23 | It Has Begun

7.1K 63 0
                                    

POV - Olivia Khumaira Putri

Hanya beberapa hari Cherllyne menginap di sini, tapi rasanya aku seperti telah kehilangan teman hidupku. Aku begitu merasa kesepian tanpa kehadiran Cherllyne. Kami biasanya bercerita tentang apa saja, saling bercanda.

Hampir mirip seperti yang aku lakukan bila ada Karin. Tapi bila bersama Karin, aku lebih ke posisi sebagai kakak. Tapi dengan Cherllyne, aku merasa menjadi seorang adik. Aku merasa hangat, seperti dia terus menjagaku.

Haahh! Padahal kami bisa dekat seperti ini hanya dalam beberapa hari saja. Kami memang satu kantor sudah cukup lama, tapi hubungan kami selama ini hanyalah sebatas hubungan kerja. Aku bahkan tidak pernah makan siang bareng bersamanya. Apalagi di kantor, Cherllyne terkenal judes dan ketus.

Akhirnya aku memutuskan untuk berkunjung saja ke apartemennya. Karena mungkin Cherllyne juga merasakan hal yang sama denganku, kemarin Cherllyne memberikanku sebuah kunci serep apartemennya.

Memang dia sedang mencari apartemen baru, sejak kejadian mengerikan waktu itu. Tapi untuk sementara, dia memberikanku sebuah kunci serep apartemennya. Dan dia memintaku untuk datang ke apartemennya sering-sering untuk menemaninya.

"Bi, aku mao keluar dulu ya," ujarku pamit kepada bi Asih.

"Eh? Kan uda malem non, mau kemana lagi?" tanya bi Asih kuatir.

"Mau ke apartemennya Cherllyne kok bi. Aku kangen. Hehehe," jawabku sambil terkekeh.

"Ohh...kenapa gak minta non Cherllyne untuk tinggal di sini aja sih non?" tanya bi Asih.

"Yah gak enak kali bi. Aku juga kalo kelamaan nginep di rumah orang kan gak enak. Yah kecuali kalo nginep di rumah Rangga. Udah kayak keluarga kan kalo di sana," jelasku.

"Ya uda aku pergi dulu ya bi. Tar aku beliin makanan buat bibi yah. Hehehe," ujarku sambil memeluk tubuhnya.

"Hush...beli makanan opo sih. Yowis, non Oli ati-ati ya di jalan. Uda malem. Tar pulangnya juga jangan kemaleman yo," ujar bi Asih, yang aku jawab dengan anggukan kecil.

Memang sih, uda cukup malam sekarang nih. Aku malah takutnya Cherllyne uda tidur. Tapi gak papa lah. Aku juga lagi suntuk banget.

Sejak Rangga datang ke rumahku malam-malam itu, dan menegaskan sikapnya mengenai hubungan kami, sikapnya memang kembali ceria seperti biasa.

Tapi entah kenapa, kali ini aku gak merasakan kehangatan khas Rangga, setiap kali dia mengeluarkan lelucon-lelucon konyolnya. Dan juga, aku merasa seperti sebuah layang-layang yang putus benangnya, sehingga terombang-ambing di angkasa, menunggu jatuh entah kemana.

Aduuuhhh...kenapa sih dulu aku terima Gery buat jadian. Kalo dulu aku tolak kan, kejadian seperti ini gak akan pernah terjadi. Dan mungkin aku sudah jalan bareng ama Rangga.

Haahh...tapi, bukan waktunya untuk menyesali diri. Bahkan mungkin ini memang sudah takdirku, untuk hanya menjadi sahabat saja dengan Rangga.

Setidaknya dengan bersama Cherllyne, aku bisa sedikit mengurangi kesedihanku, dan sedikit membangkitkan semangatku.

Berhubung hari sudah malam, jadi jalan raya sudah lancar, sehingga aku bisa cepat sampai di apartemen Cherllyne. Dan aku pun melewati security dengan santai, karena aku memiliki kartu akses untuk masuk yang diberikan oleh Cherllyne kemarin itu.

Aku sempat berpikir untuk mengetuk pintunya dulu, tapi aku mendengar suara Cherllyne seperti sedang berbicara dengan seseorang. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas.

Hm? Siapa tamu yang dateng malem-malem gini? Apa aku ganggu mereka yah nanti kalo aku masuk? Pikirku jadi mulai ragu untuk masuk ataupun mengetuk pintunya.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang