53 | Assassination

5.2K 66 0
                                    

POV - Liana Aryanti Widjaya

       
"Wuih... kelar deh... hehehe... asiiikkk." seru Oli dengan wajah ceria, setelah kami selesai memasak makanan yang kami masak bersama.

Oli dan Rani, yang membantuku untuk memotong dan menyiapkan bahan-bahannya. Sedangkan Cherllyne yang tidak bisa memasak, lebih memilih untuk mencuci bahan-bahan sayuran, serta menyiapkan meja makan, serta piring-piring untuk makanannya. Sementara aku yang memasak makanan ini.

Menu hari ini adalah, ayam panggang bumbu madu, kesukaan almarhum anakku, Lukas. Lalu ada tahu dan tempe goreng, serta sayur asem. Tidak lupa sambal cobeknya. Pokoknya masakan ala Liana, gak kalah deh sama di resto-resto. Hehehe.

Yah beginilah kegiatan kami yang baru, untuk sehari-hari setelah pulang dari kantor. Yaitu makan malam bersama. Apablia ada waktu luang dan kami sedang tidak terlalu lelah, maka kami akan masak bersama seperti sekarang ini. Tapi, apabila kami sudah kemalaman, kami hanya membeli makanan yang sudah jadi, dan kami makan bersama di apartemen Cherllyne, tempat kami tinggal bersama, untuk sementara waktu.

Akan lebih menyenangkan lagi, apabila Rangga bisa ikut makan bersama kami. Namun, semenjak Rangga mulai masuk kerja di kantor papanya Oli, Rangga meminta kami untuk tidak terlalu sering bertemu, karena bisa membahayakan kami semua. Namun, setiap hari, sebisa mungkin kami sempatkan untuk bertemu melalui Skype. Aku kangen dengan sentuhan dan pelukannya.

"Duh, untung kita sekarang punya chef cantik, jadi gak perlu sering-sering makan di restoran deh." ujar Cherllyne, yang sedang menikmati masakanku.

"Iya mbak Liana. Ternyata masakan mbak Liana tuh enak buangettttt." seru Oli, dengan mimik lucu, membuat kami semua menjadi tertawa.

"Aku seneng banget, kalo kamu semua seneng ama masakan aku. Biasanya aku cuma punya 1 penggemar kalo urusan masak. Cuma Lukas doang yang sering muji masakan aku. Sekarang aku punya 3 orang yang seneng juga ama masakan aku." jawabku.

"Hmm...Rangga belom coba aja nih, masakan mbak Liana. Dia cuma sempet nyobain pop mie bikinan mbak Liana doang, waktu di gunung. Hehehe. Coba kalo Rangga uda makan masakan mbak Liana, pasti minta nambah mulu." seru Rani, yang terlihat lahap makannya.

Bagi seseorang yang senang memasak, rasanya seneng sekali apabila masakan kita tuh di gemari, terutama oleh orang-orang terkasih kita. Rasanya puas sekali. Segala keletihan setelah memasak langsung terbayarkan semuanya.

Setelah makan dan cuci piring serta peralatan masak, barulah kami mandi. Walaupun kami tinggal bersama, ber-empat, tapi kami belum pernah lagi mandi bareng seperti dulu waktu di rumahku, saat aku mandi bareng dengan Oli, dan Cherllyne.

"Aku udah nih, Cher." ujarku saat aku sudah selesai mandi, dan sedang memakai krim malamku.

"Oke, mbak." seru Cherllyne, yang sedang menonton TV sambil mengobrol dengan Rani dan Oli, yang sudah duluan mandi.

Saat aku sudah selesai beres-beres, aku pun segera bergabung bersama Oli dan Rani. Sudah hampir seminggu kami tinggal bersama, seperti ini. Dan ternyata tinggal bersama mereka itu, sangat menyenangkan.

Kita saling bahu-membahu untuk urusan apapun. Dan aku senang aku bisa klop bersama mereka bertiga. Mungkin akan lebih klop lagi, apabila ada Rangga juga di samping kami.

Saat aku sedang ngobrol seru tentang infotainment artis yang tertangkap basah sedang berduaan di sebuah hotel, bersama seorang pengusaha, tiba-tiba ponselku berdering, memberi tahu ada pesan BBM masuk.

Aku segera bangun untuk mengambil ponselku, karena siapa tau, Rangga yang mengirim pesan. Namun, belum sampai aku ke tempat di mana aku meletakan ponselku, ponselku itu kembali berdering, hingga beberapa kali.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang