44 | Janji Suci

5.3K 68 0
                                    

POV - Olivia Khumaira Putri

     
Aku tidak bisa mempercayai semua ini terjadi dihadapan mataku. Aku...seharusnya aku bisa lebih cepat berlari ke tempat Rangga untuk menariknya. Ya Tuhaann...apa yang harus kami lakukan? Bagaimana caranya agar kami bisa menolong Rangga? Apa yang terjadi dengan Rangga di bawah sana? Seberapa parah Rangga terluka?

Aku menghindari pemikiran paling buruk dikepalaku. Aku tidak mau hal itu terjadi kepada Rangga. Tidak setelah apa yang sudah kami berlima perjuangkan sampai di sini. Tidak setelah kami semua saling menyadari arti kami masing-masing bagi yang lainnya.

Kami saling membutuhkan. Dan sudah jelas kami berempat membutuhkan kehadiran Rangga. Apa yang harus aku lakukan untuk menolong Rangga?

"Kita harus cepat turun, dan meminta bantuan tim SAR untuk mencari keberadaan Rangga," ujar Cherllyne kemudian.

"Tapi kita gak bisa ninggalin Rangga gitu aja Cher? Aku gak mao ninggalin Rangga, Cher." seru Rani yang terlihat begitu shock melihat Rangga terjatuh bersama wanita yang ingin mencelakakan kami semua. Yah, kami semua begitu shock melihat Rangga terjatuh seperti itu.

"Gak ada yang bisa kita lakukin kalo kita cuma berdiam diri di sini aja Rani. Sadarlah Ran. Aku juga gak mao ninggalin Rangga. Kita semua gak ada yang mao ninggalin Rangga gitu aja. Tapi kita harus berpikir logis, Ran. Gak ada yang bisa kita perbuat kalo cuma diem disini aja berharap Rangga tiba-tiba merayap naik ke atas. Kita harus turun dan meminta bantuan tim SAR yang lebih ahli untuk mencari Rangga. Hanya itulah kesempatan terbesar kita untuk menemukan Rangga." ujar Cherllyne dengan nada tegas dan sangat jelas, sehingga Rani pun tidak bisa menyanggahnya lagi.

"Ayo, kita harus terus bersama-sama, agar jangan sampai ada yang terpisah lagi." ujar mbak Liana. Membuat Rani akhirnya mau tak mau mengikuti kami juga untuk berjalan menuruni gunung ini, dan meminta bantuan kepada tim SAR untuk mencari dan menemukan keberadaan Rangga, yang semoga dalam keadaan hidup, dan tidak terluka parah.

Perjalanan ke bawah secepat apapun kami berjalan, masih membutuhkan waktu berjam-jam. Inilah yang membuat kami semakin kuatir mengenai keselamatan Rangga. Apalagi Rangga terjatuh bersama wanita yang berniat mencelakakan kami.

Berbagai pemikiran buruk terus terlintas di dalam pikiran kami ber-empat. Dan satu hal yang menjadi pemikiran kami lagi, yaitu kami sama sekali tidak melihat satupun para pendaki. Ini merupakan hal yang aneh sekali, menurut kami semua.

Tapi karena kami benar-benar mengkuatirkan keselamatan Rangga, sehingga membuat kami mengabaikan masalah itu, dan fokus untuk secepatnya mencapai pos terdekat untuk melaporkan kecelakaan yang di alami oleh Rangga.

Berjam-jam kemudian, dengan kelelahan yang amat sangat, kami pun akhirnya tiba di pos pendaftaran. Namun kami terus memaksakan tubuh kami ber-empat untuk terus berjalan mencari bantuan.

Pos penjagaan pun terlihat begitu sepi. Dan pintunya tertutup rapat.

"Cherllyne! Oli! Rani! Kesini cepetan," seru mbak Liana kemudian. Dan kami bertiga pun segera menghampiri mbak Liana. Kami melihat mbak Liana sedang menunjuk kearah suatu tempat, dan mata kami pun langsung mengikuti arah telunjuk tangan mbak Liana.

"HAH??? Siapa yang masang ini? Kemaren gak ada pengumuman seperti ini," ujar Rani sangat terkejut melihat sebuah papan pengumuman, yang mengabarkan bahwa jalur pendakian di tutup untuk sementara.

Kami ber-empat saling berpandangan, berusaha memahami apa maksud dari pengumuman ini.

"Ini pasti kerjaan si cewek bule itu. Dia kayaknya emang uda berniat ingin mencelakakan kita sejak awal." ujarku kepada mereka bertiga. Pantesan dari kemaren perasaan hampir gak ada pendaki lainnya yang naik. Dan di atas, hingga kami turun, benar-benar tidak ada pendaki lain sama sekali.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang