32 | Love Me Like You Do

5.9K 57 0
                                    


POV - Fadli Rangga Putra
  
   
Gue...jujur gak tau harus ngomong apa lagi, atau bagaimana gue harus bersikap. Gue memang amat sangat mencintai Olivia, sahabat gue dari kecil. Tapi, gue juga tau diri, mengingat gue yang hmm...uda kotor, dibandingkan dengan dirinya yang masih utuh dan murni.
   
Gue hanya merasa uda gak pantas lagi aja bersanding dengannya. Gue bahkan uda pasrah saat Oli berbaikan lagi dengan Gery. Gue sempat merasa mungkin inilah jalan yang terbaik untuk kami berdua.
   
Gue bahkan menceritakan semua yang telah gue lakukan dengan beberapa wanita. Gue gak mau ada kebohongan disaat Oli akhirnya menyatakan perasaannya ke gue. Sesuatu yang gue tunggu-tunggu sepanjang hidup gue, dan saat akhirnya dia melakukan itu, gue uda keburu 'rusak' oleh sikap gue sendiri. Gue gak menyesal dengan apa yang telah gue lakukan bersama Cherllyne dan Liana, karena itu merupakan salah satu kebahagiaan gue, bisa berbagi perasaan dan kasih sayang bersama mereka berdua. Gue lebih merasakan bahwa ini adalah sebuah takdir. Semua mengalir bagaikan air, tanpa adanya paksaan. Yah mungkin perkecualian untuk masalah orgy gila itu.
   
Namun yang lebih gak gue duga, adalah sikap Oli yang menerima dengan lapang dada, atas semua yang telah gue lakukan. Gue...bener-bener speechless melihat keteguhan hati dan tekad Oli untuk terus melabuhkan harapannya untuk bisa menjalani masa depan bersama gue. Bagaimana gue bisa menolak seorang wanita yang berharga bagi gue, 'melamar' gue dengan tekad yang gak pernah gue liat dari dalam dirinya, sebelum ini.
   
Oli...memang wanita yang luar biasa bagi gue. Gue pun bagaikan menumpahkan segala kerinduan gue, segala hasrat gue, dan cinta gue kepadanya, saat kami saling melumatkan bibir kami satu sama lain.
   
Gue gak punya pemikiran untuk melakukan lebih jauh lagi sebenarnya. Seperti yang biasa gue lakukan dengan Cherllyne maupun Liana. Tapi malah Oli sendiri yang tampaknya begitu aktif merangsang gue.
   
Gue semakin terkejut saat Oli tiba-tiba melepaskan jilbabnya, dan meminta gue untuk menurunkan resleting baju gamisnya. Untuk sesaat, gue sempat ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi gue juga gak mau membuatnya merasa rendah diri, apabila gue menolak untuk membukakan resleting bajunya itu. Gue gak mau membuatnya berpikir kalo gue lebih memilih Cherllyne ataupun Liana.
   
Oli dengan anggunnya melepasi baju gamisnya, hingga memperlihatkan tubuhnya yang putih dan mulus, bagaikan sebuah pualam yang bersinar. Oli terlihat begitu seksi dan indah, dengan pakaian dalam bikin bertali yang dipakainya. Inilah pertama kalinya gue melihat Oli seterbuka ini, seumur hidup gue.
   
Wajahnya begitu cantik dan seksi, dengan rambut terurai indah, dan bibir kemerahan sedikit terbuka. Sukses membuat gue terpesona sampai tanpa sadar mulut gue terus menganga.
   
Kejutan buat gue rupanya gak sampai disini aja. Tangan Oli kemudian meraih tali yang mengikat branya, di punggungnya, hingga terlepas. Gue pun menyaksikan bagaikan dalam gerakan slow motion, dimana branya terjatuh, dan memamerkan kedua bongkahan payudara yang terlihat begitu indah di mata gue. Payudaranya begitu kencang dan bulat hampir sempurna. Di hiasi oleh puting susu berwarna sedikit kemerahan, dengan areola yang tidak terlalu besar. Benar-benar sangat indah. Dan harus gue akuin, payudara Olivia, lebih indah dari milik Cherllyne maupun Liana. Apa mungkin karena Oli masih suci dan belum tersentuh tangan pria manapun.
   
Kejutan kembali berlanjut, saat Oli dengan gerakan perlahan melepaskan ikatan di pinggul kirinya, dan dilemparkannya celana dalam yang tadinya menutupi bentuk kemaluannya yang terlihat berkilauan. Vagina Oli mulus tanpa adanya bulu sama sekali, dan bibir vagina yang masih terlihat sangat kencang dan rapat, berwarna sedikit kemerahan. Sungguh kontras dengan kulitnya yang putih bersinar.
   
"O-Olii?...a-aa...aaa...kamu..." gue...bener-bener terpesona melihat keindahan ciptaan Allah di hadapan gue ini, dengan mulut gue yang terus menganga. Ya Allah, Oli...tubuh Oli, benar-benar indah dan seksi sekali. Gairah gue langsung meluap-luap. Jantung gue berdebar gak karuan rasanya.
   
Oli kemudian membuka seluruh kancing kemeja gue, dan di sibakannya tanpa melepaskan baju gue seluruhnya. Oli lalu mulai merebahkan tubuhnya di dada gue, menempelkan kedua payudaranya yang tanpa tertutup lagi, berhimpitan dengan dada gue yang juga tanpa tertutup pakaian. Oli kemudian mencium bibir gue lagi, dan mengulumnya dengan lembut dan penuh perasaan.
   
"Aku mencintaimu, Fadli Rangga Putra. Hanya ama kamu, aku ingin menyerahkan segala yang aku punya buat kamu. Bagi aku, hanya kamu yang paling berhak atas tubuhku dan jiwaku ini Ga. Bercintalah denganku, sayang. Lakukanlah apa pun yang ingin kamu lakukan, sayangku." bisik Oli di telinga gue. Jujur, gue terkejut banget mendengar ucapan Oli. Oli meminta gue...untuk bercinta dengannya?
   
Oli kemudian menarik tubuh gue untuk duduk bersamanya, dengan posisi saling berhadapan, dan Oli berada di pangkuan gue. Batang junior gue rasanya uda sesak ingin segera keluar. Apalagi vagina Oli berada tepat di atas junior gue, yang sayangnya masih terhalang oleh celana panjang dan celana dalam gue.
   
Oli langsung melumat bibir gue lagi. Kami saling melumat penuh gairah birahi. Tiba-tiba, Oli meraih kedua tangan gue, dan meletakannya di kedua payudaranya yang terasa sangat kenyal sekali. Jauh lebih kenyal daripada Cherllyne dan Liana.
   
"Rasakanlah sayang. Aku tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuh bagian ini langsung, seperti yang kamu rasain sekarang." Oli bahkan menekan dan meremas-remas tangan gue, agar meremasi kedua payudaranya, disaat gue sedang ragu-ragu untuk mulai meremasnya.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang