34 | A Fight Club

5.7K 65 0
                                    


POV - Karina Nayla Putri

   
"Ehem..ehem...ciee yang lagi kasmaran, ampe ampir tiap ari dijemput ama yayang nih. Gara-gara kecantol 'anu'nya Gara sih dulu yah. Hahahaha." seperti biasa, si Tanty selalu saja usil mulutnya, menggodaku terus.
   
"Hmm...iya dong, jadi kan kalo kangen ada yang bisa dipeluk, daripada lu Tan, dari dulu kalo kangen cuma melukin guling dikasih wig, biar berasa lagi melukin cowok, kan?" jawabku membalasnya.
   
"Ehhh...enak aja luh, sembarangan guling dipakein wig, ada juga guling diiketin gagang sapu, biar ada yang nusuk-nusuk dikit di selangkangan gue. Hwakakakak." aku langsung tertawa keras saat mendengar gurauan si Tanty sableng. Ada yah cewek sableng kayak dia gini. Jangan-jangan tar kawinnya ama cowok sableng juga lagi. Hahahaha.
   
"Hwahahaha....gila luh Tan...yang bagusan dikit napa, pakein dildo kek, masa gagang sapu. Hahahaha." seruku sambil terbahak-bahak.
   
"Dildo mahal cin, kan murahan gagang sapu, gampang lagi. Apalagi kalo kena ijuk nya. Berasa geli-geli gimanaa gituh. Hwahaha." ya ampunnn...temen gue yang satu ini emang sarap banget. Aku semakin tertawa terpingkal-pingkal jadinya.
   
"Aduuhhh...cape gue, ketawa mulu. Hehehe." ujarku sambil membungkuk dan memegangi perutku yang terasa seperti keram, karena kebanyakan ketawa.
   
"Eh si Ike nungguin kita dimana sih? Katanya di sekitaran sini Tan?" tanyaku ke Tanty yang juga ngos-ngosa kebanyakan ketawa.
   
"Gak tau juga ya. Tadi dia bilangnya di deket Hall lapangan basket kan?" jawab si Tanty.
   
"Ya uda lu tungguin dulu bentar, gue mao pipis nih. Kebelet gue, gara-gara ketawa mulu. Hihihi." ujarku ke Tanty.
   
"Kebelet pipis ato kebelet pengen nyobain dicolok gagang sapu. Hahahaa." Hwahahaha...parah nih anak. Ampun deh. Bisa beneran keram perut nih aku. Mana toiletnya lumayan jauh lagi. Ada di belakang Hall, karena bergabung dengan ruang ganti pakaian.
   
Saat aku hendak masuk ke dalam ruang ganti wanita, aku sempet mendengar pekikan kecil, dari ruang ganti pria. Membuatku langsung merinding bulu kudukku. Karena tempat ini sangat sepi, kalo tidak ada kegiatan olah raga.

"....mmmmfff..................sssshhhhh..................aaahhhhhh....." eh, malah seperti ada suara wanita yang sedang...mendesis dan mengerang pelan. Aduhhh...jangan-jangan ada si tante kunti lagi. Ihhh...takut ahhhh.
   
Aku yang ketakutan ingin segera meninggalkan kamar ganti, gak jadi buang air kecil disini, tapi langkahku langsung terhenti saat mendengar suara cowok.

"Aahhhh...Ke...enak Ke goyangan lu. Cepetin lagi."
   
Aku malah jadi curiga dan penasaran, setelah mendengar suara tadi. Aku lalu pelan-pelan berjalan mendekati ruang ganti pria. Aku melihat pintunya tidak tertutup rapat. Aku lalu mencoba membuka pelan pintunya dan mengintip apa yang ada di dalam sana.
   
Aku langsung terkejut sambil menutup mulutku, saat aku melihat ada dua orang di ujung ruangan, pria dan wanita, bila melihat dari postur tubuh meraka. Yang pria sedang berdiri, dengan celana panjangnya sudah melorot sampai ke mata kaki, dan pinggulnya terus bergerak maju mundur, menekan pantat sang wanita, yang sedang menungging sambil berpegangan ke sebuah meja. Celana panjang wanita itu pun sudah melorot sampai ke mata kaki juga. Bajunya terangkat sebatas atas dada, sehingga payudaranya yang menggantung, bergerak liar, seiring sodokan yang dilakukan sang pria. Hanya jilbabnya saja yang masih utuh tidak tersentuh kelihatannya.
   
Tangan sang pria pun terkadang meremasi payudara menggantung sang wanita itu. Mereka sama-sama mendedis-desis ataupun merintih-rintih penuh kenikmatan.
   
Tapi yang paling membuatku terkejut, adalah sang wanita itu. Sang wanita itu adalah sahabatku, si Ike, yang janjian untuk ketemuan di dekat Hall. Sedangkan yang pria itu, aku lupa namanya. Tapi kami pernah beberapa kali se-kelas.
   
Aku benar-benar gak habis pikir, bagaimana bisa si Ike sedang berhubungan intim dengan dia? Sejak kapan Ike pacaran dengannya? Kok aku bisa sampai gak tau sama sekali. Sudah berapa lama mereka berhubungan seperti ini? Banyak pertanyaan yang timbul di pikiranku.
   
Si cowok kemudian menghentikan gerakannya, dan menarik keluar batang kemaluannya dari dalam vagina si Ike. Dia kemudian menarik tubuh si Ike kebawah hingga berlutut dan berbalik kearahnya. Cowok itu kemudian menyodorkan batang kemaluannya yang basah oleh cairan vaginannya si Ike, ke mulutnya Ike. Ike langsung melumat dan mengulum batang kemaluan cowok itu, sambil tangannya membantu mengocok batang cowok itu.
   
Astagaaa...aku bener-bener gak nyangka, si Ike yang sehari-harinya aku kira alim, dengan pakaian tertutup hingga kepala, ternyata memiliki sisi liar yang gak pernah aku ketahui sebelumnya. Ike terlihat sangat mahir memainkan batang kemaluan cowok itu.
   
"Ausshhhh...aaahhh...enak banget Ke...aaahhhhh...yang daleman lagi Ke." ujar cowok itu sambil memegangi belakang kepala Ike, membantu memaju mundurkan kepala si Ike. Sedangkan si Ike hanya bergumam saja, karena berusaha menelan batang kemaluan cowok itu, hingga hampir tertelan semua di dalam mulut si Ike.
   
Si Ike pun sempat terbatuk-batuk beberapa kali, karena batang kemaluan cowok itu masuk terlalu dalam ke dalam mulut si Ike. Aku yang sedang mengintip kegiatan mereka pun, merasakan tubuhku jadi panas dingin.
   
Kemaluanku terasa berdenyut-denyut melihat percintaan live mereka. Badanku mulai terasa hangat, dan jantungku mulai berdebar-debar. Aku malah jadi horny, melihat si Ike sedang bercinta gitu. Tapi, bukannya si Ike bilang uda punya cowok yah, di daerah kampung halamannya? Apakah si Ike selingkuh?
   
Cowok itu kemudian menarik lagi tubuh si Ike keatas, setelah puas dikulum habis-habisan oleh si Ike. Cowok itu menaikan tubuh si Ike keatas meja, lalu langsung mengenyoti kedua payudara si Ike, sambil meremas-remas dengan kuat, aku lihat.
   
"Ooohhhhh...aaahhhhhh...ooooohhhhh...enak Yo...aahhhh...isep yang kenceng Yo...aahhhh." rintih si Ike. Oh ya, aku baru inget nama cowok itu. Yonathan. Kita biasa manggilnya Yo aja. Kok si Ike bisa pacaran ama si Yo sih? Sejak kapan?
   
Si Yo lalu mendorong tubuh Ike sehingga Ike rebahan di atas meja, dengan kedua kaki menjuntai. Si Yo lalu mengangkat kedua kaki Ike setelah melepaskan celana panjangnya, yang tersangkut di mata kaki Ike. Kedua kakinya itu kemudian di dorong sambil di lebarkan, sehingga memamerkan lubang vagina Ike, yang menganga dan basah kuyup, hingga membasahi hampir seluruh rambut kemaluannya yang lebat.
   
"AAAAAHHHHH...sakit Yooo...pelaaannn...aahhhh...aahhhhh." Ike langsung berteriak kesakitan, saat Yo dengan kasar menusukan batang kemaluannya ke dalam vagina si Ike. Dan langsung mengocoknya dengan kuat, membuat Ike langsung merintih-rintih keenakan.
   
Crokk! Crokk! Crokk! Crokk! Bunyi benturan kemaluan Yo dan Ike terdengar nyaring, bagaikan menggema di ruangan luas yang sepi ini. Ditambah dengan rintihan-rintihan halus Ike, membuat gairahku menjadi meluap-luap.
   
Aku ingin sekali meninggalkan tempat ini, sebelum aku menjadi tidak terkendali saking bergairahnya diriku, namun kakiku, seolah tidak mau beranjak dari tempat ini, dan mataku seolah tidak mau berpaling dari pemandangan erotis di hadapanku ini.
   
Si Yo sampai mendengus kencang, setiap kali dia menyodokan pantatnya dengan kuat, dengan cepat. Mereka bercinta penuh gairah. Dengan sodokan kuat yang dilakukan si Yo, payudara Ike pun sampai terlempar-lempar kesana kemari dengan liar.
   
"Hooohhh...Keeee...anjinggg...enak banget KEEE...GUE KELUAAARRR....AAAHHHHH." si Yo langsung berteriak, saat dia menekan pinggulnya dengan kuat ke depan, berusaha memasukan batang kemaluannya sedalam-dalamnya ke dalam liang rahim si Ike. Sepertinya si Yo telah mendapatkan orgasmenya.
   
Aku pun melihat tubuh Ike melengkung ke belakang, sehingga seperti orang yang sedang melakukan gerakan kayang dalam olah raga senam, dan pantat yang berkejat-kejat. Ike pun sepertinya sedang menikmati orgasmenya.
   
Mereka berdua terus terdiam dalam posisinya, berusaha meresapi getaran-getaran nikmat orgasme mereka berdua, hingga kemudian Ike menyadari sesuatu. "Ehh...kamu keluarin di dalem Yo?" si Ike langsung panik, dan langsung duduk. Aku langsung melihat tetesan cairan kental berjatuhan dari dalam vaginanya si Ike.
   
"Aduuhhh...Yooo...kok lu buang di dalem sih? Kan gue dah bilang, gue lagi gak pake pengaman. Tar gue hamil gimana coba." protes si Ike.
   
"Haahhh...lupa gue Ke. Abisnya memek lu enak banget sih buat gue entot abis-abisan." jawab si Yo santai.
   
"Tar kalo gue hamil beneran gimana? Palingan juga lu kabur kalo tau gue hamil." ujar Ike terlihat cemberut.
   
"Kalo hamil ya bagus dong, jadi kan lu bisa mutusin cowok lu yang di kampung, Ke. Biar gue yang kawinin lu." jawab si Yo sambil memeluk tubuh Ike yang setengah telanjang itu.
   
"Awas lo ya kalo ampe kabur gak mau nikahin gue, kalo gue hamil." rajuk si Ike.
   
Aku pun langsung meninggalkan mereka berdua, dan gak jadi buang air kecil. Jantungku masih berdebar dengan cepat. Keringat mulai membasahi keningku. Dan aku bisa merasakan licinnya vaginaku sekarang. Pasti uda basah banget nih kemaluanku, pikirku.
   
"Eh gilaaa...lu tuh kencing ato boker sih? Ampe lama buanget lu?" ujar Tanty yang sedang duduk menungguku, langsung sewot dan marah-marah karena aku lama meninggalkannya.
   
"Eh...emm...gue...emm...gue...ketemu Ike, Tan." jawabku ragu-ragu. Tapi gak enak juga kan diem-dieman ama sahabat.
   
"Ketemu dimana? Trus mana si Ike?" tanya Tanty lagi.
   
"Hmm...dia...hmmm...abis...itu Tan." jawabku dengan wajah merah.
   
"Abis apaan sih maksud lu?" tanya Tanty kebingungan.
   
"Ini nihh..." jawabku sambil menyelipkan jempol tanganku, di antara kepalan jari telunjuk dan jari tengah. Hingga membuat Tanty benar-benar terkejut.
   
"HAA???? SERIUSSS LU RIN??" tanyanya sambil mencengkram kedua lenganku. Sepertinya Tanty benar-benar kaget mengetahuinya.
   
"Ayo kita ngumpet Tan, di dalem Hall ini, tar lu liat, dia pasti keluar ama cowok itu deh." ujarku sambil menarik tangan Tanty, untuk masuk ke dalam Hall.
   
Benar saja, tidak berapa lama kemudian, kita berdua melihat Ike sedang berjalan sambil bergandengan tangan dengan Yonathan, dengan wajah cerah. Rupanya Ike sempat dandan lagi setelah bertempur tadi, pikirku.
   
Saat sudah di depan Hall, Yonathan pergi meninggalkan Ike sambil mengecup bibirnya, dan sedikit meremas payudaranya dari luar baju. Sedangkan si Ike langsung duduk, untuk menunggu kami.
   
Tanty langsung menarik tanganku dan keluar dari persembunyian kami. "Cieeee yang abis olah raga di siang hari. Cape gak Ke? Mao gue pijitin gak? Eh..iya...lu kan tadi abis dipijitin ama si Yo yah di dalem. Pijit enak. Hahahaha." celetuk Tanty, membuat Ike sampai melompat saking terkejutnya, terlihat wajahnya langsung merah abis, menyadari ternyata aksinya ketahuan oleh kami. Hmm...olehku sih lebih tepatnya.
   
"Eh..a-a-apa m-mak-maksud lu, T-Tan? S-siapa...siapa yang dipijitin?" Ike terlihat gelagapan dengan wajah yang merah banget bagaikan kepiting rebus.
   
"Uda lah Ke, ama sahabat sendiri gak usah pake malu-malu. Uda pada dewasa ini kan. Hehehe. Yuk kita jalan kalo kaki lu uda gak gemeteran lagi. Abis di ulek-ulek pake ulekan item dekilnya si Yo. Hahahaha." ujar Tanty terus menggoda Ike, sambil menarik tangannya untuk berjalan. Aku pun ikut tertawa terpingkal-pingkal, sedangkan Ike menutup wajahnya yang malu banget.
   
"Ike yah...diem-diem ternyata hmm...menggairahkan juga. Hahaha." ujar Tanty terus menggodanya.
   
"Ihhh...apaan sih lu Tan. Udah ah, gue cabut aja ah." ujar Ike langsung lari menginggalkan kami. Dan kami berdua pun langsung mengejarnya sambil tertawa.
   
"Lu...uda jadian ama si Yo, Ke?" tanya Tanty, setelah kami berhasil mengejarnya. Tanty segera meminta maaf bila kelewatan becandanya. Kami pun akhirnya duduk nongkrong bersama.
   
"Udah kek jangan ngomongin dia lagi sihhh." jawab Ike sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
   
"Kita kan bestfriend lu Ke, gak papa dong sharing cerita ama kita. Lagian, kita ngedukung kok kalo emang lu jadian ama si Yo." ujar Tanty, yang diamini olehku.
   
"Tapi, gimana nasib cowok lu yang di kampung lu?" tanya Tanty lagi.
   
Si Ike malah hanya menerawang saja, mendapat pertanyaan dari Tanty. "Gak tau Tan..." jawab Ike datar dan tanpa ekspresi.
   
"Gimana cerita awalnya sih, kok lu bisa jadian ama si Yo?" tanyaku kali ini.
   
"Kita tuh cuma temen ngobrol aja. Kita kan beberapa kali sekelas waktu itu. Gue sempet tuker-tukeran pin BB ama dia dulu. Belakangan kita sering ngobrol di BBM. Karena ternyata dia orangnya enak buat ngobrol, jadinya kita milih ngobrol langsung biar lebih seru. Yah awalnya emang gak ada feeling apa-apa sih, cuma temen ngobrol aja. Secara kosan dia juga deket ama kosan gue." Ike mulai menjelaskan dan menceritakan kisahnya kepada kami. Aku dan Tanty pun serius mendengarkan cerita Ike.
   
"Waktu itu gue ama cowok gue kan LDR, jadi kadang suka salah paham, trus ribut. Pas ribut itu, gue lagi jalan ama si Yo. Gue kesel aja sih awalnya ama cowok gue. Gue cuma minta dateng ke Jakarta sebulan sekali aja langsung marah-marah, banyak kerjaan lah. Trus...hmmm...gak tau gimana, mungkin terlalu nyaman ngobrol ama si Yo, kita lanjut di kamar gue ngobrolnya."
   
"Gak tau juga siapa yang mulai, kita malah jadi...yah...cipokan gitu deh. Dan karena gue lagi kesel sekaligus kangen ama cowok gue, gue pikir gue lagi bercumbu ama cowok gue itu. Ampe...kita berdua uda bugil juga, gue masih gak sadar. Gue sadarnya pas dia uda nembusin perawan gue. Sakit banget waktu itu, makanya gue sadar. Tapi uda terlambat. Semua uda kejadian. Perawan gue ilang di ambil si Yo." jelasnya lebih lanjut.
   
"Gue awalnya marah ama dia, nangis terus. Tapi dia baekin gue terus, ampe bilang dia jatuh cinta ama gue." aku dan Tanty terkejut sambil menutup mulut.
   
"Gue...bingung banget. Gue sayang banget ama cowok gue disana, tapi gue juga mulai sayang ama si Yo. Sejak itu, gue sebenarnya uda bertekad untuk ngelanjutin terus hubungan gue ama cowok gue, tapi setiap kali gue barengan ama Yo, pasti ujung-ujungnya malah ML lagi." lanjut Ike.
   
"Makin lama gue makin sayang ama Yo. Makanya gue bingung nih, gimana ama cowok gue nasibnya. Gue juga uda kangen, mulu rasanya kalo gak ketemu si Yo sehari aja." Ike kembali menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
   
Aku dan Tanty pun langsung sama-sama memeluk tubuhnya. Kami saling berpelukan bertiga.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang