62.01 | Entre Vous et Moi

3K 39 1
                                    

POV - Sandi Adytia Yanuarisman

      
"Jaga mata, sob. Jangan lengah. Pertajam Indera kita." ujar Gilang kepadaku saat kami mulai memasuki basement yang cukup gelap.

Komandan regu kemudian meminta kami untuk menyalakan senter sebagai penerangan. Semua pasukan pun menyalakan senter yang berada di ujung senapan serbu sambil bersikap waspada, termasuk kami berdua.

Dengan sikap waspada, kami terus menyusuri basement bagian bawah gedung ini. Gedung ini terlihat sudah hampir tidak terawat lagi. Jadi terasa rada angker dengan suasana hening dan gelap seperti ini.

Aku berusaha memusatkan segala inderaku, baik mataku, pendengaranku, bahkan gerakan-gerakanku. Aku dan Gilang, beserta para pasukan Densus terus menyisir dan mengamankan dua lantai basement di gedung ini.

Beberapa kali komandan regu meminta kami untuk berhenti sesaat dan bersiaga, saat komandan itu merasakan ada sesuatu yang mencurigakan. Namun, hingga saat ini, kami belum menemukan ancaman yang berarti.

"...nngghhh....."

Aku tiba-tiba mendengar suara seperti erangan seseorang, dan reflek aku langsung mengarahkan senapanku ke belakangku. Aku melihat, Gilang juga melakukan hal yang sama sepertiku. Gerakan reflek kami membuat dua orang polisi di belakang kami terkejut, hingga mereka pun mengarahkan senapan mereka kearah belakang juga.

"Lu denger suara tadi, Lang?" bisikku.

"Kayak ada suara orang. Tapi polisi paling belakang kayak gak denger apa-apa tuh." ujar Gilang, saat kami melihat seorang polisi sedang berjalan mendekati kami dengan sikap waspada, seperti tidak terjadi apapun.

Dan kami pun memutuskan untuk kembali bergerak dalam formasi dan berjalan naik ke atas, setelah mengamankan basement ini.

Di lobby utama, kami bertemu pasukan tim A. Aku pun melihat Robi dan Pandji di tim A sedang mengamankan lobby utama.

Setelah melihat kedatangan tim B, komandan regu tim A segera memerintahkan pasukan tim A untuk bergerak naik ke atas, untuk mengamankan lantai 1, sementara tim B berganti mengamankan lobby utama, sampai tim A berhasil mengamankan lantai 1.

Begitu tim A berhasil mengamankan lantai 1, maka komandan regu tim B pun segera memerintahkan kami untuk naik dan mengamankan lantai 2. Kami pun langsung menyusuri area di lantai 2, yang merupakan bekas perkantoran yang sudah lama ditinggalkan. Gedung ini memang sudah cukup lama ditinggalkan karena ada masalah persengketaan.

Tim A dan B terus menyisir dan mengamankan lantai demi lantai. Dan sampai saat ini kami masih belum menemukan halangan, ataupun jebakan-jebakan. Bahkan kami belum menemukan satupun tentara bayaran itu, maupun para kekasihnya Rangga.

Menyusuri dan mengamankan lantai demi lantai dengan menaiki tangga darurat, sambil membawa peralatan dan senapan yang berat, ternyata cukup melelahkan. Apalagi kami belum menemukan satupun musuh, maupun tanda-tanda keberadaan musuh.

Aku perhatikan beberapa pasukan Densus bahkan mulai kurang fokus dan kurang waspada, mungkin karena menyangka telah melakukan kesia-siaan, dengan terus menyusuri gedung kosong yang tidak berpenghuni ini. Mereka mulai berpikir tempat ini adalah tempat yang salah. Bahwa musuh bukan berada di sini.

Tapi, Aku dan Gilang tetap berusaha untuk fokus, dan tetap tenang. Terus menyisir dan bergerak naik ke atas, hingga akhirnya kami pun tiba di lantai 17. Kami menyusuri ruangan demi ruangan.

Dan seperti tadi, kami tetap tidak menemukan apapun di lantai ini.

"Lantai 17 aman." ujar komandan regu.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang