43 | I'm Yours...Forever

5.9K 71 3
                                    

POV - Indah Prastiwi

Hingga menjelang siang hari Tommy akhirnya melepaskan ikatanku, setelah dia kembali mengencingi wajahku. "Lu makin seksi deh Ndah kalo abis gue kencingin gini. Hahaha," ujarnya sambil tertawa keras.

"Hey...Indah, cepetan mandi dulu gih sana, bau pesing banget badan lu. Masih banyak nih kerjaan lu yang mesti lu lakuin sebelum kita orang bener-bener bisa maafin lu." seru Reni dengan nada memerintah, setelah mereka semua kelelahan sehabis berpesta orgy, setelah sekian lama membiarkanku terikat kedua tanganku dimeja, dengan berlumuran air seni yang sudah mulai mengering, sehingga menimbulkan aroma pesing yang begitu menyengat.

Haruskah aku dipermalukan seperti ini? Betapa hancurnya harga diri yang aku miliki dulu, sebagai seorang istri yang solehah, istri yang setia. Dan hanya sekejap, semuanya hancur begitu saja, oleh ulah mereka yang sudah menjebakku masuk ke dalam permainan erotis mereka.

Yang lain pun hanya tertawa saja melihat keadaanku. Membuat rasa benciku menjadi semakin kuat saja kepada mereka. Tunggu saja kalian. Tunggu sampai aku benar-benar mendapatkan momen yang tepat dulu. Pembalasan akan lebih nikmat pada saat yang tepat.

Ironisnya, aku justru mempelajari itu, dari suamiku sendiri, mas Hari, yang membalas segala perbuatanku karena telah mengkhianati dia, disaat momen yang tepat, dan suasana yang tepat pula, sehingga rasanya benar-benar hancur sampai berkeping-keping.

Dengan langkah sedikit gontai aku kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menyalakan shower untuk mengguyur tubuhku yang bau pesing ini. Aku juga langsung membersihkan mulutku dengan berkumur-kumur, dengan cairan antiseptik pembersih mulut. Rasa asam dan pahit dengan bau pesing yang menyengat, membuatku merasa mual kembali.

Saat aku sedang menyabuni tubuhku, tiba-tiba seseorang masuk dan memelukku dari belakang. "Let me do that for you. (Biar aku yang melakukannya)." aku melihat Roni masuk dan mengambil sabun dari tanganku, saat ia memelukku dari belakang. Ia lalu menyabuni seluruh tubuhku.

Disaat hatiku sedang sakit atas segala penghinaan tadi, sikapnya ini sangat menenangkanku, dan membuatku merasa sedikit rileks. Roni menyabuni dan membersihkan seluruh tubuhku.

Namun, tetap saja walau lembut, Roni adalah seorang predator. Bukan hanya menyabuni, tangannya mulai berusaha merangsang diriku ini, dengan memainkan puting payudaraku sambil meremasi payudaraku dengan perlahan.

Sedikit demi sedikit, gairahku mulai sedikit terpancing. Nafasku mulai memberat, saat aku sedang menikmati remasan tangannya dikedua payudaraku ini, Roni mengecupi leherku dengan lembut.

Roni menarik tanganku kearah batang kemaluannya. Aku pun mengerti apa yang diinginkannya. Aku mulai memainkan tanganku untuk mengocok batang kemaluan Roni yang perlahan demi perlahan mulai keras kembali.

Setelah beberapa lama kami saling merangsang tubuh kami berdua, Roni kemudian membasuh seluruh tubuhku, dan membersihkan dari baluran sabun yang masih melekat ditubuhku ini. Begitu pun aku yang juga membersihkan tubuh Roni dari busa-busa sabun yang melekat ditubuhnya.

Roni mulai menarik tubuhku kebawah, setelah kami membilas tubuh kami satu sama lain, memintaku untuk berlutut dihadapan batang kemaluannya itu. Aku pun juga paham akan maksudnya, namun rasa trauma akibat pelecehan tadi, membuatku sedikit ragu-ragu untuk memasukan batang kemaluannya itu ke dalam mulutku.

"Tenang aja Indah sayang. Aku gak akan kencing lagi di wajah kamu. That was just for a game show, before. Not something I enjoyed it that much. (Itu hanya untuk sebuah pertunjukan dalam permainan saja, sebelumnya. Bukan sesuatu yang aku nikmatin banget)." ujar Roni, yang mungkin menyadari apa yang sedang aku pikirkan ketika aku ragu-ragu saat hendak memasukan batang kemaluannya itu.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang