.

Kembali,ia ingin mengulang hal itu.Dimana Vanya merasa menjadi seorang anak gadis yang teramat disayang oleh keluarga kecil nya.Namun, lagi-lagi ia juga seakan tertampar oleh hal yang membuatnya kini dibenci oleh sang ayah.Meski dulu Verel pun demikian,namun sekarang kakanya itu sudah berubah.

Lembar demi lembar ia lalui,kini lembar kosong tanpa tinta seakan ingin ditoreh oleh tarian pena Vanya.

Gadis itu menulis dengan tenang,seakan semua kata sudah tersusun rapih dalam otaknya.

Teruntuk kamu...
Terima kasih telah hadir dan menghadirkan warna baru,
Entah kamu hanya sekedar singgah atau akan bertamu lama,
Aku tak peduli.
Entah kamu akan jadi penyembuh luka atau kamu yang akan menghadirkan luka baru,aku harap opsi kedua tak terjadi.
Untuk kebahagiaan yang kita buat,
Mampu membuatku lupa akan lara yang bersarang dalam jiwa,
Meski tak hilang namun setidaknya waktu membuatku sedikit lupa meski pada akhirnya memang kembali lagi.

Teruntuk kamu...
Aku harap kita akan selamanya bersama,
Aku hanya ingin Tuhan yang memisahkan kita,karena darinya kita dipertemukan,

Teruntuk kamu...
Aku hanya ingin kamu tahu,
Bahwa aku sayang kamu...

Vanya tersenyum menatap tulisannya yang begitu rapih.Gadis itu lantas menutup dan menyimpan kembali diarynya.Ia memilih untuk tidur lebih awal,Vanya memang tidak berada dirumahnya,melainkan diapartement milik Verel dan kakaknya itu dengan baik hati mau membawakan perlengkapan sekolah nya.

Awalnya vanya menolak keras,ia takut jika ayahnya marah besar,dan malah semakin benci dengan dirinya.Namun Verel selalu saja meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Belum benar-benar ia masuk kedalam dunia mimpinya,ia melihat Verel yang masuk.Gadis itu lantas mengubah posisinya menjadi duduk bersandar ranjang.

"Obatnya udah diminum kan tadi?"Tanya Verel,cowo itu membawakan segelas susu hangat untuk Vanya

"Udah kak"

"Nih diminum susunya"

Vanya menerima segelas susu yang Verel sodorkan,ia menenggak nya meski tak sampai tandas sih.

"Makasih kak Verel" ucap Vanya

Entah kenapa disaat seperti ini,rasanya ia ingin menangis.

"Nggak perlu berterima kasih"

"Sekarang kamu tidur"lanjutnya,sebelum beranjak dari kamar Vanya

Vanya mengamati punggung Verel yang menghilang dari bilik pintu,ia akan tidur nyenyak malam ini karena perlakuan hangat dari kakaknya.

"Good night kak Verel"gumamnya

Lalu tak lama,mata indah itu mulai memejamkan matanya,menjelajahi dunia mimpi yang jauh lebih indah dari kenyataan.

                               *****

 strong girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang